Amandel (tonsil) merupakan sistem pertahanan tubuh yang terdiri dari kumpulan jaringan limfoid pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar keseluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan kerongkongan. Karena posisinya, banyak benda asing melewati tonsil ini sehingga tidak jarang bisa menimbulkan infeksi, misalnya terjadi peradangan. Bila terjadi infeksi , tonsil akan membesar sebagai reaksi pertahanan. Dengan demikian, pada dasarnya pembesaran tonsil adalah reaksi positif, hal ini pun bisa terjadi pada anak yang sehat. Puncak pembesaran ada usia 9-10 tahun, kemudian perlahan akan menyusut. Karena itu, sebisa mungkin tindakan operasi pengangkatan tonsil dihindari. Melainkan carilah faktor pemicu yang sering membuat tonsil membesar, kemudian sedapat mungkin menghindari faktor pemicu tersebut.
Tonsil bisa membesar dan melekat dengan jaringan sekitarnya, permukaannya menjadi keriput tidak rata, kerut-kerut di permukaan tampak melebar, dan dipenuhi dengan detritus (bercak kotoran putih-putih seperti butiran beras). Pada kasus semacam ini, infeksi pada tonsil harus diperhatikan dengan serius karena dapat berfungsi sebagai sarang penyebar infeksi berat. Penjalarannya bisa menimbulkan antara lain demam rheumatik yang dapat mengenai persendian dan jantung, nefritis (infeksi pada ginjal), infeksi pada mata atau radang pada selaput otak. Untuk menentukan tindakan operasi (tonsillectomy), ada 2 kelompok kriteria yakni kriteria yang bersifat absolut dan kriteria yang bersifat relatif
Kriteria yang bersifat absolut antara lain :
1. Bila pembesaran sudah menimbulkan obstruksi/hambatan jalan nafas berat, gangguan menelan berat, menimbulkan gangguan tidur (sleep apnea), atau ada komplikasi kardiopulmoner (akibat penyebaran infeksi oleh bakteri streptococcus)
2. Adanya peritonsiler abses yang tidak bisa diatasi dengan medikamentosa (dengan obat) dan drainage (pengambilan cairan isi absess).
3. Tonsilitis yang sampai menimbulkan kejang demam, atau carrier difteri (sekarang sudah jarang).
4. Kondisi tonsil sedemikian rupa yang sampai memerlukan tindakan biopsi untuk penentuan kondisi jaringan menggunakan pemeriksaan patologi.
Sedang kriteria yang bersifat relatif (dipertimbangkan):
1. Frekuensi serangan infeksi tonsil : 7 kali/tahun; 5 kali/tahun selama 2 tahun; 3 kali/tahun selama 3 tahun.
2. Adanya bau mulut atau nafas yang terus menerus akibat tonsilitis kronis yang tidak membaik dengan terapi obat
3. Tonsilitis kronis atau berulang oleh bakteri streptokokus yang sudah resisten terhadap antibiotika beta-laktamase
4. Adanya pembesaran tonsil satu sisi (unilateral) dengan kecurigaan sifat neoplastik (tumor/keganasan)
Namun bila masih memungkinkan, sebaiknya Anda menghindari operasi, dan ada baiknya Anda mencoba beberapa tips untuk pengobatan dan perawatan tonsil (amandel) berikut ini :
1. Menggunakan obat herbal yang berfungsi sebagai food suplement seperti Nigella Plus (Nigella sativa), dikombinasi dengan kapsul sambiloto. Untuk memudahkan meminumnya agar disukai oleh anak-anak sebaiknya dicampur dengan madu.
2. Diusahakan untuk minum banyak air atau cairan seperti sari buah, terutama selama demam.
3. Jangan minum es, sirop, es krim, makanan dan minuman yang didinginkan, gorengan, makanan awetan yang diasinkan, dan manisan.
4. Berkumur air garam hangat 3-4 kali sehari.
5. Menaruh kompres hangat pada leher setiap hari.
6. Diberikan terapi antibiotik (atas petunjuk dokter) apabila ada infeksi bakteri dan untuk mencegah komplikasi.
Lakukan beberapa tips di atas, Insya Allah amandel bisa dikendalikan dan operasi amandel bisa dihindari.
Tonsil bisa membesar dan melekat dengan jaringan sekitarnya, permukaannya menjadi keriput tidak rata, kerut-kerut di permukaan tampak melebar, dan dipenuhi dengan detritus (bercak kotoran putih-putih seperti butiran beras). Pada kasus semacam ini, infeksi pada tonsil harus diperhatikan dengan serius karena dapat berfungsi sebagai sarang penyebar infeksi berat. Penjalarannya bisa menimbulkan antara lain demam rheumatik yang dapat mengenai persendian dan jantung, nefritis (infeksi pada ginjal), infeksi pada mata atau radang pada selaput otak. Untuk menentukan tindakan operasi (tonsillectomy), ada 2 kelompok kriteria yakni kriteria yang bersifat absolut dan kriteria yang bersifat relatif
Kriteria yang bersifat absolut antara lain :
1. Bila pembesaran sudah menimbulkan obstruksi/hambatan jalan nafas berat, gangguan menelan berat, menimbulkan gangguan tidur (sleep apnea), atau ada komplikasi kardiopulmoner (akibat penyebaran infeksi oleh bakteri streptococcus)
2. Adanya peritonsiler abses yang tidak bisa diatasi dengan medikamentosa (dengan obat) dan drainage (pengambilan cairan isi absess).
3. Tonsilitis yang sampai menimbulkan kejang demam, atau carrier difteri (sekarang sudah jarang).
4. Kondisi tonsil sedemikian rupa yang sampai memerlukan tindakan biopsi untuk penentuan kondisi jaringan menggunakan pemeriksaan patologi.
Sedang kriteria yang bersifat relatif (dipertimbangkan):
1. Frekuensi serangan infeksi tonsil : 7 kali/tahun; 5 kali/tahun selama 2 tahun; 3 kali/tahun selama 3 tahun.
2. Adanya bau mulut atau nafas yang terus menerus akibat tonsilitis kronis yang tidak membaik dengan terapi obat
3. Tonsilitis kronis atau berulang oleh bakteri streptokokus yang sudah resisten terhadap antibiotika beta-laktamase
4. Adanya pembesaran tonsil satu sisi (unilateral) dengan kecurigaan sifat neoplastik (tumor/keganasan)
Namun bila masih memungkinkan, sebaiknya Anda menghindari operasi, dan ada baiknya Anda mencoba beberapa tips untuk pengobatan dan perawatan tonsil (amandel) berikut ini :
1. Menggunakan obat herbal yang berfungsi sebagai food suplement seperti Nigella Plus (Nigella sativa), dikombinasi dengan kapsul sambiloto. Untuk memudahkan meminumnya agar disukai oleh anak-anak sebaiknya dicampur dengan madu.
2. Diusahakan untuk minum banyak air atau cairan seperti sari buah, terutama selama demam.
3. Jangan minum es, sirop, es krim, makanan dan minuman yang didinginkan, gorengan, makanan awetan yang diasinkan, dan manisan.
4. Berkumur air garam hangat 3-4 kali sehari.
5. Menaruh kompres hangat pada leher setiap hari.
6. Diberikan terapi antibiotik (atas petunjuk dokter) apabila ada infeksi bakteri dan untuk mencegah komplikasi.
Lakukan beberapa tips di atas, Insya Allah amandel bisa dikendalikan dan operasi amandel bisa dihindari.