Kamis, 28 Mei 2009

Memilih atau Tidak Memilih

Memilih atau tidak memilih itulah pertanyaan besar pekan-pekan ini sehubungan Pemilu Presiden. banyak yang menyatakan kekecewaan terhadap ke 3 pasangan kandidat, banyak juga kekecewaan terhadap partai-partai. Infomasi yang berseliweran dengan cepat, bertentangan satu dengan yang lain, komentar-komentar provokatif pengamat, silang pendapat di media menambah hiruk pikuk dunia politik yang sedang memanas, dan tentunya masyarakat yang peduli urusan politik, semakin bingung dan gamang menentukan pilihan...tapi hei ! hal itulah yang memang sedang di lancarkan oleh setiap tim sukses kandidat...mengoyahkan keyakinan kita dengan menebar berita busuk , mengeksplotasi setiap celah kelemahan kandidat lawan

nah kalau anda bertanya, bagaimana dengan saya ?

Percayalah kawan saya sama sekali tidak bingung, saya tahu dan mengerti sekali tidak setiap pemberitaan tersebut sesuai dengan kenyataan terkadang terjadi misinformasi, perbedaan persepsi , daya tangkap, dan kaca mata cara pandang terhadap persoalan. sederhananya apapun yang kita lihat di TV atau di Koran, tidak sepantasnya serta merta dijadikan dasar perubahan keyakinan

Seperti yang setiap muslim tahu..manakala datang berita jelek tentang saudara kita -apalagi berasal dari sumber yang tidak otoritatif- maka selayaknya kita tabayyun langsung, bila keadaan tidak memungkinkan maka berprasangka baiklah, tokh ia saudara seiman juga.

Berkenaan langsung dengan kegamangan dan kebingungan yang melanda banyak orang ini..saya tegaskan bahwa jama'ah dakwah ini telah mengambil posisi melalui forum majelis syuro untuk ber musyarokah dengan salah satu kandidat, dan karenanya bila keputusan syuro telah tetap, maka ia mengikat kita semua untuk mengikutinya sesuai bayanat yang ada. pertanyaannya apakah keputusan ini tepat atau tidak ? banyak kepala tentu banyak pendapat, namun saya memilih untuk meyerahkan pilihan saya pada keputusan yang ada, sebagai suatu ijtihad. Ijtihad yang diambil oleh forum yang memang berwenang, dan di isi oleh generasi terbaik yang kita miliki.

Bila waktu membuktikan keputusan tersebut benar maka 2 pahala tercatat, bila ternyata salah maka 1 pahala tercatat, transaksi yang bagus bukan ? sebaliknya bila kita memilih berdasarkan pengamatan pribadi yang terbatas lagi dipenuhi hawa nafsu, melalui perantara media yang seringkali bias dan berpihak tentu besar kemungkinannaya kita akan merugi.

Sama saja untuk yang terfikir Golput, sementara fatwa majelis ulama telah menyatakan haram, ketiga kandidat adalah muslim, yang memiliki kapasitas dan pengalaman, tidak ada alasan untuk menolak memberikan suara. kalaupun ternyata memberikan suara kita itu salah tokh tetap ada pahala tercatat karena kita mengikuti fatwa, transaksi yang aman bukan ?

Jadi kawan masalahnya sederhana saja sebenarnya.. pertama adakah kepercayaan kita terhadap jama'ah dakwah ini utuh atau tidak? percayakah kita bahwa para qiyadah adalah generasi yang lebih baik dari kita pribadi dan karenanya layak mengemban amanah kepemimpinan dan menjadi wali atas urusan-urusan kita ?

Kedua bila premis pertama telah selesai maka berikutnya adalah maukah kita melepaskan ego intelektual kita, berhenti membanggakan ketajaman analisa kita, merobek baju kesombongan yang kita pakai seraya memberikan kepercayaan dan prasangka yang baik pada pemimpin kita yang dengan rendah hati kita akui memang adalah generasi yang lebih baik dari kita di mata Allah swt.


The wise is not the one who differentiates good from bad. It is the one who differentiates the best out of two good choices, and the worst out of two bad choices
 -Amru ibn Ash Ra.-