Terapi Kanker dari Alam
Di luar negeri dikenal curcumin dan ginseng Vietnam. di Indonesia ada temu putih, atau temu mangga. Tanaman-tanaman itu dapat dimanfaatkan untuk mengatasi tumor dan kanker.Sekali lagi tentang kanker. Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya terapi dilakukan dengan menggunakan teknologi modern dan terapi kimia, yakni dengan obat-obatan berbahan dasar kimia.
Terapi yang paling sering dilakukan adalah kemoterapi, radioterapi, dan kombinasi. Pada umumnya, terapi-terapi tersebut memiliki efek samping yang membuat para penderita merasa tidak nyaman dan malah mengeluhkan mual, rasa terbakar, saraf perasa tak berfungsi untuk sementara, pencernaan terganggu, dan rambut rontok. Penelitian terhadap terapi pengobatan tumor dan kanker juga dilakukan di berbagai penjuru dunia. Salah satu contohnya adalah vaksin untuk mengendalikan sel-sel kanker yang ditemukan oleh pakar kedokteran di Kuba.
Penelitian juga dilakukan pada berbagai tanaman yang diduga memiliki khasiat obat. Di beberapa negara dan daerah, ada beberapa jenis tanaman yang mampu mengatasi tumor dan kanker. Contohnya temu putih dan keladi tikus yang banyak digunakan dalam ramuan antikanker oleh para terapis tradisional dan terapis herbal. Beberapa waktu lalu di Jakarta, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Sampurno mengemukakan, tanaman berkhasiat obat itu perlu dikembangkan. "Tanaman obat ini tak mengandung efek samping yang berarti bagi tubuh. Di samping itu, kita memiliki banyak pengalaman dalam menggunakannya secara turun-temurun. Karena itu, perlu peningkatan penelitian terhadap tanaman obat ini," katanya.
Antitumor Promoter
Banyak penelitian banyak melaporkan, pemicu tumor dan kanker berasal dari pengaruh dalam maupun luar tubuh. Pengaruh dari dalam tubuh berupa unsur genetika. Sedangkan pengaruh dari luar tubuh adalah lingkungan, seperti makanan, udara, dan faktor tekanan lingkungan.
Karsinogenik atau zat karsinogen merupakan unsur yang dinilai banyak pengaruhnya dalam menciptakan ketidaknormalan pertumbuhan sel dalam tubuh. Unsur yang bersifat racun bagi tubuh ini terdapat pada makanan dan lingkungan (seperti polusi udara).
Untuk pencegahan tumor dan kanker, cara yang paling penting adalah menghindari unsur karsinogen ini. Cara lainnya adalah mengonsumsi bahan-bahan yang terbukti menghambat atau mencegah pertumbuhan tumor atau kanker. Bahan-bahan inilah yang disebut antitumor promoter.
Salah satu antitumor promoter adalah curcumin (rimpang kunyit dan temu-temuan seperti temu putih). Menurut penelitian Kuo ML, Huang TS, dan Lin JK dari Toxicology College of Medicine, Universitas Nasional Taiwan, curcumin mengandung antioksidan dan juga antitumor promoter. Dalam laporannya yang dipublikasikan di Taipeh, Taiwan disebutkan, curcumin yang digunakan sebagai bumbu dan pewarna makanan itu memiliki zat aktif antioksidan, antiradang, dan antitumor.
Menurut hasil penelitian mereka, curcumin menghambat sel promyelocitik leukemia HL-60 (dalam kanker darah) dengan konsentrasi rendah sekitar 3,5 mikrogram/ml. Bahkan, daya hambat curcumin itu semakin tinggi bila dosisnya ditingkatkan. Sementara itu, sejumlah peneliti dari Jepang mengungkapkan kemampuan ginseng Vietnam. Laporan yang dipublikasikan di Medline itu menyebutkan, ginseng Vietnam dikenal memiliki khasiat untuk banyak penyakit serius dan meningkatkan kekuatan tubuh.
Para peneliti itu mengisolasi zat aktif dari ginseng, seperti protopanaxadiol-type saponin (ginsenosides-Rb1, -Rd2, -Re3, ginsenoside-Rg1, dan notoginsenoside R1. Unsur lainnya adalah ocotillol-type saponins seperti majonoside R1 dan majonoside R2. "Untuk mendapatkan agen kemopreventif kanker (antitumor promoter), kami menapis beberapa ekstrak tanaman dengan menggunakan efek inhibitori dari metode antigen virus Epstein-Barr (EBV-EA). Kandungan terbanyak adalah majonoside R2 yang ternyata paling kuat efeknya," begitu laporan tersebut. Kemampuan unsur ini ternyata lebih tinggi dibanding asam glisiretik yang dikenal selama ini sebagai antitumor promoter.
Arsenik
Sementara itu, zat arsenik (As) yang beracun ternyata bisa digunakan untuk pengobatan kanker darah atau leukemia. Arsenik yang digunakan sebagai pembunuh hama dan sangat mematikan bagi makhluk hidup ini mampu membantu sebanyak 90 persen dari 63 pasien leukemia.
Penelitian tersebut dilakukan oleh tim ahli dari Universitas Kedokteran di Teheran, Iran. Mereka menggunakan arsenik trioksida untuk mengobati acute promyeloctytic leukaemia. Namun, menurut Dr David Grimwade dari Guy's, dari King's & St Thomas's School of Medicine, Inggris, terapi ini merupakan kemoterapi tradisional yang sudah lama digunakan sebagai terapi kanker. Yang menarik, Ken Campbell dari Leukaemia Research Fund malah heran karena baru kali ini dia mendapati bahwa arsenik trioksida digunakan untuk terapi leukemia.
Antitumor Promoter di Indonesia
Prof Dr dr Sjamsuridjal Djauzi, direktur utama RS Kanker Dharmais (RSKD) mengatakan, penelitian berbagai terapi untuk kanker terus dilakukan. "Kami terus mencoba melakukan penelitian terhadap berbagai bahan dan metode untuk terapi kanker. Salah satunya seperti yang dilakukan di Kuba yang kami berminat untuk menerapkannya di sini, seperti lewat vaksin."
Langkah penelitian lainnya, lanjut Sjamsuridjal, adalah yang dilakukan oleh RSKD bekerja sama dengan Jurusan Farmasi FMIPA UI dan Jurusan Farmasi Universitas Tujuh Belas Agustus. Penelitian itu melibatkan tim yang terdiri atas Wan Lelly Heffen, Dewi Kristanti, Nurhuda, Erilia, Deby, Mirna, dan Ade Novi.
Penelitian mereka berupaya menekan tumor promoter dengan beberapa komponen dari obat hasil alam. Studi fitokimia ini mempunyai keuntungan besar pada aplikasi klinis. Soalnya, daya toksositasnya rendah sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Pengujian potensi sitotoksik beberapa jenis tumbuhan telah dilakukan di RSKD terhadap kanker serviks sel line. Tumbuhan itu antara lain Curcuma zeodoaria (temu putih), Curcuma domestica (kunyit), dan Curcuma mangga (temu mangga), serta Phaleria macrocarpa Boerl. (mahkota dewa).
Dari penelitian tersebut, ternyata rimpang segar temu putih mempunyai potensi kematian sel kanker di atas 50 persen. Kemampuan ini pada konsentrasi 50, 100, 150, dan 200 mikrogram/ml. Sedangkan untuk sediaan jadi temu putih (ZF kapsul) mempunyai potensi kematian sel kanker di bawah 50 persen pada dosis yang sama. Sementara itu, daging buah segar mahkota dewa memiliki potensi kematian sel kanker di atas 50 persen pada konsentrasi 100, 150, dan 200 mikrogram/ml.
Kesimpulan dari penelitian tersebut, jenis-jenis tumbuhan alam ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi antitumor promoter. Ini dilakukan sebagai pengobatan suportif pada kanker.
Sumber: Republika Online - Selasa, 30 Nopember 2004 - Penulis : wed
Di luar negeri dikenal curcumin dan ginseng Vietnam. di Indonesia ada temu putih, atau temu mangga. Tanaman-tanaman itu dapat dimanfaatkan untuk mengatasi tumor dan kanker.Sekali lagi tentang kanker. Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya terapi dilakukan dengan menggunakan teknologi modern dan terapi kimia, yakni dengan obat-obatan berbahan dasar kimia.
Terapi yang paling sering dilakukan adalah kemoterapi, radioterapi, dan kombinasi. Pada umumnya, terapi-terapi tersebut memiliki efek samping yang membuat para penderita merasa tidak nyaman dan malah mengeluhkan mual, rasa terbakar, saraf perasa tak berfungsi untuk sementara, pencernaan terganggu, dan rambut rontok. Penelitian terhadap terapi pengobatan tumor dan kanker juga dilakukan di berbagai penjuru dunia. Salah satu contohnya adalah vaksin untuk mengendalikan sel-sel kanker yang ditemukan oleh pakar kedokteran di Kuba.
Penelitian juga dilakukan pada berbagai tanaman yang diduga memiliki khasiat obat. Di beberapa negara dan daerah, ada beberapa jenis tanaman yang mampu mengatasi tumor dan kanker. Contohnya temu putih dan keladi tikus yang banyak digunakan dalam ramuan antikanker oleh para terapis tradisional dan terapis herbal. Beberapa waktu lalu di Jakarta, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Sampurno mengemukakan, tanaman berkhasiat obat itu perlu dikembangkan. "Tanaman obat ini tak mengandung efek samping yang berarti bagi tubuh. Di samping itu, kita memiliki banyak pengalaman dalam menggunakannya secara turun-temurun. Karena itu, perlu peningkatan penelitian terhadap tanaman obat ini," katanya.
Antitumor Promoter
Banyak penelitian banyak melaporkan, pemicu tumor dan kanker berasal dari pengaruh dalam maupun luar tubuh. Pengaruh dari dalam tubuh berupa unsur genetika. Sedangkan pengaruh dari luar tubuh adalah lingkungan, seperti makanan, udara, dan faktor tekanan lingkungan.
Karsinogenik atau zat karsinogen merupakan unsur yang dinilai banyak pengaruhnya dalam menciptakan ketidaknormalan pertumbuhan sel dalam tubuh. Unsur yang bersifat racun bagi tubuh ini terdapat pada makanan dan lingkungan (seperti polusi udara).
Untuk pencegahan tumor dan kanker, cara yang paling penting adalah menghindari unsur karsinogen ini. Cara lainnya adalah mengonsumsi bahan-bahan yang terbukti menghambat atau mencegah pertumbuhan tumor atau kanker. Bahan-bahan inilah yang disebut antitumor promoter.
Salah satu antitumor promoter adalah curcumin (rimpang kunyit dan temu-temuan seperti temu putih). Menurut penelitian Kuo ML, Huang TS, dan Lin JK dari Toxicology College of Medicine, Universitas Nasional Taiwan, curcumin mengandung antioksidan dan juga antitumor promoter. Dalam laporannya yang dipublikasikan di Taipeh, Taiwan disebutkan, curcumin yang digunakan sebagai bumbu dan pewarna makanan itu memiliki zat aktif antioksidan, antiradang, dan antitumor.
Menurut hasil penelitian mereka, curcumin menghambat sel promyelocitik leukemia HL-60 (dalam kanker darah) dengan konsentrasi rendah sekitar 3,5 mikrogram/ml. Bahkan, daya hambat curcumin itu semakin tinggi bila dosisnya ditingkatkan. Sementara itu, sejumlah peneliti dari Jepang mengungkapkan kemampuan ginseng Vietnam. Laporan yang dipublikasikan di Medline itu menyebutkan, ginseng Vietnam dikenal memiliki khasiat untuk banyak penyakit serius dan meningkatkan kekuatan tubuh.
Para peneliti itu mengisolasi zat aktif dari ginseng, seperti protopanaxadiol-type saponin (ginsenosides-Rb1, -Rd2, -Re3, ginsenoside-Rg1, dan notoginsenoside R1. Unsur lainnya adalah ocotillol-type saponins seperti majonoside R1 dan majonoside R2. "Untuk mendapatkan agen kemopreventif kanker (antitumor promoter), kami menapis beberapa ekstrak tanaman dengan menggunakan efek inhibitori dari metode antigen virus Epstein-Barr (EBV-EA). Kandungan terbanyak adalah majonoside R2 yang ternyata paling kuat efeknya," begitu laporan tersebut. Kemampuan unsur ini ternyata lebih tinggi dibanding asam glisiretik yang dikenal selama ini sebagai antitumor promoter.
Arsenik
Sementara itu, zat arsenik (As) yang beracun ternyata bisa digunakan untuk pengobatan kanker darah atau leukemia. Arsenik yang digunakan sebagai pembunuh hama dan sangat mematikan bagi makhluk hidup ini mampu membantu sebanyak 90 persen dari 63 pasien leukemia.
Penelitian tersebut dilakukan oleh tim ahli dari Universitas Kedokteran di Teheran, Iran. Mereka menggunakan arsenik trioksida untuk mengobati acute promyeloctytic leukaemia. Namun, menurut Dr David Grimwade dari Guy's, dari King's & St Thomas's School of Medicine, Inggris, terapi ini merupakan kemoterapi tradisional yang sudah lama digunakan sebagai terapi kanker. Yang menarik, Ken Campbell dari Leukaemia Research Fund malah heran karena baru kali ini dia mendapati bahwa arsenik trioksida digunakan untuk terapi leukemia.
Antitumor Promoter di Indonesia
Prof Dr dr Sjamsuridjal Djauzi, direktur utama RS Kanker Dharmais (RSKD) mengatakan, penelitian berbagai terapi untuk kanker terus dilakukan. "Kami terus mencoba melakukan penelitian terhadap berbagai bahan dan metode untuk terapi kanker. Salah satunya seperti yang dilakukan di Kuba yang kami berminat untuk menerapkannya di sini, seperti lewat vaksin."
Langkah penelitian lainnya, lanjut Sjamsuridjal, adalah yang dilakukan oleh RSKD bekerja sama dengan Jurusan Farmasi FMIPA UI dan Jurusan Farmasi Universitas Tujuh Belas Agustus. Penelitian itu melibatkan tim yang terdiri atas Wan Lelly Heffen, Dewi Kristanti, Nurhuda, Erilia, Deby, Mirna, dan Ade Novi.
Penelitian mereka berupaya menekan tumor promoter dengan beberapa komponen dari obat hasil alam. Studi fitokimia ini mempunyai keuntungan besar pada aplikasi klinis. Soalnya, daya toksositasnya rendah sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Pengujian potensi sitotoksik beberapa jenis tumbuhan telah dilakukan di RSKD terhadap kanker serviks sel line. Tumbuhan itu antara lain Curcuma zeodoaria (temu putih), Curcuma domestica (kunyit), dan Curcuma mangga (temu mangga), serta Phaleria macrocarpa Boerl. (mahkota dewa).
Dari penelitian tersebut, ternyata rimpang segar temu putih mempunyai potensi kematian sel kanker di atas 50 persen. Kemampuan ini pada konsentrasi 50, 100, 150, dan 200 mikrogram/ml. Sedangkan untuk sediaan jadi temu putih (ZF kapsul) mempunyai potensi kematian sel kanker di bawah 50 persen pada dosis yang sama. Sementara itu, daging buah segar mahkota dewa memiliki potensi kematian sel kanker di atas 50 persen pada konsentrasi 100, 150, dan 200 mikrogram/ml.
Kesimpulan dari penelitian tersebut, jenis-jenis tumbuhan alam ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi antitumor promoter. Ini dilakukan sebagai pengobatan suportif pada kanker.
Sumber: Republika Online - Selasa, 30 Nopember 2004 - Penulis : wed