Pasukan salib menjahitkan tanda salib di pakaian mereka dan merasa sedang benar-benar mematuhi perintah Kristus, untuk mengambil salib dan mengikutinya hingga mati, jika perlu. Sejak semula, salib dan penyaliban menjadi hal pokok dari gerakan tentara salib. Mereka berbaris untuk membebaskan Gereja Makam Suci, yang mereka yakini sebagai tempat Yesus disalib dan tempat makam Kristus. Saat gerakan ini dikumandangkan, semua tempat ini dikuasai oleh orang Islam.
Sebelum tentara salib menguasai Yerusalem pada Juli 1099 dan membantai 40.000 orang Yahudi dan Islam secara biadab, para pemeluk agama Islam, Yahudi dan Kristen telah hidup bersama dalam suasana damai di bawah naungan hukum Islam selama 460 tahun-hampir separuh milenium!. Saladin kemudian berhasil merebut Yerusalem kembali ke tangan orang muslim pada tahun 1187, tapi hubungan ketiga agama samawi tersebut tak pernah sebaik sebelumnya.
Sejarah mencatat bahwa bukan kaum muslimin yang memulai perang salib ini. Justru tegaknya syariah Islam telah melindungi kebebasan ketiga agama samawi di Jerusalem atau Al-Aqsha orang Islam menyebutnya. Perang salib ini dikumandangkan oleh paus, yang merupakan pemimpin tertinggi Kristen, untuk memerangi kaum muslimin yang telah hidup damai bersama orang Kristen dan Yahudi di Al Aqsha. Itulah kenyataan sejarah.
Saat abad kegelapan itu terdapat dua poros Kristen, yaitu Gereja Barat yang berada di Eropa dan Gereja Timur yang berada di Konstantinopel – Istambul, Turki di jaman modern ini. Perbedaan kedua gereja ini lebih bersifat psikologis daripada bersifat teologis. Di Eropa yang sedang trauma, gambaran Yesus yang menderita lebih populer. Tapi di Byzantium, gambar-gambar dan mosaik-mosaik Yesus dan para santo mengungkapkan kearifan yang kontemplatif. Gereja Timur memiliki pendekatan pada masalah teologi dan konsep Tuhan yang tradisinya berbeda dengan yang dikembangkan oleh Gereja Latin Barat di Roma.
Orang-orang Bizantium dipandang sebagai antitesis dari identitas orang barat. Orang Bizantium yang kebanyakan berdarah Yunani, dianggap sebagai bukan orang Eropa. Keanggunan dan kecanggihan mereka (yang dalam kenyataannya membuat orang barat iri karena orang Yunani lebih unggul) telah dipelintir menjadi sifat banci yang lemah. Orang barat menampilkan otot kasar mereka melawan otak orang Byzantium.
Pada akhir abad 10, terjadi Reformasi Cluny di Eropa. Reformasi ini ingin mengkristenkan masyarakat Eropa dan mendidik mereka dalam cara Kristen sejati. Gerakan reformasi itu cukup berhasil. Perlahan orang Eropa menjadi Kristen, walaupun tak semuanya memiliki semangat Kristen. Paus Urban II, adalah seorang pendukung Reformasi Cluny, dan perang salib yang digagasnya dapat dipandang sebagai salah satu hasil yang paling dramatis dari gerakan ini.
Perlu dicatat bahwa perang salib bukan hanya perang antara umat kristiani melawan kaum muslimin. Tetapi juga antara Katolik versus gereja Eropa Timur, Katolik versus Pagan, Katolik versus Catahry, Katolik versus Yahudi, jadi dimana nih doktrin kasihnya?? (hehehe)
Perang Salib/Crusade War/Perang Sabil
Latar belakang utama : adanya permintaan kerajaan Romawi timur (Bizantium) untuk membantu mereka mengatasi serangan dari dinasti Turki Seljuk.
Lamanya perang salib : Kurang lebih 398 tahun (1095-1493)
Pihak – pihak yang terlibat :
- Dari pihak Kristen Katolik :
- Gereja Katolik Roma
- Kerajaan-kerajaan Eropa seperti : Inggris, Prancis, Jerman, Italia dan lain – lain
- Ordo-ordo suci seperti : Templar, Teutonik, Hospitaller
- Bangsawan tuan tanah dan rakyat biasa
Dari pihak Kristen Eropa Timur :
- Kekaisaran Byzantium
- Gereja Eropa Timur
- Tiga kekhalifahan : Fatimiyah, Abbasiyah dan Turki Seljuk
- Pagan : Slav, Wend, dan lain-lan
- Kristen Non Katolik : Gereja Eropa Timur, Cathary dan lain-lain
- Yahudi