Antara Aku Untuk Negeriku dan Gerakan Indonesia Bangkit
Gambar Istana Agung Yogyakarta, difoto dari hp Taxco (19/01/08 Jam 08.12 WIB)
Intoksikasi Logam Pada Kasus Pembunuhan dan Pencemaran Dipandang dari Forensik Kedokteran
Kasus keracunan baik fatal maupun non fatal hampir selalu dijumpai setiap tahunnya. Bahkan kasus keracunan tersebut akhir-akhir ini semakin meningkat jumlahnya, baik yang terjadi dengan motif pembunuhan, bunuh diri ataupun tidak sengaja terkena racun sehingga mengalami keracunan.
Meningkatnya kasus keracunan dewasa ini tidak lepas kaitannya dengan kemajuan yang terjadi di bidang industri, farmasi dan bidang-bidang lainnya yang tidak dikelola dengan baik sehingga membawa dampak buruk bagi manusia. Meluasnya pemakaian obat-obatan sebagai produk farmasi, pemakaian insektisida, pemakaian bahan kimia sebagai bahan tambahan dalam makanan dan lain sebagainya mendorong terjadinya kasus keracunan. Juga dengan bertambahnya jumlah indutri dan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi.
Tengok saja kasus pencemaran lingkungan di Teluk Buyat akibat logam berat yang sempat menyita perhatian publik beberapa waktu lalu, peristiwa keracunan makanan yang seringkali terjadi, ataupun kasus keracunan gas carbonmonoksida dari genset sebuah rumah di Surabaya beberapa waktu lalu.
Meningkatnya jumlah kasus keracunan dewasa ini merupakan tantangan tersendiri bagi tenaga medis. Sehingga tenaga medis dituntut untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan mengenai racun, termasuk tanda dan gejala keracunan, juga tatalaksananya. Tidak terkecuali tenaga medis di bidang forensik, yang sering kali bersentuhan dengan kasus-kasus pembunuhan ataupun kasus bunuh diri dengan menggunakan racun.
Terkait dengan kasus-kasus di bidang forensik, diperlukan ilmu pengetahuan untuk mengetahui tanda-tanda spesifik pada kasus keracunan yang bisa ditemukan pada saat otopsi jenazah, baik dari pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam maupun pemeriksaan toksikologi sebagai pemeriksaan tambahan. Hal ini sangatlah berguna untuk mengetahui sebab kematian seseorang yang diperlukan dalam pembuatan visum et repertum. Karena penentuan sebab kematian korban akibat keracunan tidak dapat diambil tanpa melakukan analisa toksikologi. Karena dari analisa toksikologi tersebut akan didapatkan racun penyebab kematian dalam jaringan atau cairan jenazah korban yang dianalisa.
Analisa toksikologi sendiri merupakan suatu teknik pemeriksaan khusus yang mutlak dilaksanakan pada setiap kasus keracunan atau diduga akibat keracunan, dan hal tersebut membutuhkan prosedur dan pelaksanaan yang tepat sehingga membutuhkan keterampilan tersendiri.
Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang racun. Sedangkan maksud dari toksikologi forensik adalah mengaplikasikan ilmu toksikologi untuk kepentingan hukum yang berhubungan dengan perkara pidana ataupun perdata.
Racun adalah suatu zat yang apabila kontak atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu (dosis toksik) merusak faal tubuh baik secara kimia ataupun fisiologis sehingga menyebabkan sakit ataupun kematian.
Dari banyak jenis racun yang ada, racun yang sering digunakan untuk kasus pembunuhan adalah Arsenik. Arsenik terutama sering digunakan sebagai pembunuh lewat makanan. Bahkan Arsenik memiliki kelebihan dibandingkan racun lainnya yang juga sering digunakan dalam pembunuhan misalnya sianida. Arsenik memiliki sifat tidak berbau dan tidak berasa sehingga mampu menghilangkan kecurigaan pada diri korban maupun orang lain.
Nama Arsenik pun semakin melambung setelah peristiwa kematian salah sorang aktivis HAM Indonesia, Munir yang diduga akibat keracunan Arsenik pada tahun 2007 silam. Mengingat bahaya dan kelebihan zat arsenik inilah, maka hendaknya pengetahuan mengenai arsenik perlu ditingkatkan. Karena pada kenyataannya di masyarakat penggunaan racun arsenik tersebut masih banyak terjadi.
Arsenik
Kata arsenik dipinjam dari bahasa Persia Zarnik yang berarti "orpimen kuning". Zarnik dipinjam dalam bahasa Yunani sebagai arsenikon. Arsenik dikenal dan digunakan di Persia dan di banyak tempat lainnya sejak zaman dahulu. Bahan ini sering digunakan untuk membunuh, terutama sering digunakan oleh para penguasa untuk menyingkirkan lawan-lawannya dan karena daya bunuhnya yang luar biasa serta sulit dideteksi, arsenik disebut Racun para raja, dan Raja dari semua racun.
Albertus Magnus dipercaya sebagai orang pertama yang menemukan bagaimana mengisolasi elemen ini di tahun 1250. Pada tahun 1649 Johan Schroeder mempublikasi 2 cara menyiapkan arsenik. Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Karena merupakan sebuah unsur, arsenik bisa tampil dalam bentuk bermacam-macam senyawa. Arsenik adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik, kuning, hitam dan abu-abu.
Arsenik terjadi secara alami di alam dan terdistribusi sangat luas di kerak bumi. Di lingkungan, arsenik berkombinasi dengan oksigen, klorin, sulfur untuk membentuk senyawa anorganiknya. Pada manusia, hewan, dan tumbuhan, arsenik berkombinasi dengan karbon dan oksigen untuk membentuk senyawa senyawa organik arsenik.
Di alam arsenik tidak dapat dirusak atau dihilangkan tetapi hanya berubah bentuk saja dengan muatan yang berbeda. Pemakaian arsenik dalam dunia industri dan pertanian telah mengakibatkan semakin besarnya distribusi arsenik di lingkungan. Karena arsenik bisa mengontaminasi air minum maupun makanan, maka di berbagai negara diatur standar maksimal 50 part per billion (ppb) walau batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebenarnya bahkan lebih ketat, yaitu 10 ppb.
Di Bulgaria, cemaran arsenik dari tempat pengolahan tembaga baru-baru ini terbukti telah mengakibatkan cacat kelahiran tiga kali lipat dibandingkan dengan daerah yang tak mengandung air cemaran. Pada akhir abad ke-20, di Bangladesh pernah terjadi epidemi keracunan arsenik karena ratusan penduduk terkena dampaknya. Setelah diinvestigasi, pemicunya ternyata adalah pipanisasi air minum. Pihak pengelola air minum lalai tak mengukur kadar arsenik pada mata air yang menjadi sumbernya. Arsenik juga dipercaya menjadi sumber gangguan kesehatan yang dialami penduduk di kawasan Teluk Buyat, Sulawesi Utara, lewat konsumsi sumber daya laut maupun air minum.
Sebenarnya arsenik terdapat di tanah dan semua makanan. Dan tubuh manusia punya mekanisme untuk mengatasi paparan arsenik dalam jumlah kecil. Hati akan mengubahnya menjadi bentuk yang tidak merusak dan dalam beberapa hari dibuang lewat urine. Memang masih ada sedikit sisa yang mungkin menetap dalam tubuh selama beberapa bulan, bahkan lebih lama. Namun, ini menjadi berbahaya bila tubuh terus-menerus terpapar arsenik, apalagi dalam jumlah besar. Bahkan dalam jumlah yang lebih besar lagi, arsenik anorganik dapat menyebabkan kematian. Konsentrasi rendah arsenik dapat menyebabkan mual dan muntah, menurunnya produksi sel darah merah dan putih, ketidaknormalan kerja hati, dan merusak pembuluh darah. Kulit akan memerah dan menggelembung jika terjadi kontak dengan arsenik anorganik. Dalam waktu yang lama, juga dapat menyebabkan kulit menjadi hitam dan keras di sertai tumbuh benjolan-benjolan seperti jagung atau kutil.
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa arsenik yang terakumulasi secara berlebih dalam tubuh kita dapat meningkatkan resiko penyakit berbahaya seperti kanker hati, darah, jantung, dan ginjal. Bersyukurlah kita bahwa arsenik dalam bentuk senyawa organiknya, yang banyak terakumulasi pada ikan, kerang-kerangan, rumput laut, telah di teliti sebagai senyawa yang tidak berbahaya.