Kalau kita mendengarkan, melihat, membaca seabrek carut-marut pelayanan kesehatan tidak ada habis-habisnya, saling tuding, saling salahkan tidak akan pernah ada selesainya.
Bagaimana memutus lingkaran iblis ini?
Yang paling rasional adalah kita mulai dari kita sendiri dari para dokter, masalahnya mudah diucapkan tapi bagaimana langkah konkritnya.
Prinsip yang sedang dibangun oleh Primkop-IDI mungkin bisa jadi sedikit alternatif:
1. Intervensi yang akan oleh ditempuh adalah layanan primer yang sekarang didukung 70.000 dokter umum dengan penambahan 2.000-5.000 dokter/tahun. Layanan sekunder padat modal dan padat teknologi akan merupakan prioritas kedua.
2. Layanan primer itu harus dimiliki dokter, kelompok dokter, tenaga kesehatan, masyarakat pasien, koperasi prinsipnya owner-operator bukan dimiliki oleh segelintir pemodal besar. Dengan demikian klinik itu akan dirawat dengan baik, komunikasi/layanan prima karena ini adalah periuk nasi-nya.
3. Layanan preventif utama karena sifat pembayaran yang kapitasi.
4. Layanan kuratif/preventif juga prima harus ada EKG, USG, X-ray, lab, screening Ca cervix dengan IVA, lesi prakanker ditangani cryotherapi, pasang IUD, vasektomi, KB, imunisasi/vaksinasi anak dan dewasa, obat berkualitas & murah (ada depot obat)
5. Kompetensi dokternya pun ditingkatkan.
6. Untuk pembelian ada fasilitas cicilan, syukur-syukur punya lembaga keuangan sendiri.
7. Efisiensi terjadi dengan penggunaan teknologi informasi.
Dengan membentuk klinik layanan primer dengan prinsip di atas akan merupakan jawaban atas carut-marutnya layanan kesehatan, tidak perlu menunggu orang lain, mengemis. Tegar, mandiri, tolong-diri sendiri, gotong-royong, kerjasama, bersamakerja.