Sekitar tahun 1943, Necdet Kent mendapat informasi dari seorang Yahudi yang menjadi staf di konsulatnya, bahwa sekitar 80 Yahudi Turki yang tinggal di Marseilles telah dideportasi ke kamp Auschwitz dengan gerbong ternak di stasiun kereta St. Charles.
Yahudi tersebut menggambarkannya seperti mengangkut ternak, di mana mereka saling berdesakan dan tumpang tindih dalam gerbong yang punya kapasitas mengangkut sekitar 20 ternak dan 500 kg rumput.
Berdasarkan informasi tersebut, Necdet Kent dengan marah kemudian segera menemui petinggi Gestapo di stasiun kereta tersebut dan menuntut untuk membebaskan Yahudi yang merupakan warga Turki. Namun para pejabat Gestapo menolak memenuhi tuntutan tersebut.
Necdet Kent kembali ke konsulat dan memerintahkan Yahudi stafnya untuk ikut bersamanya kembali ke stasiun kereta tersebut. Tanpa diduga-duga, Necdet Kent bersama staf Yahudinya nekad memasuki gerbong dan sekalipun dihalang-halangi dan diperintahkan untuk keluar, ia berhasil masuk dalam gerbong tersebut.
Setelah kereta melaju dan tiba di stasiun berikutnya, Seorang pejabat Gestapo meminta maaf karena disangka telah membiarkannya terbawa kereta gerbong tersebut. Ia lalu diminta keluar dan menuju sebuah mobil yang telah dipersiapkan untuk mengantarnya kembali ke konsulatnya.
Necdet Kent kemudian menjelaskan bahwa masalah sebenarnya adalah Gestapo telah membawa 80 Yahudi warga Turki. Akhirnya setelah melalui diskusi sengit, 80 Yahudi Turki dilepaskan oleh Gestapo.
Terkenang akan peristiwa tersebut, Kent mengutarakan:
"Saya tidak akan melupakan pelukan dan rangkulan mereka padaku, sebuah ekspresi rasa terima kasih mereka yang terpancar dari mata mereka yang telah kami selamatkan, dan saya merasakan kedamaian yang mendalam di hati saat saya pergi tidur di pagi harinya". Ia pun menambahkan bahwa setelah Perang Dunia II berlalu, ia sering banyak mendapat korespondensi dari para penumpang tersebut.
Aksi paling berani Necdet Kent tidak hanya itu saja, apa yang dilakukan Kent sebagai wali dari negaranya, tidak berlaku bagi beberapa konsulat asing lainnya yang berkantor di Marseilles, mereka mulai meniru-niru sebagaimana penghinaan Nazi kepada Yahudi sekalipun itu adalah warga negaranya sendiri.
Melihat atmosfir seperti itu, Kent segera berinisiatif mengevaluasi dokumen-dokumen warganya untuk mensensus ulang jumlah Yahudi Turki yang berdomisili di selatan Perancis baik yang tercatat resmi di konsulat maupun yang tidak mempunyai paspor Turki yang sah.
Kemudian Kent pergi ke markas Gestapo dan memprotes aksi-aksi mereka yang tidak manusiawi di Marseilles seperti menyisir setiap pejalan kaki yang kemudian memberikan coretan tanda khusus bagi mereka untuk membedakan mana yang Yahudi mana yang bukan. Kent mengkritik dengan ketus seorang komandan Jerman bahwa perlakuan tersebut tidak proporsional untuk membuktikan keyahudian seseorang.
Satu passport Turki bisa menyelamatkan hingga 8 nyawa selama 1933-1945
Kent mengungkapkan:
"Ketika saya melihat kekosongan di matanya, saya mulai menyadari bahwa ia sebenarnya tidak mengerti dengan apa yang saya katakan. Dan saya katakan padanya bahwa saya siap untuk diperiksa oleh staf medik mereka".
Pasca Perang Dunia II, Necdet Kent masih bertugas sebagai konsulat Turki di New York, dan sebagai Duta Besar Turki untuk Thailand, India, Swedia, dan Polandia. Tahun 2001, ia mendapat anugerah dari pemerintah Turki berupa Turkey’s Supreme Service Medal dan di tahun yang sama pula ia resmi diabadikan di Yad Vashem.
Pada tanggal 1 November 2005, Baruch Tenembaum, pendiri The International Raoul Wallenberg Foundation, menganugerahi Necdet Kent dengan Raoul Wallenberg Medal. Muhtar Kent, Presiden Coca-Cola untuk wilayah Asia dan Timur Tengah yang sekaligus mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan tersebut, mengisahkan ketika suatu hari dirinya bertanya kepada ayahnya tentang aksi beraninya, Necdet Kent kemudian menjawab, "Saya melakukannya karena saya tahu apa yang saya lakukan itu adalah benar".
İsmail Necdet Kent (1911 – 20 September 2002)
ARTIKEL TERKAIT:
- Muslim Yang Jadi Pahlawan Holocaust di Israel
- SAIDE ARIFOVA, Muslimah Crimea Penyelamat Yahudi Crimea
- VESELI, pionir keluarga muslim Albania di monumen Yad Vashem
- KHALID ABDUL WAHAB, pionir muslim Arab di monumen Yad Vashem
- ABDUL HUSSEIN SARDARI, pionir muslim Iran di monumen Yad Vashem
- SELAHATTIN ULKUMEN, Muslim Penyelamat Yahudi Pulau Rhodes
- NAMIK KEMAL YOLGA, Muslim Turki Penyelamat Yahudi Paris