Varises merupakan gangguan vaskuler yang paling sering ditemukan pada manusia. Beberapa literatur menyebutkan beragam prevalensi, mulai dari 2% sampai diatas 60%1. Prevalensi meningkat khususnya pada kehamilan yaitu mencapai 80% pada trimester pertama, karena efek dari progesteron. Namun demikian, luasnya sebaran dari prevelensi ini juga mungkin menunjukkan tidak adanya definisi yang konsisten dari varises.
Beberapa penulis membagi varises menjadi dua kelompok besar yang berbeda, varises primer dan varises sekunder. Secara umum, varises primer disebabkan karena kegagalan katup vena, yang kemudian menyebabkan refluks darah ke vena superfisial. Varises sekunder disebabkan oleh adanya hipertensi vena karena penyakit lain, seperti sindroma postphlebitis, fistula arteriovenosus, atau oklusi vena proksimal karena tumor atau trauma.
Definisi dan Klasifikasi
Meski penyakit ini lazim ditemukan, tidak ada klasifikasi yang diterima secara umum untuk gangguan vena di tungkai bawah, termasuk varises Cuschieri, Steele dan Moosa mendefinisikan varises sebagai :
“a superficial vein of the lower limb, which has permanently lost its valvular efficiency, and as a product of the resultant venous hypertension in the standing position becomes dilated, tortuous and thickened”. Definisi ini sendiri dapat mencakup gangguan yang luas dari vena pada tungkai bawah, mulai teleangiektasi sampai varises vena utama dengan luka yang sukar sembuh.
Ada dua klasifikasi utama untuk gangguan vena, yaitu klasifikasi Widmer dan klasifikasi CEAP. CEAP adalah singkatan dari presentasi klinis (“clinical presentation”), etiologi (“Etiology”), wilayah anatomis (“anatomical area”) dan patofisiologi (“Patophysiology”).
Epidemiology
Varises merupakan masalah yang lazim, dimana prevalensi telah dilaporkan beragam, mulai dari 2 % sampai 60% pada populasi. Di Inggris, Edinburgh Venous Study (EVS) memeriksa lebih dari 1500 orang dewasa dan menemukan 39,7% pria serta 32,2% wanita memiliki varises2. Prevalensi varises retikular bahkan lebih tinggi lagi, mencapai 80% pada pria maupun wanita. Literatur lain menyakan bahwa prevalensinya dapat naik sampai 80% pada kehamilan trimester I. Prevalensi ini meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia, dimana hanya didapatkan 11,5% pada kelompok umur 18-14 tahun, sementara mencapai 55,7% pada kelompok umur 55-64 tahun. Berdasarkan pembagian primer dan sekunder, 95% kasus adalah primer , sementara 5% adalah sekunder.