Melacak kapan terjadinya ovulasi pada wanita, merupakan salah satu cara bagi pasangan untuk mendapatkan kehamilan. Sel telur matang yang dirilis saat hari ovulasi, hanya bisa bertahan 12-48 jam di dalam tubuh wanita. Oleh karena itulah, banyak pasangan yang "berburu" masa ovulasi ini untuk mendapatkan kehamilan yang didamba.
Apa yang dimaksud dengan ovulasi? silahkan klik di sini untuk penjelasan lebih lanjut.
Dua Fase Dalam Siklus Menstruasi
Sebelum membahas pelacakan masa ovulasi lebih lanjut, perlu kiranya pemahaman dasar tentang dua fase dalam siklus menstruasi wanita. Dalam satu siklus menstruasi, beberapa sumber ada yang menyebutkan dua fase (Biphasic) dan ada pula yang menyebutkan tiga fase (Triphasic) yaitu fase Follicular, fase Ovulasi, dan fase Luteal.
Ada pula yang membaginya menjadi fase Menstruasi (Menses), fase Proliferative, dan fase Secretory. Bahkan ada pula yang membaginya ke dalam empat fase: fase menstruasi, praovulasi, ovulasi, dan pascaovulasi. Namun pada intinya sama yaitu terdiri dari:
- Fase Follicular (Proliferative)
Merupakan fase pembentukan sel telur yang diakhiri dengan terjadinya ovulasi. - Fase Ovulasi
Merupakan fase pelepasan sel telur matang dari kantung follicle di ovarium. - Fase Luteal (Secretory)
Merupakan fase terakhir dari siklus menstruasi, bila sel telur matang tidak dibuahi oleh sperma atau tidak terjadi kehamilan, maka pada fase ini akan berakhir dengan keluarnya darah menstruasi.
Metode Pelacakan Ovulasi
Metode pelacakan hari ovulasi dalam satu siklus menstruasi, secara umum terbagi dalam dua macam, metode yang berbasis kalender (calendar-based methods) dan yang berbasis gejala (symptoms-based methods).
METODE BERBASIS KALENDER
Saat seorang wanita memasuki masa ovulasi, di saat itulah masa-masa subur untuk hamil (fertile times) sangat besar kemungkinannya terjadi. Dalam siklus menstruasi normal, masa ovulasi biasanya sekitar 14 hari sejak hari terakhir kali menstruasi sebelumnya [anda dapat mengukurnya dengan bantuan Kalkulator Masa Subur].
METODE BERBASIS GEJALA
Bagaimana dengan kasus menstruasi yang tidak teratur? ovulasi pun menjadi tidak terpola dengan teratur sehingga menyulitkan untuk dihitung secara tepat. Oleh karena itu, banyak diperkenalkan metode-metode pelacakan masa ovulasi baik dapat dilakukan secara manual maupun dengan bantuan alat tertentu, seperti misalnya dengan menggunakan Ovulation Predictor Kits (OPK).
Pada intinya, proses ovulasi akan menyebabkan metabolisme dan mekanisme tubuh berubah dari normal karena pada saat itu terjadi perbanyakan hormon-hormon sehingga mempengaruhi pula kondisi tubuh kita. Pola perubahan pada tubuh inilah yang menjadi instrumen pembeda antara kondisi normal dengan kondisi saat ovulasi sedang terjadi.
Indikator-indikator yang dapat kita jadikan terjadinya ovulasi di antaranya:
- Suhu Dasar Tubuh dalam kondisi melonjak dari normalnya;
- Cairan Cervical Mucus dalam rahim (khususnya di leher rahim) mengalami perubahan anatomi warna dan kelengketannya;
- Kadar hormon-hormon sistem reproduksi seperti Estrogen, LH, FSH, Prolactin, dll. berada dalam kondisi memuncak dari biasanya;
- Beberapa wanita punya gejala perubahan fisik tertentu yang hanya muncul saat memasuki masa ovulasi seperti misalnya payudara lebih lunak dari biasanya, atau sakit keram saat ovulasi atau yang dikenal dengan sindrom Mittelschmerz (Ovulation Pain atau Midcycle Pain atau Lower Abdominal Discomfort), atau bahkan libido seksual lebih memuncak dari biasanya.
Masing-masing metode akan diuraikan lebih rinci pada artikel-artikel yang terpisah selanjutnya: