sudah jadi rahasia umum, kok, bila anak-anak tak suka makan
sayur. Coba, deh, Ibu-Bapak bertanya pada tetangga sekitar rumah,
kebanyakan dari mereka akan memiliki problem sama. "Memang, anak yang
suka makan sayur paling satu atau dua orang. Sedangkan kebanyakan
biasanya sulit. Hal itu sudah menjadi kenyataan di mana-mana
Yang kerap terjadi, penyelesaian dilakukan dengan pemaksaan. Akhirnya
terjadilan "perang" ibu dan anak. Tak sedikit yang kemudian
berkonsultasi ke ahli gizi. "Mereka mengeluh 'Dok, kok, anak saya enggak
suka sayur, sih? Padahal sudah saya paksa, lo. Sampai saya jejelin,
tetap saja dia tidak mau makan.' Menurut saya tindakan tersebut kurang
tepat. Makan sayur sebaiknya jangan dipaksakan karena semakin dipaksa
anak semakin trauma dan semakin tak menyukai sayur," tegas Lilik
BISA DIGANTI
Memang, kita akui makanan yang baik harus memiliki gizi seimbang. Untuk
mendapatkan gizi yang baik, dalam makanan si kecil harus ada sumber
karbohidrat, sumber lemak, sumber protein dan sumber vitamin. Misal,
nasi berfungsi sebagai karbohidrat, sedangkan lauk-pauk sebagai sumber
protein dan lemak. Nah, sayuran termasuk salah satu sumber vitamin.
"Namun jangan lupa, selain sayuran, sumber vitamin juga bisa didapat
dari buah-buahan." Jadi menurut Lilik, sayuran bisa diganti dengan
buah-buahan.
Dengan kata lain bila si kecil menolak makan sayur sampai mengatupkan
mulutnya, ya, enggak perlu dipaksa. "Untuk sementara enggak makan
sayuran enggak apa-apa. Apalagi bila anak sama sekali enggak mau
menjamah sayur." Cobalah untuk sementara waktu, sumber vitamin diganti
dengan buah-buahan. Tambahkan porsi buah-buahan dalam menu sehari-hari
untuk menggantikan sayur. Fungsi buah dan sayur pada makanan sama, tak
ada perbedaan sehingga bisa saling menggantikan. Pada umumnya anak akan
menyukai hampir semua jenis buah-buahan," kata Lilik.
Tapi, bukan berarti sayuran terus dilupakan begitu saja, lo. Sumber
vitamin tersebut harus diperkenalkan setiap hari pada si kecil. Cara
memperkenalkannya membutuhkan trik khusus. Salah satunya Ibu bisa
menyulap sayuran menjadi makanan yang menarik sehingga si kecil tertarik
untuk mengkonsumsinya. Misal, Ibu bisa membuat kue atau cake dari
wortel. Atau buatlah menu dengan bahan sayur-sayuran seperti wortel dan
labu siam menjadi seperti es buah. "Dengan dipotong kecil-kecil sayuran
tersebut jadi tersamar dan tidak kelihatan sebagai sayur. Diharapkan
dengan begitu anak jadi mau memakannya." Bisa juga sayuran tadi dicampur
dengan bahan lain, seperti telur. Jadi selain tersamar, rasanya pun
berbeda. "Karena, kan, anak biasanya enggak mau makan sayur karena
rasanya ada pahit-pahitnya".
Cara lainnya, dengan menggunakan alat bantu makan yang menarik.
Ibu-Bapak bisa menggunakan piring atau mangkuk lucu untuk memancing si
kecil. Secara psikologis si kecil yang masih balita akan suka melihat
gambar binatang lucu yang menempel di alat makannya. "Kronologisnya
mungkin begini, anak suka melihat gambar yang ada di alat makannya
sehingga jadi terhibur. Maka ketika dia disuruh bilang 'Aaaa', ya, dia
nurut karena dia lupa sehingga makanan bisa masuk ke mulutnya. Lain
kalau anak sedang serius, dikasih juga dia enggak mau. Jadi Ibu memang
dituntut harus kreatif."
SEJAK BAYI
Namun, Bu-Pak, cara paling efektif agar anak menyukai sayur adalah
dengan memperkenalkannya sejak mereka masih bayi. Tepatnya ketika ia
sudah boleh mengkonsumsi makanan semi padat; sekitar usia 6 bulan.
Sayuran tersebut dicampur ke dalam nasi tim saring. Biasanya untuk awal,
pilih sayuran yang berserat rendah; wortel, tomat, labu kuning, kangkung
atau bayam. Bayam boleh, kok, dikonsumsi bayi. Hanya saja perlu
memperhatikan beberapa hal. Misal, masak bayam untuk sekali saja. Jadi,
jangan masak untuk dua porsi; satu porsi untuk makan siang, kemudian
porsi berikutnya dihangatkan untuk makan sore. "Sebaiknya untuk bayam
Ibu masak dua kali; siang dan sore. Karena bila bayam dipanaskan kembali
maka kandungannya sudah tidak baik lagi untuk bayi."
Setelah usia bayi menginjak sekitar 8 bulan, sayur-sayuran bisa
disajikan dalam bentuk lebih kasar. Jadi Ibu tak perlu memblender lagi
namun cukup mencincang saja. Jenis sayurannya juga sudah bisa ditambah
dengan yang berserat lebih kasar, semisal kacang panjang atau buncis.
"Untuk balita terutama yang memiliki kelainan saluran cerna, sayuran
yang menimbulkan gas seperti kol dan sawi perlu dihindari dulu.
Dikhawatirkan anak menjadi kembung dan malah rewel."
Nah, dengan memperkenalkan sayuran sejak dini, si kecil akan mengingat
rasa sayuran itu terus. Bukankah pada masa satu tahun pertama, memori
bayi sangat kuat?
VITAMIN TERJAGA
Namun hati-hati ketika mengolah sayur, ya, Bu-Pak karena salah sedikit
bisa-bisa manfaatnya jadi berkurang. Saat akan mencuci sayur sebaiknya
dicuci dulu baru dipotong. "Sayuran yang sudah dipotong-potong, kan,
permukaannya banyak. Nah, bila diguyur dengan air bisa-bisa kandungan
vitaminnya, seperti vitamih C akan terbuang begitu saja. Karena vitamin
C, kan, larut dalam air," jelasnya. Selain itu, sebaiknya mencuci
sayuran pun di dalam air mengalir untuk menghilangkan racun.
Kemudian, cara memasaknya pun ada kiat khusus; jangan digodok terlalu
lama. Bila ingin merebus sayur, biarkan air mendidih terlebih dulu, baru
masukan sayurannya. "Jangan terlalu lama dan airnya juga jangan terlalu
banyak. Karena sifat vitamin yang tak larut dalam lemak seperti vitamin
C yang banyak dikandung dalam sayuran mudah sekali rusak dalam pemanasan
atau akan rusak kalau kena penguapan dan panas tinggi."
BANYAK MANFAAT
Yang jelas, Bu-Pak, sayuran yang berwarna, lanjut Lilik, lebih banyak
manfaatnya ketimbang sayuran yang tak berwarna karena sayuran berwarna
memiliki beta karoten. Seperti kita tahu beta karoten berguna untuk
mengubah pro-vitamin A yang dikandung dalam sayuran menjadi vitamin A.
"Vitamin A dalam sayuran sebenarnya, kan, tak ada. Tapi merupakan olahan
dari pro-vitamin A yang diubah menjadi vitamin A dengan bantuan beta
karoten. Sedangkan vitamin A banyak terdapat pada hewan." Contoh sayuran
yang mempunyai banyak beta karoten adalah sayuran yang berwarna; sayuran
berwarna merah, seperti wortel atau tomat, dan sayuran berwarna hijau
seperti kangkung atau bayam.
Pro-vitamin A dalam sayuran berguna untuk pertumbuhan tulang, mata,
rambut dan kulit si kecil. Selain itu, juga bermanfaat untuk mengganti
sel-sel tubuh, mengganti selaput lendir mata, dan meningkatkan kekebalan
tubuh terhadap infeksi. Manfaat sayuran tak terbatas sampai di situ, lo.
Misal, karena sayuran mengandung vitamin B kompleks, maka sayuran bisa
membantu proses metabolisme pembentukan sel darah merah dan bisa
meningkatkan selera makan si kecil. Kemudian, menjaga sistem saraf,
membantu proses perubahan karbohidrat menjadi energi, dan membantu sel
tubuh menggunakan oksigen.
Vitamin C yang dikandung sayuran penting untuk memelihara kesehatan
gigi, gusi, kulit, otot dan tulang. Selain itu, vitamin C bisa
mempercepat penyembuhan luka, menambah daya serap tubuh atas zat besi,
dan dapat mencegah flu. Sedangkan vitamin E dalam sayuran hijau, penting
untuk proses metabolisme dan menjaga kesehatan kulit dan otot.
Selain mengandung banyak vitamin, jelas Lilik, sayuran juga memiliki
beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh, seperti kalsium dan zat besi.
Kalsium penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi, untuk menjaga
keseimbangan cairan tubuh dan berguna untuk perkembangan sel saraf dan
otak. Sedangkan zat besi dalam sayur bisa membantu pembentukan
hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
sel-sel tubuh, serta dapat mencegah anemia.
Na, Bu-Pak, mengingat begitu banyak manfaatnya bagi pertumbuhan si
kecil, perkenalkan sayuran secara bertahap dan terus-menerus. Tapi,
ingat, ya, jangan dipaksa. Berkreasilah lebih banyak dan banyak lagi,
demi si kecil.
VARIASIKAN MAKANAN
Bisa dipastikan semua ahli gizi selalu menyarankan agar makanan bagi si
kecil harus beragam dan bervariasi. "Dengan memperoleh makanan yang
beraneka macam, si kecil bukan hanya memperoleh gizi yang baik, tapi
juga memudahkannya untuk menerima makanan baru," tandas Lilik.
Selain itu, pemberian makanan beragam dan bervariasi pun agar orang tua
tak kerepotan. Coba, deh, kalau anak hanya suka makanan yang itu-itu
saja. Kemudian, diajak bepergian sementara makanan yang disuka tidak
ada. Bukan tidak mungkin dia menolak makan sama sekali. "Kalau sudah
begitu, siapa yang repot?"
PERKENALKAN SAYUR LOKAL
Salah satu sayuran yang disarankan untuk dikonsumsi adalah brokoli
karena mengandung zat anti kanker. "Saya tidak mengerti mengapa brokoli
sangat disarankan di Amerika sana. Mungkin karena fungsinya sebagai anti
kanker, ya?" tutur Lilik. Tapi, karena baunya yang khas, tak semua anak
menyukainya. "Jika sudah demikian, tak perlu terlalu dipaksa. Toh,
sayuran lokal pun banyak yang tak kalah manfaatnya dari brokoli."
Apalagi brokoli relatif mahal dan tak bisa diperoleh di sembarang
tempat. Jadi, kenapa kita enggak menggunakan sayuran lokal saja. Misal,
daun singkong bisa diperkenalkan dengan diiris-iris halus. "Daun
singkong itu, kan, zat besinya tinggi, jadi cocok untuk anak yang tengah
dalam masa pertumbuhan."