Artikel sebelumnya telah dibahas tentang pemahaman dasar sistem reproduksi wanita dan apa yang menyebabkan ketidaksuburan pada wanita. Untuk kali ini akan diuraikan faktor-faktor yang beresiko timbulnya ketidaksuburan (infertilitas) pada wanita.
Sumber artikel : ditranslasikan dari "Infertility in Women" - The New York Times
Photo courtesy by Sean Fisher - "Unconditional"
Image courtesy by A.D.A.M., Inc.
Photo courtesy by Sean Fisher - "Unconditional"
Image courtesy by A.D.A.M., Inc.
FAKTOR-FAKTOR RESIKO KETIDAKSUBURAN
Di Amerika Serikat sekitar 10% wanita yang berusia 15-44 tahun atau sekitar 6,1 juta wanita, memiliki permasalahan mendapatkan kehamilan.
Resiko Usia
Kesuburan seorang wanita akan terus menyusut seiring dengan pertambahan usianya. Ketidaksuburan pada wanita dimulai ketika rata-rata mencapai usia pertengahan 30 tahunan, dan secara cepat ketidaksuburannya mencapai klimaks di akhir usia 30 tahunan.
Seiring dengan bertambahnya usia, maka ovarium akan semakin sedikit memproduksi sel telur. Selian itu, kualitas sel telurnya sudah mulai berkurang dibandingkan dengan kualitas wanita berusia muda.
Perempuan yang lebih tua memiliki resiko lebih tinggi untuk memproduksi sel telur dengan kelainan kromosom, di mana hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya keguguran dan kelahiran cacat. Perempuan yang lebih tua juga lebih cenderung memiliki masalah kesehatan yang dapat mengganggu kesuburan reproduksi.
Resiko Berat Badan
Meskipun sebagian besar hormon Estrogen wanita diproduksi di dalam ovariumnya, 30% di antaranya diproduksi oleh sel lemak yang mengubah hormon pria yang telah dihasilkan oleh kelenjar Adrenal menjadi Estrogen. Karena keseimbangan hormonal yang normal sangat penting untuk proses fertilitas, maka berat badan yang ekstrim tinggi atau rendah dapat menjadikannya berkontribusi besar terjadinya ketidaksuburan.
Wanita dalam kondisi berat badan yang berlebihan atau obesitas, di mana kadar lemaknya 10-15% di atas normal, dapat berkontribusi timbulnya ketidaksuburan dengan melalui beberapa cara. Obesitas juga berkaitan erat dengan penyakit Polycystic Ovarian Syndrome atau PCOS (lihat penjelasannya pada artikel sebelumnya) yang menyebabkan ketidaksuburan pada wanita.
Begitu pula bila seorang wanita dalam kondisi berat badan rendah di mana kadar lemak tubuh 10-15% di bawah normal, dapat secara utuh mematikan proses reproduksi.
Resiko-resiko berat badan lainnya yang dapat beresiko menimbulkan ketidaksuburan pada wanita:
- Wanita yang punya masalah dalam pola makan seperti mengidap Anorexia atau Bulimia.
- Wanita berkalori sangat rendah atau melakukan diet yang ekstrim ketat, khususnya ketika mereka mulai menunjukkan gejala ketidakaturan dalam siklus menstruasinya.
- Wanita vegetarian yang terlalu ketat pembatasannya mungkin akan punya kesulitan tubuhnya menyerap nutrisi-nutrisi yang sangat penting seperti Vitamin B12, Zinc, Zat Besi, dan Folic Acid.
- Wanita yang berolahraga dengan beban tuntutan harus memiliki tubuh yang ramping yang ditambah dengan beban latihan yang tinggi frekuensinya.
Resiko Merokok
Merokok dapat mengganggu ovarium wanita dan berkontribusi kepada penurunan produksi sel telur. Beberapa studi penelitian banyak yang menunjukkan wanita-wanita perokok cenderung untuk menopose lebih dini dibandingkan dengan wanita-wanita tidak perokok.
Resiko Alkohol dan Kafein
Konsumsi minuman keras beralkohol dan mengandung kafein yang tinggi dapat pula berkontribusi terjadinya ketidaksuburan pada wanita.
Resiko Polusi dan Limbah Lingkungan
Efek samping limbah kimiawi seperti herbisida, pestisida, dan polusi industri, dapat menyebabkan terjadinya ketidaksuburan pada wanita. Bahkan pria dan anak perempuan pun dapat pula beresiko menjadi tidak subur olehnya.
Beberapa bahan kimiawi berpotensi membuat hormon-hormon reproduksi menjadi abnormal atau tidak berfungsi. Seperti di antaranya Phthalate ester, bahan kimiawi untuk pembuatan plastik lembut, penggunaannya saat ini terus diawasi dengan ketat karena telah diketahui punya kemampuan untuk melemahkan hormon-hormon dalam tubuh.
Resiko Stres
Syaraf-syaraf pentranmisi (Neurotransmitters) yang bekerja di dalam kelenjar Hypothalamus, bertugas mengendalikan hormon reproduksi dan hormon stres. Sekalipun secara signifikan stres berpengaruh pada kesuburan atau proses perawatan kesuburan, masih dalam perdebatan, tetapi tidak disangsikan lagi kadar hormon stres yang mencapai jumlah yang parah atau ekstrim dapat berpotensi mematikan menstruasi pada wanita.
Kelenjar Hypothalamus termasuk organ yang sangat kompleks di otak manusia yang banyak memainkan peranan penting dalam metabolisme tubuh. Gangguan pada kelenjar Hypothalamus dan Pituitary dapat berpotensi meningkatkan gangguan sakit kepala.
ARTIKEL TERKAIT :