Ibnu Umar menceritakan, Aku datang menemui Nabi s.a.w., bersama sepuluh orang, lalu salah seorang Anshar bertanya, “Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia wahai Rasulullah?” Kemudian Nabi s.a.w. menjawab, “Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat” [H.R. Ibnu Majah]
Kita menabung biasanya kita tahu gunanya untuk di masa depan, bahkan kita minum vitamin karena kita tahu manfaatnya untuk mencegah dari penyakit. Begitulah suatu persiapan kita lakukan karena kita punya sebuah “kesadaran” akan kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Begitu pun dengan “kesadaran akhirat” kita, bila selama hidup kita tidak pernah melakukan amalan baik dan beribadah sebanyak-banyaknya, itu berarti kecerdasan pengetahuan kita tentang akhirat sudah tidak ada.
Oleh karena itulah Nabi Muhammad s.a.w. menegaskan bahwa sebenar-benarnya orang yang paling cerdas adalah orang yang sering mengingat mati dan yang paling banyak persiapan untuk menghadapinya.
Sungguh sia-sia segala apa yang kita usahakan di dunia ternyata tidak berguna sedikit pun untuk bekal hidup di akhirat kelak... Sungguh sangat merugi orang-orang yang seperti itu.
Sebuah nasihat bijak dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Kitab Shaid al-Khathir mungkin bisa menjadi perenungan kita bersama, ia berkata:
“Seandainya saja manusia itu tahu bahwa kematian akan menghentikan segala aktifitasnya, maka dia pasti akan mengamalkan perbuatan baik dalam hidupnya yang pahalanya terus-menerus mengalir setelah dia mati”