Rabu, 06 Oktober 2010

Nabi Mengajarkan Romantisme Itu Mudah dan Berpahala


Ah, kata siapa romantis itu susah ?!

Hampir semua orang ingat film romantis ingat Titanic... Mungkin ada benarnya juga, tapi tak perlu mendramatisir romantisme seperti jalan cerita film Titanic, toh Nabi Muhammad saw. memberi tips-tips yang lebih bagus lagi dan lebih aplikatif lagi.


BERMAIN DAN BERCANDA DENGAN ISTRI

Apa susahnya kita bangkitkan lagi masa pacaran dulu di masa rumah tangga sekarang ini?! Toh tidak ada celanya lagian siapa yang melarang? Jangan kira sebenarnya masing-masing dari kita, baik suami maupun sang istri, pasti merindukan "Masa-masa Berpacaran" sebagaimana kata Bang Rhoma.

Kalau di masa pacaran, kita sering nonton bareng di bioskop, ya bangkitkan kembali suasana itu dan mungkin akan lebih mengharukan lagi bila kita pun mengajak serta anak-anak. Bukankah kita akan merasa kalau dulu kita nonton cuma berdua, sekarang tak terasa kita berdua sudah punya anak seraya mengatakan kepada anak-anak kita memori orang tuanya dulu kala saat nonton bareng.

Jaman Nabi tidak dikenal bioskop apalagi DVD, tapi Nabi lebih futuristik, artinya Beliau mencontohkan romantisme dalam bermain dan bercanda dengan aplikasi yang murah meriah dan dapat dilakukan siapa saja.

Aisyah berkata: Rasulullah bertanding lari dengan saya dan saya menang. Kemudian saya berhenti, sehingga ketika badan saya menjadi gemuk, Rasulullah bertanding lagi dengan saya dan ia menang, kemudian ia berkata, "Kemenangan ini untuk kemenangan itu".
[H.R. Ahmad dan Abu Daud]

Apa yang dilakukan Nabi bukanlah seperti pertandingan atletik, melainkan suasana canda riang yang lebih mengakrabkan antara suami dengan istri.


"SURAT CINTA" UNTUK ISTRI

Tidak perlu harus sama antara di masa berpacaran dengan saat sudah berumah tangga dalam mengungkapkan kata-kata romantis. Kalau dulu kita pakai kertas wangi (hehehe) dengan perangko pinjaman dari warung, nah sekarang kenapa tidak kita gunakan SMS.

Menanyakan "apa mama yang sedang dilakukan sekarang?" atau "apakah mama sudah makan?" atau "mama jangan terlalu cape ya..." hal itu jangan dianggap sepele apalagi tabu. Justru kata-kata tersebut sangat-sangat mencerminkan perhatian kita terhadap istri, dan pada akhirnya istri akan merasa kita ini romantis karena di sela-sela waktu sibuk masih sempat memperhatikan dirinya.

Begitupun Nabi yang sering memanggil-manggil Aisyah dengan panggilan romantis "Humaira" yang artinya pipi merah delima atau yang pipinya kemerah-merahan.

Bahkan Soekarno pernah suatu hari menulis surat kepada istrinya yang ditutup dengan kata-kata: "Cintaku, Soekarno", so sweet...




NABI PUN ROMANTIS DI DAPUR

Pada intinya, romantisme itu adalah memberi perhatian tanpa dipinta. Romantisme dapat pula kita bangkitkan saat istri kita sedang sibuk-sibuknya dengan tanggung jawab pekerjaan rumahnya. Betapa tidak di saat itu kita membantunya untuk meringankan tugas yang telah melelahkannya, maka di saat itu ia akan merasakan betapa anda telah memperhatikan kondisinya, menghargai rasa lelahnya, dan yang paling so sweet adalah anda telah menunjukkan seakan-akan anda tidak rela bila istri anda jatuh sakit.

Tahukah bila sebenarnya Nabi sudah lebih dulu mengajarkan hal ini? Dan inilah kesaksian langsung dari istri beliau, Aisyah r.ha:

Aisyah berkata, "Rasulullah mengerjakan apa yang biasa dikerjakan salah seorang kalian di rumahnya. Beliau menambal sandalnya, menambal bajunya dan menjahitnya". [H.R. Bukhari]

Al-Aswad bin Yazid bertanya kepada Aisyah, "Apa yang biasa dilakukan Nabi s.a.w. di dalam rumah?" Aisyah menjawab, "Beliau biasa membantu pekerjaan istrinya. Bila tiba waktu shalat, beliau pun keluar untuk mengerjakan shalat". [H.R. Bukhari]


ROMANTIS KEPADA ISTRI ITU BERPAHALA

Inilah keindahan Islam, bermesra-mesraan dengan istri pun termasuk ibadah karena manfaatnya sangat luar biasa besar sekali untuk kehidupan manusia. Jadi, mulai sekarang jangan abaikan romantisme dalam rumah tangga, karena hal itu di dalam pandangan agama sungguh mulia.


Nabi Muhammad saw. bersabda:
"Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik ahlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap isteri-isteri kalian."

[H.R. Tirmidzi]