Karena tidak memiliki hormon estrogen, maka kaum laki-laki sering disebut dengan jenis kelamin yang lemah. Para peneliti menemukan bahwa perempuan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki karena hormon seksualnya.
Hasil studi menunjukkan bahwa hormon seksual perempuan yaitu estrogen dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang utama dalam mencegah serangan bakteri atau infeksi lainnya.
Berdasarkan temuan ini ada kemungkinan meningkatkan penggunan obat berbasis estrogen untuk membantu pertahanan tubuh kaum laki-laki. Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada enzim yang disebut dengan caspase-12.
Enzim ini kemungkinan dapat melindungi tubuh terhadap infeksi dengan cara menghalangi peradangan di tubuh untuk melawan bakteri atau kuman lain yang tidak diinginkan.
Studi menunjukkan bahwa estrogen yang dibuat secara rekayasa genetis dapat memberikan kekebalan bagi tubuh. Hasil ini dilaporkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
"Hasil studi menunjukkan bahwa perempuan memiliki respons terhadap anti peradangan yang lebih kuat daripada laki-laki. Ketika studi ini dilakukan pada tikus, ada kemungkinan juga berlaku pada manusia dengan membuat obat immunityboosting," ujar peneliti Maya Saleh, seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (26/3/2010).
Dr Saleh menambahkan bahwa laki-laki memang lebih rentan terhadap infeksi oleh bakteri, virus, jamur atau cacing dibanding perempuan. Selain itu juga didapatkan sekitar 30 persen laki-laki mengalami sakit pilek dan flu, sedangkan perempuan hanya 22 persen saja.
Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan mengapa beberapa orang dapat menahan rasa sakit sementara orang lain harus berjuang mencari obat agar bisa merasa lebih baik. Hal ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh seberapa banyak hormon estrogen yang dimiliki orang tersebut untuk memberikan sistem kekebalan tubuh yang maksimal.
Sementara itu ilmuwan dari Stanford University di California menyimpulkan bahwa perbedaan diantara keduanya juga bisa terletak pada pikiran orang tersebut terhadap sesuatu. Rasa sakit bisa dihambat atau dikurangi dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada.
source: detikhealth.com
blog editor: dr. wahyu triasmara