“Bukankah Tuhan itu Maha Menyembuhkan?”
“Ya benar”
“Lalu mengapa Tuhan repot-repot menciptakan dokter? Bukankah Dia bisa langsung menyembuhkan orang yang sakit?”
“Ya, itupun benar”
“Jadi mana yang benar?”
“Yang benar itu Tuhan, yang tidak benar bukanlah dokter yang menyembuhkan, melainkan Tuhan”
“Lalu untuk apa Tuhan menciptakan dokter”
“Supaya kamu bisa menggunakan telingamu, matamu dan akalmu agar mengetahui apa yang salah dengan tubuhmu yang sedang sakit dari apa yang dijelaskan oleh hasil diagnosis dokter sesuai dengan ilmunya. Sehingga kamu pun tersadarkan bahwasannya kamu tidak punya kuasa apapun terhadap sakit pada tubuhmu sendiri bahkan dengan uban di kepalamu. Seandainya kamu berkuasa penuh terhadap tubuhmu, niscaya kamu bisa mencegah munculnya uban di kepalamu ataupun bisa mengencangkan kulitmu yang keriput”
“Tuhan mengilhamkan dokter untuk memberimu obat, agar kamu sadar bahwa dokter bukanlah Tuhan, melainkan diberikannya oleh dokter itu sebuah obat untuk meredam sakitmu.”
“Obat itu pun akhirnya menyembuhkan sakitmu tetapi Tuhanmu mencabut nyawa teman-temanmu yang tidak sakit ataupun yang tidak meminum obat itu supaya kamu tersadarkan bahwa bukanlah obat itu yang menyembuhkanmu atau bahkan bukanlah yang menyelamatkanmu, melainkan Tuhanmu.”
(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,
dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,
dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,
dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
[Q.S. asy-Syu'araa' 26:78-81]
Photo courtesy: Hope Hangs by a Thread by Lana Lang