Pada suatu kesempatan, seorang sahabat saya yang kebetulan berprofesi sebagai Warois di sebuah rumah sakit memaparkan pengalaman-pengalamannya yang menurut saya sangat mengagumkan.
Hampir setiap hari ia berkeliling ruangan untuk menjenguk pasien, berdialog dengan mereka dan menghibur mereka dengan doa-doa dan kisah-kisah penyemangat.
Di sela-sela rutinitasnya tersebut, atas kehendak Tuhan, sering ia dihadapkan pada situasi yang mencekam seperti saat pasien yang sedang menghadapi sakaratul maut.
Saya bisa merasakan bagaimana beratnya menghadapi situasi tersebut sebagaimana terlihat dari raut wajahnya saat ia menceritakan pengalaman-pengalamannya tersebut:
"Terus terang dok, saya tidak begitu mengenal dengan siapa yang saya hadapi, tapi cuma satu hal saja yang saya kenali dari mereka yaitu saat mereka menghadapi perkara yang sangat berat,
SAKARATUL MAUT...
SAKARATUL MAUT...
sebuah perkara yang seorang Nabi bahkan Jibril pun tidak bisa berkuasa menghalanginya..."
Dan inilah kata-katanya yang membuat saya akan terkenang selalu:
"Di saat-saat seperti itu, ternyata apa yang kita miliki selama hidup di dunia ini tidak bisa memberikan manfaat sedikit pun, saya sadar bahwa saya bukanlah dalam posisi sebagai Tuhan.
Terkadang Tuhan memperlihatkan kepada saya, sosok jiwa yang begitu tenang dan ikhlas saat menghembuskan nafas terakhirnya.
Terkadang Tuhan memperlihatkan kepada saya, sosok jiwa yang begitu tenang dan ikhlas saat menghembuskan nafas terakhirnya.
Pemandangan seperti ini begitu menggugah perasaan saya, yang pada akhirnya menggiring pada sebuah kesadaran, ternyata inilah yang dinamakan Hidup Yang Sukses itu dok..."
Mutiara dari perkataannya adalah bahwa:
Indikator suksesnya hidup kita adalah di saat kita meninggal dengan husnul khotimah, sebuah akhir yang indah dengan jiwa yang tenteram menghadap Tuhannya.
Itulah yang dinamakan sebenar-benarnya arti dari HIDUP YANG SUKSES di mana segala sakit, lapar dan cemas yang kita perjuangkan dengan susah payah untuk melawannya dan segala kesabaran yang kita kerahkan habis-habisan, ternyata tidaklah sia-sia saat kita mengakhiri perjalanan hidup di dunia ini dengan keridhoan Tuhan kepada kita.
"Wahai jiwa yang tenang,
kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenteram lagi diridhoi-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku."
kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenteram lagi diridhoi-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku."
[Q.S. al-Fajr 89:27-30]
Photo courtesy: "Peaceful Ending" by Patrick Di Fruscia.