Endometriosis berarti tumbuhnya jaringan endometrium (lapisan dalam rahim yang biasanya menebal dan keluar saat haid), tumbuh diluar rahim dan mengikuti pola haid seperti endometrium dalam rahim. Artinya saat haid, enometrium yang ektopik ini juga ikut mengeluarkan darah. Karena tidak memiliki akses keluar, maka darah yang muncul di jaringan ini akan menimbulkan rasa sakit serta menjadi kista jika loaksinya di indung telur.
Endometriosis bisa memiliki derajat ringan, sedang dan berat. Yang ringan dan sedang cendrung memberat jika tidak diobati. Bisa tidak bergejala bisa juga memiliki gejala2 yang khas dari penyakit ini yaitu : dismenorea (nyeri saat haid), nyeri panggul lainnya saat pipis dan BAB, darah haid yang berlebihan dan infertiliti (lihat espeogepedia: fertlitas)
Penyebabnya sampai sekarang masih belum jelas/pasti. Diduga faktor hormon dan sistem kekebalan (imunitas) berperan sebagai penyebabnya. Salah satu teorinya : darah haid yang mengandung endometrium keluar lewat saluran telur. masuk ke rongga perut dan tumbuh disana, sedangkan teori lain bilang sel endometrium terbawa lewat aliran darah ubh lalu tumbuh pada tempat lain pada tubuh.
Beberapa pemeriksaan perlu dilakukan untuk menetapkan diagnosis endometriosis. Pemeriksaan panggul dilakukan dengan palpasi dengan dua tangan (bimanual) satu tangan di dinding perut dan satunya lagi didalam rongga vagina, untuk memeriksa kista serta jaringan endometriosis yg ada di belakang rahim. Hasil ini selanjutnya dikonfirmasi dengan USG (terutama transvaginal).
Satu-satunya cara mengetahui dengan pasti adanya endometriosis adalah dengan melihat /visualisasi langsung) jaringan endometrial dengan laparoskopi. Dengan prosedur ini bisa dilihat lokasi serta ukuran lesi endometriosis dan selanjutnya akan ditentukan grade atau derajat endometriosisnya ringan, sedang atau berat.
Cancer antigen 125 (CA 125) adalah tes darah sering digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda Tumor tertentu untuk kanker, tetapi juga dapat digunakan untuk mendeteksi suatu protein yang ditemukan dalam darah perempuan dengan endometriosis. CA 125 paling sensitif ketika endometriosis dalam tahap awal.
Pengobatan untuk endometriosis biasanya dengan obat atau operasi. Pada umumnya, dokter menyarankan mencoba pendekatan konservatif sebagai pilihan pertama apalagi jika ingin hamil, pilihan untuk operasi merupakan pilihan terakhir.
Obat -obatan yang dibserikan berupa obat anti nyeri seperti ibuprofen (Advil, Motrin IB, dan lainnya), untuk membantu mengatasi nyeri haid. Tetapi jika dengan dosis optimal nyeri masih belum teratasi maka harus dilakukan dengan cara lain.
Tambahan terapi hormon efektif dalam mengurangi atau menghilangkan rasa sakit endometriosis. Hormonal terapi digunakan untuk mengobati endometriosis termasuk: kontrasepsi hormonal. Penggunakan kontrasepsi hormonal dapat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit yang ringan hingga sedang dari endometriosis.
Gonadotropin-Releasing Hormone (Gn-RH) agonists dan antagonists dipakai untuk memblokir hormon ovarium yang merangsang endometriosis. Pemberian obat ini akan menghentikan menstruasi sehingga akan mengecilkan lesi endometriosisnya. Efek samping berupa hot flashes dan vagina kering dpt diatasi dengan pemberian estrogen dosis rendah.
Danazol adalah obat lainny yang bisa dipakai, tetapi bukan pilihan utama karena dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti jerawat dan pertumbuhan rambut. Obat lainnya seperti injeksi Medroxyprogesterone (Depo-Provera) juga dapat dipakai untuk mengurangi gejala endometriosis Efek samping dapat berupa penambhan berat badan, tulang keropos dan depresi.
Jika ibu memiliki endometriosis dan mencoba untuk menjadi hamil, operasi untuk menghilangkan lesi mungkin akan meningkatkan peluang tersebut. Pembedahan ini berujuan membuang lesi endometriosis, jaringan parut dan perlengketan tanpa harus mengangkat organ reproduksi. Bisa dilakukan dengan laparoskpi ataupun dengan pembedahan biasa jika lesinya sangat luas banyak. Jika ternyata hasil operasi konservatif tidak efektif maka sebaiknya dilakukan assisted reproduksi.
Pada beberapa kasus endometriosis tertentu terutama bagi yang sudh tidak menginginkan anak dapt dilakukan operasi pengangkatan rahim serta kedua indung telurnya sekaligus. Dan tentunya ini merupakan tindakan terakhir.
Penyebabnya sampai sekarang masih belum jelas/pasti. Diduga faktor hormon dan sistem kekebalan (imunitas) berperan sebagai penyebabnya. Salah satu teorinya : darah haid yang mengandung endometrium keluar lewat saluran telur. masuk ke rongga perut dan tumbuh disana, sedangkan teori lain bilang sel endometrium terbawa lewat aliran darah ubh lalu tumbuh pada tempat lain pada tubuh.
Beberapa pemeriksaan perlu dilakukan untuk menetapkan diagnosis endometriosis. Pemeriksaan panggul dilakukan dengan palpasi dengan dua tangan (bimanual) satu tangan di dinding perut dan satunya lagi didalam rongga vagina, untuk memeriksa kista serta jaringan endometriosis yg ada di belakang rahim. Hasil ini selanjutnya dikonfirmasi dengan USG (terutama transvaginal).
Satu-satunya cara mengetahui dengan pasti adanya endometriosis adalah dengan melihat /visualisasi langsung) jaringan endometrial dengan laparoskopi. Dengan prosedur ini bisa dilihat lokasi serta ukuran lesi endometriosis dan selanjutnya akan ditentukan grade atau derajat endometriosisnya ringan, sedang atau berat.
Cancer antigen 125 (CA 125) adalah tes darah sering digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda Tumor tertentu untuk kanker, tetapi juga dapat digunakan untuk mendeteksi suatu protein yang ditemukan dalam darah perempuan dengan endometriosis. CA 125 paling sensitif ketika endometriosis dalam tahap awal.
Pengobatan untuk endometriosis biasanya dengan obat atau operasi. Pada umumnya, dokter menyarankan mencoba pendekatan konservatif sebagai pilihan pertama apalagi jika ingin hamil, pilihan untuk operasi merupakan pilihan terakhir.
Obat -obatan yang dibserikan berupa obat anti nyeri seperti ibuprofen (Advil, Motrin IB, dan lainnya), untuk membantu mengatasi nyeri haid. Tetapi jika dengan dosis optimal nyeri masih belum teratasi maka harus dilakukan dengan cara lain.
Tambahan terapi hormon efektif dalam mengurangi atau menghilangkan rasa sakit endometriosis. Hormonal terapi digunakan untuk mengobati endometriosis termasuk: kontrasepsi hormonal. Penggunakan kontrasepsi hormonal dapat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit yang ringan hingga sedang dari endometriosis.
Gonadotropin-Releasing Hormone (Gn-RH) agonists dan antagonists dipakai untuk memblokir hormon ovarium yang merangsang endometriosis. Pemberian obat ini akan menghentikan menstruasi sehingga akan mengecilkan lesi endometriosisnya. Efek samping berupa hot flashes dan vagina kering dpt diatasi dengan pemberian estrogen dosis rendah.
Danazol adalah obat lainny yang bisa dipakai, tetapi bukan pilihan utama karena dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti jerawat dan pertumbuhan rambut. Obat lainnya seperti injeksi Medroxyprogesterone (Depo-Provera) juga dapat dipakai untuk mengurangi gejala endometriosis Efek samping dapat berupa penambhan berat badan, tulang keropos dan depresi.
Jika ibu memiliki endometriosis dan mencoba untuk menjadi hamil, operasi untuk menghilangkan lesi mungkin akan meningkatkan peluang tersebut. Pembedahan ini berujuan membuang lesi endometriosis, jaringan parut dan perlengketan tanpa harus mengangkat organ reproduksi. Bisa dilakukan dengan laparoskpi ataupun dengan pembedahan biasa jika lesinya sangat luas banyak. Jika ternyata hasil operasi konservatif tidak efektif maka sebaiknya dilakukan assisted reproduksi.
Pada beberapa kasus endometriosis tertentu terutama bagi yang sudh tidak menginginkan anak dapt dilakukan operasi pengangkatan rahim serta kedua indung telurnya sekaligus. Dan tentunya ini merupakan tindakan terakhir.
source: blog dr. didi, Sp.OG
blog editor: dr. wahyu triasmara