Ciri-ciri obat kimia medis konvensional DENGAN SANGAT JELAS, yaitu: sintetis dan asing bagi tubuh alami kita, memiliki berbagai efek samping negatif, merusak alam jika dibuang ke air dan tanah dalam jumlah yang banyak, bersifat toksik, memiliki rentetan sejarah yang menunjukkan pasien makin parah setelah mengonsumsinya, serta tidak bisa dikonsumsi setiap hari layaknya makanan karena bisa mengakibatkan cacat ataupun kematian.
Tapi dengan begitu banyaknya hal negatif dari obat kimia, mengapa masih tetap menjadi standar dan sangat dipercaya dibandingkan alam ciptaan Tuhan? Kunci jawaban dari pertanyaan ini adalah politik, uang, dan kejeniusan ilmu marketing perusahaan obat. “Ah, yang bener…? Apa maksud Anda dengan politik, uang, dan kejeniusan ilmu marketing?” Baiklah, ini penjelasannya…
Bagaimana Menjual Racun Mematikan yang Tidak Enak Rasanya dan Membuat Orang Kecanduan Racun Tersebut? Nah, hal ini dapat dipahami dari pelajaran marketing Tung Desem Waringin dalam bukunya “Marketing Revolution” tentang kejeniusan iklan rokok. Bagaimana “Menawarkan” sesuatu hal yang tidak enak, merusak kesehatan, menghabiskan uang, membuat mulut bau, baju dan celana berlubang, bahkan paru-paru pun ikut berlubang, dicurigai merusak janin, menimbulkan impotensi, membuat sakit jantung, kanker? Jawabannya adalah dengan menggunakan hukum Pavlov. Seperti anjing yang dirangsang, lapar, begitu keluar air liurnya dibunyikan lonceng. Ketika dibiasakan berulang-ulang. Terjadilah satu yang namanya “Cantolan” kebiasaan. Ketika dibalik dibunyikan lonceng langsung keluar air liurnya. Walaupun lonceng tidak ada hubungannya dengan lapar & air liur. Iklan rokok juga dimulai dengan menampilkan misal sosok koboi yang keren, jantan, kemudian ketika perasaan penonton mulai keluar, keren, gagah, jantan, keluarlah musik dan suara yang khas, gambar, dan slogan rokok tersebut. Dan ini diulangi terus sampai timbullah “Cantolan” kebiasaan. Ketika ingat rokok tersebut keluarlah perasaan keren, gagah, dan jantan. Plus didukung dengan “Hukum Ikut-Ikutan” orang takut tidak diterima dalam kelompoknya.
Demikian juga iklan yang menunjukkan keakraban dalam sebuah gank dengan cerita yang simple, konkret, shocking, emosionil, menunjukkan saling membantu antarteman, bisa dipercaya. Ketika perasaan tersebut sudah keluar, keluarlah musik, suara yang khas dan slogan rokok tersebut. Setelah diulang-ulang timbul “Cantolan” kebiasaan ketika melihat iklan rokok, mendengarkan suara slogan, ingat rokok tersebut ingat satu perasaan keakraban, saling membantu. Bisa juga menggunakan kelompok orang terkenal, bintang film, artis, musisi untuk menimbulkan perasaan terkenal, hebat, baru keluar slogan rokok tersebut.
Bisa juga dengan menggunakan sekelompok pemuda yang menunjukkan perasaan dinamis, baru keluar slogan rokok tersebut. Bisa juga menggunakan kelompok pemuda yang kreatif yang menunjukkan perasaan kreatif, baru keluar slogan rokok tersebut. Sama dengan iklan rokok tadi, marketing brilian dari medis konvensional mampu mencuci otak masyarakat melalui penampilan luar dokter yang rapi, rupawan, dan profesional; peralatan yang canggih dan mahal; penelitian-penelitian yang nampak rumit dan hanya dilakukan oleh orang-orang pintar; iklan-iklan yang penuh dengan janji dan menyentuh perasaan, kata-kata intelektual yang membingungkan (hanya orang “berpendidikan tinggi” saja yang biasa memahaminya); sekolah kedokteran yang eksklusif dan mahal; prestis yang dimiliki; dan lain sebagainya. Apalagi ditambah slogan-slogan yang penuh dengan kata-kata “modern, canggih, lebih pasti, lebih ilmiah, mutakhir, terstandarisasi, terobosan baru, temuan baru, teruji, dan kata-kata lainnya yang membuat kita berasumsi hal yang baik-baik saja.
Semua ini Anda lihat dari sejak kecil dan Anda sering mendengar dan menyaksikan “semua” orang mengelu-elukan “kehebatan dan kepintaran” dokter medis konvensional. “Iklan hidup” mengenai pengobatan medis konvensional ini bertahun-tahun Anda terima sampai sekarang ini, dan ini semua melekat begitu dalam di batin bawah sadar Anda, sampai-sampai Anda meyakininya sebagai kebenaran.
Jika sudah yakin, Anda pun PASTI dengan rela MEMBERI DIRI kepada dokter Anda untuk disembuhkan. Lain dari dokter, “No way!!!” atau seringkali…, ”Alternatif? No way!”
OK, sekarang bagaimana dengan contoh iklan tandingan, iklan Layanan Masyarakat untuk mengurangi perokok dan dampak buruknya? Kalau ada iklan dilarang Merokok. Orang akan semakin merokok. Karena pikiran bawah sadar manusia tidak mengenal kata negatif “Tidak”, “Jangan”, “Tidak Boleh”, ataupun “Dilarang”. Sekian detik otak kita malah kepingin tahu “Apa itu?” Misal ada istri yang cemburu sama suaminya dan dia bicara, “Awas ya, Papa DILARANG INGAT-INGAT TUTI!” Apa yang terjadi? Dijamin suaminya jadi ingat “TUTI”. Bahkan seketika wajah “TUTI” akan keluar di kepala sang suami.
Kenapa iklan rokok yang tidak menampilkan orang merokok, bentuk rokoknya, gambar kotak rokoknya, semua tidak ada, dan iklan sering kali begitu indahnya berhasil mengingatkan orang untuk merokok. Karena di akhir iklan rokok selalu ada “PERINGATAN PEMERINTAH: MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN. Sama dengan efek samping obat-obatan kimia yang sebenarnya JUGA MEMBAHAYAKAN KESEHATAN tidak kita pedulikan, yaitu dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal, hati, menyebabkan tumor, hipertensi, merusak usus, mengakibatkan kebutaan, menyebabkan kelumpuhan, kejang-kejang, diare, depresi, paru-paru basah, sesak nafas, sakit kepala, dan lain sebagainya.
Walaupun semua efek samping mengerikan tadi TERTULIS DENGAN JELAS pada kemasan atau brosur pemakaian obat, Anda masih saja dengan mantap mengkonsumsi obat-obatan sintetis yang pahit, mahal, merusak ginjal, jantung, hati, dan organ tubuh lainnya, serta belum tentu manjur tersebut?!?! Pengobatan medis konvensional yang sama dengan rokok tersebut diantaranya adalah kemoterapi, obat antidepresi, obat diabetes, dan ARV.
Referensi: Waringin, Tung Desem: Marketing Revolution, hal. 243-244, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008
Pengobatan yang Merusak Alam
Produsen obat-obatan kimia medis konvensional berkata, “Tapi bukankah produk-produk kami mengolah alam karena juga berasal dari alam?” Ya memang benar obat-obat kimia medis konvensional berasal dari alam. Bahkan segala yang ada di sekitar adalah dari alam, seperti misalnya mobil, jam tangan, radio, racun serangga, kosmetik, dan sebagainya.
Tapi permasalahannya adalah benarkah memproduksi obat-obatan kimia adalah tindakan mengolah alam? Tidak. Yang benar adalah merusak alam. Contoh pengobatan yang mengolah alam adalah suplemen. Pembuatan suplemen merupakan tindakan mengolah alam. Perbedaannya sungguh besar karena pembuatan suplemen tidak merusak “rancangan” Tuhan atas materi asal yang dijadikan suplemen.
Unsur alam yang ada telah memiliki fungsi atau manfaat yang telah ditentukan Tuhan sebelumnya dan tinggal kita yang memanfaatkan alam tersebut sesuai dengan yang “dimaksudkan” Tuhan untuk kebaikan kita. Contoh mengolah alam adalah pemanfaatan khasiat kelapa dengan membuat suplemen Virgin Coconut Oil, pemanfaatan khasiat omega-3 pada minyak ikan dengan ekstrak minyak ikan, pembuatan suplemen klorofil, pembuatan ekstrak bawang putih, dan sebagainya. Lain halnya dengan obat-obatan yang dibuat oleh manusia dengan cara pemisahan unsur molekul dari molekul aslinya (yang sebenarnya “menyeimbangkan”) sehingga “rancangan awal Tuhan” atas molekul tersebut jadi hilang. Contoh merusak alam dari molekul asli yang sebenarnya untuk “menyeimbangkan” adalah pembuatan garam meja yang digembar-gemborkan mengandung yodium yang baik untuk kesehatan ternyata adalah garam berbahaya yang telah dipecah dari unsur garam aslinya. Garam yodium malah terbukti menyebabkan hipertensi sedangkan garam laut asli yang “kita jauhi” ternyata diciptakan oleh Tuhan untuk penyedap rasa yang nikmat dan baik untuk meyembuhkan berbagai masalah kesehatan.
Prinsip “Lebih Baik” Apa artinya Prinsip “Lebih Baik”? Ini adalah suatu prinsip yang memegang atau mempercayakan diri pada sesuatu yang lebih baik dibandingkan sesuatu lain yang kurang baik. Ini adalah prinsip yang sangat sederhana dan demi keselamatan Anda sendiri, ikutilah prinsip ini.
Untuk memahaminya, saya ajukan pertanyaan: Apakah suatu tindakan yang masuk akal dan cerdas jika kita tetap mengandalkan obatan-obatan kimia beracun yang ternyata tidak bisa menyembuhkan (sekedar merawat), padahal di sekitar kita ada alam yang sudah terbukti lebih baik dan BISA MENYEMBUHKAN?
Jika ada yang lebih baik, mengapa harus pakai yang jelek?
Tapi dengan begitu banyaknya hal negatif dari obat kimia, mengapa masih tetap menjadi standar dan sangat dipercaya dibandingkan alam ciptaan Tuhan? Kunci jawaban dari pertanyaan ini adalah politik, uang, dan kejeniusan ilmu marketing perusahaan obat. “Ah, yang bener…? Apa maksud Anda dengan politik, uang, dan kejeniusan ilmu marketing?” Baiklah, ini penjelasannya…
Bagaimana Menjual Racun Mematikan yang Tidak Enak Rasanya dan Membuat Orang Kecanduan Racun Tersebut? Nah, hal ini dapat dipahami dari pelajaran marketing Tung Desem Waringin dalam bukunya “Marketing Revolution” tentang kejeniusan iklan rokok. Bagaimana “Menawarkan” sesuatu hal yang tidak enak, merusak kesehatan, menghabiskan uang, membuat mulut bau, baju dan celana berlubang, bahkan paru-paru pun ikut berlubang, dicurigai merusak janin, menimbulkan impotensi, membuat sakit jantung, kanker? Jawabannya adalah dengan menggunakan hukum Pavlov. Seperti anjing yang dirangsang, lapar, begitu keluar air liurnya dibunyikan lonceng. Ketika dibiasakan berulang-ulang. Terjadilah satu yang namanya “Cantolan” kebiasaan. Ketika dibalik dibunyikan lonceng langsung keluar air liurnya. Walaupun lonceng tidak ada hubungannya dengan lapar & air liur. Iklan rokok juga dimulai dengan menampilkan misal sosok koboi yang keren, jantan, kemudian ketika perasaan penonton mulai keluar, keren, gagah, jantan, keluarlah musik dan suara yang khas, gambar, dan slogan rokok tersebut. Dan ini diulangi terus sampai timbullah “Cantolan” kebiasaan. Ketika ingat rokok tersebut keluarlah perasaan keren, gagah, dan jantan. Plus didukung dengan “Hukum Ikut-Ikutan” orang takut tidak diterima dalam kelompoknya.
Demikian juga iklan yang menunjukkan keakraban dalam sebuah gank dengan cerita yang simple, konkret, shocking, emosionil, menunjukkan saling membantu antarteman, bisa dipercaya. Ketika perasaan tersebut sudah keluar, keluarlah musik, suara yang khas dan slogan rokok tersebut. Setelah diulang-ulang timbul “Cantolan” kebiasaan ketika melihat iklan rokok, mendengarkan suara slogan, ingat rokok tersebut ingat satu perasaan keakraban, saling membantu. Bisa juga menggunakan kelompok orang terkenal, bintang film, artis, musisi untuk menimbulkan perasaan terkenal, hebat, baru keluar slogan rokok tersebut.
Bisa juga dengan menggunakan sekelompok pemuda yang menunjukkan perasaan dinamis, baru keluar slogan rokok tersebut. Bisa juga menggunakan kelompok pemuda yang kreatif yang menunjukkan perasaan kreatif, baru keluar slogan rokok tersebut. Sama dengan iklan rokok tadi, marketing brilian dari medis konvensional mampu mencuci otak masyarakat melalui penampilan luar dokter yang rapi, rupawan, dan profesional; peralatan yang canggih dan mahal; penelitian-penelitian yang nampak rumit dan hanya dilakukan oleh orang-orang pintar; iklan-iklan yang penuh dengan janji dan menyentuh perasaan, kata-kata intelektual yang membingungkan (hanya orang “berpendidikan tinggi” saja yang biasa memahaminya); sekolah kedokteran yang eksklusif dan mahal; prestis yang dimiliki; dan lain sebagainya. Apalagi ditambah slogan-slogan yang penuh dengan kata-kata “modern, canggih, lebih pasti, lebih ilmiah, mutakhir, terstandarisasi, terobosan baru, temuan baru, teruji, dan kata-kata lainnya yang membuat kita berasumsi hal yang baik-baik saja.
Semua ini Anda lihat dari sejak kecil dan Anda sering mendengar dan menyaksikan “semua” orang mengelu-elukan “kehebatan dan kepintaran” dokter medis konvensional. “Iklan hidup” mengenai pengobatan medis konvensional ini bertahun-tahun Anda terima sampai sekarang ini, dan ini semua melekat begitu dalam di batin bawah sadar Anda, sampai-sampai Anda meyakininya sebagai kebenaran.
Jika sudah yakin, Anda pun PASTI dengan rela MEMBERI DIRI kepada dokter Anda untuk disembuhkan. Lain dari dokter, “No way!!!” atau seringkali…, ”Alternatif? No way!”
OK, sekarang bagaimana dengan contoh iklan tandingan, iklan Layanan Masyarakat untuk mengurangi perokok dan dampak buruknya? Kalau ada iklan dilarang Merokok. Orang akan semakin merokok. Karena pikiran bawah sadar manusia tidak mengenal kata negatif “Tidak”, “Jangan”, “Tidak Boleh”, ataupun “Dilarang”. Sekian detik otak kita malah kepingin tahu “Apa itu?” Misal ada istri yang cemburu sama suaminya dan dia bicara, “Awas ya, Papa DILARANG INGAT-INGAT TUTI!” Apa yang terjadi? Dijamin suaminya jadi ingat “TUTI”. Bahkan seketika wajah “TUTI” akan keluar di kepala sang suami.
Kenapa iklan rokok yang tidak menampilkan orang merokok, bentuk rokoknya, gambar kotak rokoknya, semua tidak ada, dan iklan sering kali begitu indahnya berhasil mengingatkan orang untuk merokok. Karena di akhir iklan rokok selalu ada “PERINGATAN PEMERINTAH: MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN. Sama dengan efek samping obat-obatan kimia yang sebenarnya JUGA MEMBAHAYAKAN KESEHATAN tidak kita pedulikan, yaitu dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal, hati, menyebabkan tumor, hipertensi, merusak usus, mengakibatkan kebutaan, menyebabkan kelumpuhan, kejang-kejang, diare, depresi, paru-paru basah, sesak nafas, sakit kepala, dan lain sebagainya.
Walaupun semua efek samping mengerikan tadi TERTULIS DENGAN JELAS pada kemasan atau brosur pemakaian obat, Anda masih saja dengan mantap mengkonsumsi obat-obatan sintetis yang pahit, mahal, merusak ginjal, jantung, hati, dan organ tubuh lainnya, serta belum tentu manjur tersebut?!?! Pengobatan medis konvensional yang sama dengan rokok tersebut diantaranya adalah kemoterapi, obat antidepresi, obat diabetes, dan ARV.
Referensi: Waringin, Tung Desem: Marketing Revolution, hal. 243-244, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008
Pengobatan yang Merusak Alam
Produsen obat-obatan kimia medis konvensional berkata, “Tapi bukankah produk-produk kami mengolah alam karena juga berasal dari alam?” Ya memang benar obat-obat kimia medis konvensional berasal dari alam. Bahkan segala yang ada di sekitar adalah dari alam, seperti misalnya mobil, jam tangan, radio, racun serangga, kosmetik, dan sebagainya.
Tapi permasalahannya adalah benarkah memproduksi obat-obatan kimia adalah tindakan mengolah alam? Tidak. Yang benar adalah merusak alam. Contoh pengobatan yang mengolah alam adalah suplemen. Pembuatan suplemen merupakan tindakan mengolah alam. Perbedaannya sungguh besar karena pembuatan suplemen tidak merusak “rancangan” Tuhan atas materi asal yang dijadikan suplemen.
Unsur alam yang ada telah memiliki fungsi atau manfaat yang telah ditentukan Tuhan sebelumnya dan tinggal kita yang memanfaatkan alam tersebut sesuai dengan yang “dimaksudkan” Tuhan untuk kebaikan kita. Contoh mengolah alam adalah pemanfaatan khasiat kelapa dengan membuat suplemen Virgin Coconut Oil, pemanfaatan khasiat omega-3 pada minyak ikan dengan ekstrak minyak ikan, pembuatan suplemen klorofil, pembuatan ekstrak bawang putih, dan sebagainya. Lain halnya dengan obat-obatan yang dibuat oleh manusia dengan cara pemisahan unsur molekul dari molekul aslinya (yang sebenarnya “menyeimbangkan”) sehingga “rancangan awal Tuhan” atas molekul tersebut jadi hilang. Contoh merusak alam dari molekul asli yang sebenarnya untuk “menyeimbangkan” adalah pembuatan garam meja yang digembar-gemborkan mengandung yodium yang baik untuk kesehatan ternyata adalah garam berbahaya yang telah dipecah dari unsur garam aslinya. Garam yodium malah terbukti menyebabkan hipertensi sedangkan garam laut asli yang “kita jauhi” ternyata diciptakan oleh Tuhan untuk penyedap rasa yang nikmat dan baik untuk meyembuhkan berbagai masalah kesehatan.
Prinsip “Lebih Baik” Apa artinya Prinsip “Lebih Baik”? Ini adalah suatu prinsip yang memegang atau mempercayakan diri pada sesuatu yang lebih baik dibandingkan sesuatu lain yang kurang baik. Ini adalah prinsip yang sangat sederhana dan demi keselamatan Anda sendiri, ikutilah prinsip ini.
Untuk memahaminya, saya ajukan pertanyaan: Apakah suatu tindakan yang masuk akal dan cerdas jika kita tetap mengandalkan obatan-obatan kimia beracun yang ternyata tidak bisa menyembuhkan (sekedar merawat), padahal di sekitar kita ada alam yang sudah terbukti lebih baik dan BISA MENYEMBUHKAN?
Jika ada yang lebih baik, mengapa harus pakai yang jelek?