Sudah terlalu sering kita mendengar berita penganiayaan terhadap para pekerja Indonesia di negera tetangga. Hatiku pun miris saat mendengar berita itu. Kisah Siti Hajar maupun kisah2 lain yang membuat kita sedih dan marah. Saking tidak seimbangnya berita itu membuat kita pun memiliki tidak bisa berpikiran objektif dengan Malaysia. Aku termasuk yakin bahwa tidak semua majikan yang memperkerjakan TKI berlaku buruk terhadap saudara2ku itu. Pastilah ada sedikit, satu-dua orang yang baik, tidak bisa rasanya mengeneralisir.
Lebaran Haji yang lalu aku berkunjung ke keluargaku di Malaysia. Maklumlah, dari pada lebaran sendirian di Palembang, mending ke sana deh. Kejadian menarik adalah ketika aku akan pulang kembali ke Palembang. Saat itu aku dan adikku sedang di Bandara. Kami lagi antri untuk check in. Ketika aku menolehkan kepalaku ke kiri aku melihat dua orang sedang berbincang. Satu orang itu orang Indonesia karena pakaiannya yg sederhana dengan logat Melayu yang kurang kental, aku berpikir mungkin dia TKI. Seorangnya lagi, keturunan China dengan logat Melayu yang ke-Mandarin-an dengan pakaian yg sangat wah menurutku, aku menebak mungkin majikan tempatnya bekerja. Uniknya, yang mendorong barang bawaan sang pekerja adalah majikannya. Majikan itu sepertinya sedang memberitahu bagaimana nanti ketika di pesawat, juga berpesan supaya hati2. Nadanya lembut dan penuh perhatian. Bahkan ketika telah sampai di depan loket check-in, ketika dia melihat wajah orang yg bekerja dgnnya menunjukkan kebingungan dengan sigap dia mengambil tiket itu dan langsung mengurusnya, juga mengangkat koper ke tempat timbangan untuk masuk ke bagasi. Keheranan aku melihat kejadian itu, sambil juga tanganku menyenggol adikku untuk memberitahu kejadian itu. Adikku langsung bilang, “Baik banget majikan itu, beruntung pembantu itu bisa kerja dengan dia.”
Pandanganku tidak lepas dari kedua orang itu. Ternyata majikan itu tetap menemani sampai batas dia tidak bisa mengantar lagi. Di garis yang telah ditentukan, sang Majikan memberi pesan terakhir untuk berhati-hati dan jika kembali lagi ke KL agar memberitahu untuk dijemput dan tanpa ragu menyentuh tangan dan pundak TKI itu. Hal terakhir yang aku lihat adalah mereka berdua saling melambai tangan.
Aku telah membuktikan dengan mata kepalaku sendiri bahwa ada Majikan yang memperlakukan TKI dgn manusiawi, dgn sangat baik. Sebuah kenyataan yg semakin menambah keyakinanku.