Leukoplakia didefinisikan sebagai lesi putih yang dominan pada mukosa mulut yang tidak dapat dicirikan sebagaimana lesi-lesi yang terdefinisi lainnya. Organisasi dunia memperkirakan range prevalensinya dari 1,5 hingga 2,6%. Status sosial ekonomi rendah tampaknya dihubungkan dengan prevalensi yang tinggi. Potensi transformasi malignant pada leukoplakia mulut untuk invasi sel karsinoma squamosa diakui dengan baik dan leukoplakia dapat dipertimbangkan sebagai lesi prekanker (yaitu “sebuah perubahan morfologi jaringan dimana kanker lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan penampilan sel normal semisalnya”). Bagaimanapun, perkiraan tingkat transfomasi sangat bervariasi. Hal ini sangat berhubungan dengan keheterogenitas dari lesi-lesi yang termasuk dalam kebanyakan penelitian yang ada. Sementara leukoplakia putih yang homogen memiliki resiko yang relatif rendah, erythroleukoplakia memiliki insiden yang tinggi termasuk dysplasia, karsinoma in situ, dan karsinoma sebenarnya. Pada bagian akhir dari kutipan penelitian mereka dari 257 pasien yang ikut, dengan usia rata-rata 8 tahun, Silverman dan rekannya menemukan tingkat transformasi leukoplakia dengan range 6,5% untuk lesi yang homogen hingga 23,4% pada erythroplasia. Lesi yang mengalami dysplasia memiliki tingkatan transformasi 36,4%. Tingkat transformasi tahunan pada sebuah populasi adalah kurang dari 1% yang masih menunjukkan sebuah peningkatan resiko 36 kali untuk sel karsinoma squamosa pada pasien dengan leukoplakia mulut melebihi populasi umumnya.
Prediksi terhadap lesi yang akan bertransformasi adalah sebuah hal yang mustahil. Pemberian asymptomatik alami, indikasi satu-satunya untuk perawatan leukoplakia yang merupakan usaha untuk mencegah transformasi malignant berikutnya. Perawatan modalitas termasuk eksisi, ablasi, dan pencegahan kimia. Sayangnya, belum ada perawatan modalitas yang ditunjukkan untuk mencegah perkembangan sel karsinoma squamosa.
Pemeriksaan Cochrane yang pertama terhadap terapi leukoplakia tidak menemukan terapi yang handal untuk mencegah transformasi dari leukoplakia menjadi sel karsinoma squamosa pada mulut. Disamping itu, belum ada ukuran pencegahan yang efektif untuk menghentikan perkembangan oral leukoplakia. Belum ada prosedur pembedahan yang termasuk dalam pemeriksaan ini karena kurangnya evaluasi secara acak terhadap usaha-usaha klinis eksisi bedah. Bahan-bahan pencegah kimia termasuk retinoid, beta karoten, teh hijau, dan bleomisisn. Retinoid adalah bahan yang paling menjanjikan dan dihubungkan dengan perubahan lesi. Harapan akhir berupa penyediaan pencegahan transformasi malignant berikutnya, dan sayangnya belum ada satu pun bahan yang dapat dipercaya menunjukkan hal tersebut. Sebagai tambahan, adanya efek samping yang berkaitan dengan bahan-bahan tersebut (lihat bagian “Pencegahan Kimiawi (Kemoprevention)” pada bab ini).
Eksisi bedah merupakan alternatif bagi lesi-lesi yang ganas. Eksisi laser CO2 telah digunakan sebagai perawatan lesi superficial yang menyebar untuk mengurangi bekas luka dan morbiditas yang berhubungan dengan eksisi yang luas. Ablasi dengan laser dapat memungkinkan adanya penghancuran lesi yang meluas. Cara ini tidak menyediakan spesimen histologik, dan biopsi dari beberapa daerah yang mengalami ulser atau erythroplasia yang mungkin terindikasi awal untuk ablasi. Namun rekurensi terjadi setelah eksisi laser atau ablasi, dan belum cukup untuk mencegah transformasi malignant.
Pemberian tingkatan yang tinggi dari lesi-lesi multiple dan kecendrungannya untuk kambuh, terapi fotodinamik (PDT) cukup popular dalam melawan dan sebagai sebuah metode potensial dalam menghadapi lesi difusi multiple. Fotodinamik (PDT) bersandar pada interaksi kompleks dari bahan-bahan fotosensitifitas, yang utamanya terkonsentrasi pada jaringan abnormal, dengan menggunakan cahaya dari berbagai panjang gelombang, yang berasal dari alat fotosensitizer, sehingga meningkatkan nekrosis selama reaksi nontermal. Jaringan yang mengalami nekrosis dimediasi selama pembentukan singlet oksigen, yaitu jenis yang memiliki kereaktifan tinggi yang memicu kerusakan sel melalui beberapa mekanisme. Keuntungan dari PDT yaitu memininalisir kerusakan di sekitar jaringan dan tidak menimbulkan kerusakan kumulatif, yang secara teoritis memungkinkan perawatan-perawatan yang tidak terbatas. Memberikan kecendrungan pada pasien-pasien untuk berkembangnya lesi-lesi multiple, diperoleh keuntungan melebihi pembedahan atau ablasi dengan menggunakan metode tradisional. Kerugian dari penanda fotosensitivitas, khususnya dengan adanya paparan sinar matahari, dengan panjang gelombang yang bervariasi dalam setiap waktu setelah penggunaan bahan. Daerah yang dirawat mengalami penyembuhan melalalui proses mukolisasi dengan sedikit atau tanpa rasa takut. Walaupun pemeriksaan yang komplit dari PDT diluar dari jangkauan bab ini, pemeriksaan utama mengenai metode ini telah tersedia.
PDT telah digunakan dengan sukses pada perawatan endoskopik dari esofagitis displastik Barret dalam mencegah proses transfromasinya menjadi adenokarsinoma. Usaha yang sama dengan menggunakan PDT telah dibuat dalam perawatan difusi oral leukoplakia dan menunjukkan beberapa keberhasilan. Sebagai tambahan, PDT juga berperan dalam mengatur leukoplakia, langkah awal dari PDT yang dilaporkan telah diaplikasikan untuk melakukan invasi terhadap sel karsinoma squamosa dari bagian tertentu pada kepala dan leher. Copper dan rekannya melaporkan bahwa pada 25 pasien dengan lesi T1 dan T2 dari rongga mulut dan orofarink, ditangani dengan PDT. Proses remisi yang komplit tercatat sebanyak 86% dari lesi. Proses penyembuhan kemudian dibantu dengan terapi konvensional. Sebagai tambahan aplikasinya terhadap lesi mukosa, cairan interstisial membawa cahaya selama proses penanganan menuju ke jaringan tumor yang lebih dalam. Walaupun hasilnya menjanjikan, PDT untuk leukoplakia dan kanker rongga mulut masih bersifat investigatif, dan peranannya dalam mengatur leukoplakia dan sel kanker squamosa pada kepala dan leher masih menunggu klarifikasi.
Prediksi terhadap lesi yang akan bertransformasi adalah sebuah hal yang mustahil. Pemberian asymptomatik alami, indikasi satu-satunya untuk perawatan leukoplakia yang merupakan usaha untuk mencegah transformasi malignant berikutnya. Perawatan modalitas termasuk eksisi, ablasi, dan pencegahan kimia. Sayangnya, belum ada perawatan modalitas yang ditunjukkan untuk mencegah perkembangan sel karsinoma squamosa.
Pemeriksaan Cochrane yang pertama terhadap terapi leukoplakia tidak menemukan terapi yang handal untuk mencegah transformasi dari leukoplakia menjadi sel karsinoma squamosa pada mulut. Disamping itu, belum ada ukuran pencegahan yang efektif untuk menghentikan perkembangan oral leukoplakia. Belum ada prosedur pembedahan yang termasuk dalam pemeriksaan ini karena kurangnya evaluasi secara acak terhadap usaha-usaha klinis eksisi bedah. Bahan-bahan pencegah kimia termasuk retinoid, beta karoten, teh hijau, dan bleomisisn. Retinoid adalah bahan yang paling menjanjikan dan dihubungkan dengan perubahan lesi. Harapan akhir berupa penyediaan pencegahan transformasi malignant berikutnya, dan sayangnya belum ada satu pun bahan yang dapat dipercaya menunjukkan hal tersebut. Sebagai tambahan, adanya efek samping yang berkaitan dengan bahan-bahan tersebut (lihat bagian “Pencegahan Kimiawi (Kemoprevention)” pada bab ini).
Eksisi bedah merupakan alternatif bagi lesi-lesi yang ganas. Eksisi laser CO2 telah digunakan sebagai perawatan lesi superficial yang menyebar untuk mengurangi bekas luka dan morbiditas yang berhubungan dengan eksisi yang luas. Ablasi dengan laser dapat memungkinkan adanya penghancuran lesi yang meluas. Cara ini tidak menyediakan spesimen histologik, dan biopsi dari beberapa daerah yang mengalami ulser atau erythroplasia yang mungkin terindikasi awal untuk ablasi. Namun rekurensi terjadi setelah eksisi laser atau ablasi, dan belum cukup untuk mencegah transformasi malignant.
Pemberian tingkatan yang tinggi dari lesi-lesi multiple dan kecendrungannya untuk kambuh, terapi fotodinamik (PDT) cukup popular dalam melawan dan sebagai sebuah metode potensial dalam menghadapi lesi difusi multiple. Fotodinamik (PDT) bersandar pada interaksi kompleks dari bahan-bahan fotosensitifitas, yang utamanya terkonsentrasi pada jaringan abnormal, dengan menggunakan cahaya dari berbagai panjang gelombang, yang berasal dari alat fotosensitizer, sehingga meningkatkan nekrosis selama reaksi nontermal. Jaringan yang mengalami nekrosis dimediasi selama pembentukan singlet oksigen, yaitu jenis yang memiliki kereaktifan tinggi yang memicu kerusakan sel melalui beberapa mekanisme. Keuntungan dari PDT yaitu memininalisir kerusakan di sekitar jaringan dan tidak menimbulkan kerusakan kumulatif, yang secara teoritis memungkinkan perawatan-perawatan yang tidak terbatas. Memberikan kecendrungan pada pasien-pasien untuk berkembangnya lesi-lesi multiple, diperoleh keuntungan melebihi pembedahan atau ablasi dengan menggunakan metode tradisional. Kerugian dari penanda fotosensitivitas, khususnya dengan adanya paparan sinar matahari, dengan panjang gelombang yang bervariasi dalam setiap waktu setelah penggunaan bahan. Daerah yang dirawat mengalami penyembuhan melalalui proses mukolisasi dengan sedikit atau tanpa rasa takut. Walaupun pemeriksaan yang komplit dari PDT diluar dari jangkauan bab ini, pemeriksaan utama mengenai metode ini telah tersedia.
PDT telah digunakan dengan sukses pada perawatan endoskopik dari esofagitis displastik Barret dalam mencegah proses transfromasinya menjadi adenokarsinoma. Usaha yang sama dengan menggunakan PDT telah dibuat dalam perawatan difusi oral leukoplakia dan menunjukkan beberapa keberhasilan. Sebagai tambahan, PDT juga berperan dalam mengatur leukoplakia, langkah awal dari PDT yang dilaporkan telah diaplikasikan untuk melakukan invasi terhadap sel karsinoma squamosa dari bagian tertentu pada kepala dan leher. Copper dan rekannya melaporkan bahwa pada 25 pasien dengan lesi T1 dan T2 dari rongga mulut dan orofarink, ditangani dengan PDT. Proses remisi yang komplit tercatat sebanyak 86% dari lesi. Proses penyembuhan kemudian dibantu dengan terapi konvensional. Sebagai tambahan aplikasinya terhadap lesi mukosa, cairan interstisial membawa cahaya selama proses penanganan menuju ke jaringan tumor yang lebih dalam. Walaupun hasilnya menjanjikan, PDT untuk leukoplakia dan kanker rongga mulut masih bersifat investigatif, dan peranannya dalam mengatur leukoplakia dan sel kanker squamosa pada kepala dan leher masih menunggu klarifikasi.