info lebih lanjut
berikut abstrak makalah penelitian residen bedah FKUA RS dr M Djamil Padang.
yang tinggi. Sebagian dokter mungkin akan berkata,
“Sekarang zaman susah, kita harus memikirkan dana kesehatan kita sendiri. Kita harus memikirkan pendidikan anak-anak kita. Kita harus memikirkan keamanan dana terhadap tuntutan malpraktik. Yang benar saja bung…ini nasib kita…ah ndak usah sok idealis lah”.
Sebagian mungkin akan menambahkan
“Pasien itu maunya enaknya saja, ketika dia puas dengan kita, mereka diam saja. Tetapi begitu kita ada masalah sedikit saja, langsung dibesar-besarkan dan nama kita masuk media. Kenapa harus memikirkan mereka dengan sungguh di luar jam praktik”.
Inilah kategori pemikiran yang berorientasi transaksional keuntungan jangka pendek.
Mereka yang berorientasi pemikiran jangka panjang akan berpendapat,
“Wahai teman sejawat..di zaman yang serba kompetitif ini, mau tidak mau, hubungan jangka panjang yang terjalin dengan baik itulah keunggulan bersaing kita”. Mereka kemudian menjelaskan
“Altruisme atau itsar pada pasien toh tidak semuanya..paling terjadi kurang dari 10 % pasien yang berkunjung…tapi…efeknya luar biasa. Menjadi sumber berita dalam populasi calon pasien target Anda. Nama Anda melambung. Jadi buah bibir di setiap forum. Dokter A dermawan dan sebagainya. Semua orang akan menengok ke nama Anda. Itu baru yang pertama. Kalau Anda berhasil membina hubungan baik dalam jangka panjang, bila diagnosis atau terapi Anda tidak tepat asal tidak fatal, mereka masih akan tetap kembali pada Anda. Mereka masih memaafkan Anda. Justru mereka akan merasa bersalah bila pindah ke dokter lain. Ingat HUBUNGAN JANGKA PANJANG, berarti kesinambungan penerimaan keuangan jangka panjang Anda. Intinya kalau Anda mau kaya harus berjiwa kaya dulu.”
Apakah demikian motivasi Anda dalam menumbuhkan sifat altruisme atau itsar dalam diri Anda, sehingga menjadi karakter pribadi Anda? Apakah dapat diartikan dengan motivasi seperti itu, menahan nafsu “mengeruk” dalam jangka pendek digantikan “bersabar” akan mendapatkan kesinambungan pendapatan dalam jangka panjang, akan membuat Anda merasa tenang dan bahagia?
Belum tentu!
Membangun hubungan jangka panjang dengan pasien atau klien butuh energi psikis yang sangan besar yaitu KESABARAN. Ingat! Pada saat yang sama kita juga berlomba dengan waktu yang menuntut pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rumah tangga yang mendesak. Harus ada pendapatan rutin. Harus bisa membayar SPP anak Anda. Harus ada dana cadangan untuk keperluan tak terduga. Apalagi Anda bukan PNS, sedangkan pendapatan jaga dari UGD Poliklinik 24 jam atau RS yang relatif sepi belum dapat diandalkan.
Kok…pakai relatif sepi segala? Ya..tempat yang ramai sudah diduduki oleh senior Anda!
Laa Tahzan…Innallaaha ma’ana
Jangan cemas..sesungguhnya Allah selalu bersama kita. Allah berfirman, Siapa yang berjihad (bersungguh-sungguh) di jalan Kami, maka akan Kami tujukkan pada mereka jalan-jalan Kami… Janji Allah sudah jelas, barang siapa yang bersungguh-sungguh dan penuh dengan keyakinan..maka akan diberikan ide-ide atau langkah-langkah terobosan atau mungkin jalur lain yang sama sekali berada di luar perkiraan kita.
Sekarang tergantung pada Anda yakin atau tidaknya
Kembali kepada pertanyaan di atas “Apakah dokter itu perlu memiliki sikap itsar atau altruis?”
Dokter yang mempunyai sikap itsar atau altruis pada prinsipnya adalah dokter yang kaya hati, yakni dokter yang kaya akan cara mewujudkan kebahagiaan yang dapat dirasakan, baik untuk dirinya, keluarganya, koleganya sesama dokter, bersama-sama dengan pasien, maupun keluarganya.
Sebaliknya, dokter yang miskin adalah dokter yang miskin alternatif cara mewujudkan kebahagiaan yang seimbang baik untuk diri sendiri, keluarga, kolega sesama dokter, pasien maupun keluarganya. Dokter yang miskin dalam pengertian ini, bisa jadi ia sangat kaya materi, tetapi kualitas interaksi dan hubungan dengan keluarganya, koleganya sesama dokter, pasien dan keluarga pasien sangat kurang. Bisa jadi praktiknya laris, pasien banyak yang sembuh, tetapi interaksi dokter-pasien bersifat matematis transaksional, tidak ada ruh emosional silaturahim yang mewarnai hubungan tersebut. Pasien merasa dokter hanya buru-buru, basa-basi, dan yang dibutuhkan dokter hanyalah uang pasien. Pasien juga merasa bahwa tidak ada rasa tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan dokternya. Apalagi bila ada masalah dalam pelayanan, pasien lebih mudah membayar pengacara mengajukan tuntutan tindakan malpraktik kepada dokter.
Dokter kaya hati inilah wujud dari adanya jiwa itsar atau altruisme dalam diri seseorang. Jadi tidak saja berorientasi pada orang lain, tetapi juga memperhatikan kebahagiaan diri serta tetap menjaganya selalu dalam keseimbangan.
Namun demikian, keterbatasan-keterbatasan manusiawi harus tetap diperhatikan, sebelum berorientasi pada orang lain. Wallahua'lam[1] Itsar adalah mementingkan orang lain secara lebih ketimbang untuk diri sendiri, walaupun diri ini sangat membutuhkan juga. Pembahasan mengenai itsar dapat dilihat dalam buku saya Doctors Market Yourselves atau Praktik Anda Tidak Laku?
Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa rekan di stase Urologi di tugaskan untuk membantu pada acara Bulan bakti POLRI di RS Bhayangkara padang. disana saya dan kawan kawan diminta untuk melakukan Vasektomi pada sekitar 18 orang pasien. sebenranya, Vasektomi merupakan salah satu cara untuk berKB, tetapi belum memasyarakat di Indonesia. pada prinsipnya Vasektomi adalah dengan memotong saluran sperma pada pria sehingga tidak terdapat aliran sperma ke vagina , walaupun begitu tidak akan mengurangi jumlah semen atau mani. sehingga tidak terjadi kehamilan. dulu orang sering menyamakan vasektomi dengan "kebiri" padahal sangat berbeda walau maksudnya "mungkin" sama. pada kebiri, kedua testis diangkat, sehingga produksi hormon pria tidak ada sama sekali, yang menyebabkan gairah seks akan menurun atau tidak ada sama sekali. kemungkinan inilah salah satu yang menjadi ketakutan masyaralat jika dilakukan vasektomi adalah terjadinya impoten, hal itu salah .
baca lebih lengkap
Tidak ada definisi yang tepat untuk mendiskripsikan apakah blog atau weblog itu. Yang jelas blog adalah media elektronik yang membuat siapa saja bisa memberikan informasi kepada khalayak. Tidak ada klaim otoritas tunggal sebagai sumber informasi saat ini, siapa saja bisa mengklaim dirinya mempunyai otoritas dalam memberikan informasi. Tidak seperti media tradisional, seperti surat kabar atau majalah baik dalam bentuk cetak maupun elektronik, media blog, tidak dikelola oleh lembaga formal, tetapi dikelola secara informal yang sebagian besarnya adalah perorangan. Sifat informal dapat dilihat dari cara penulisan artikel yang dipublikasikan (biasa dikenal dengan istilah posting) yang tidak mengenal tata aturan yang baku. Karena bersifat informal itulah media ini banyak diminati. Majalah Business Week edisi Indonesia 11 Mei 2005 melaporkan, pada saat laporan itu ditulis, terdapat sekitar 9 juta blog di jaringan maya dunia. Setiap hari, 40.000 blog baru bermunculan. Pemilik blog seringkali disebut dengan blogger.1 Di Indonesia, menurut Tempo Interaktif2, saat ini terdapat sekitar 200.000 pemilik blog, kemungkinan akan terus bertambah. Bahkan komunitas blogger mencanangkan tercapainya satu juta blogger dari Indonesia.
Melihat perkembangan jumlahnya yang terus membesar, maka setiap informasi yang menjadi bahan pembicaraan di media blog akan menjadi sangat penting. Pemilik blog, dengan meminjam istilah Gladwell3, berperan menjadi tipping point people atau dalam bahasa Raymond4, mempunyai peran sebagai simpul budaya, atau juga dalam bahasa Al-Qadhi5 sebagai hujjah, yakni orang yang menjadi rujukan komunitasnya. Maksud ketiga istilah itu adalah, bahwa pemilik blog, mempunyai peran besar sebagai pemimpin opini. Kecenderungan-kecenderungan mode, pakaian, fashion, atau opini apa pun, bahkan dalam pemilihan presiden Amerika pun1, opini juga terbangun dari komunitas blogger. Pendek kata, apa pun yang nantinya akan muncul ke permukaan, seringkali berawal dari komunitas blogger ini. Dari sudut pandang public relation, mereka ini, meminjam istilah Rhenald Kasali6, berperan sebagai vocal minority yang memengaruhi silent majority.
Melihat perannya yang demikian besar, maka perlu kiranya mengetahui bagaimana pendapat para blogger mengenai kinerja dokter yang berada di Indonesia. Pengetahuan mengenai hal tersebut akan membantu bagi organisasi profesi dokter, untuk dapat mengevaluasi diri, seberapa baikkah kinerja dokter-dokter yang terhimpun dalam organisasi tersebut. Kedua, yang mendapatkan manfaat adalah institusi penyelenggara pendidikan dokter. Apa pun hasil dari penelitian ini, adalah cerminan, walaupun tidak seluruhnya, mengenai kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi oleh dokter-dokter hasil pendidikan dokter dalam periode waktu sebelumnya. Dari sini dapat pula mengevaluasi sistem pendidikan yang selama ini dijalankan. Karena sistem pendidikan dapat mempengaruhi atau menentukan kinerja lulusan, demikian juga sistem pendidikan dokter akan mempengaruhi kemampuan kinerja dokter.7
Dalam penelitian sebelumnya, Suryadi7 membagi kinerja dokter dalam lima aspek, yaitu: aspek profesional, aspek pelayanan, aspek tata cara kerja, aspek kerja sama dan aspek efisiensi dan efektivitas. Lebih rinci item-item yang masuk dalam masing-masing aspek dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, tabel 4, tabel 5.
Tabel 1. kinerja dokter dalam aspek profesional
Tabel 2. Kinerja dokter dalam aspek pelayanan
No | Item-item aspek pelayanan |
1. | Pelayan yang efektif dan aman |
2. | Bersikap ramah |
3. | Mematuhi |
4. | Mematuhi peraturan |
5. | Melakukan usaha penghindaran dari efek samping |
6. | Mampu mengembangkan diri |
Tabel 3. Kinerja dokter pada aspek tata cara kerja
No | Item-item aspek tata cara kerja |
1. | Mampu mencari informasi |
2. | Mau menjelaskan keadaan |
3. | Melibatkan pasien dalam penanganan |
4. | Mau dan mampu melakukan pendidikan pasien |
5. | Menjelaskan konsekuensi tindakan medis |
6. | Membuat dokumentasi |
Tabel 4. Kinerja dokter dalam aspek kerja sama
No | Item-item aspek kerja sama |
1. | Mampu bekerja sama |
2. | Mau mencari umpan balik |
3. | Mampu memanfaatkan sarana penunjang |
4. | Peka terhadap kritik dan saran |
Tabel 5. Kinerja dokter dalam aspek efisiensi dan efektivitas
No | Item-item aspek efisiensi dan efektivitas |
1. | Melakukan pemeriksaan yang diperlukan saja |
2. | Tidak mengirim pemeriksaan yang berlebihan |
3. | Meresepkan obat yang memang dibutuhkan |
Secara umum, dalam penelitian tersebut, Suryadi menyimpulkan bahwa aspek kinerja dokter menurut persepsi masyarakat belum ideal atau sesuai dengan yang diharapkan, beberapa kelemahan yang mencolok mengenai kinerja dokter antara lain :
a. Dalam menerima kritik, saran dan umpan balik di dalam pola pikir yang sistematis dan rasional
b. Dalam komunikasi baik dengan pasien, mitra kerja dan kolega
c. Dalam kemampuan manajerial
d. Kemampuan dalam membuat dokumentasi
Namun sayangnya penelitian Suryadi tersebut tidak menyebutkan dengan detil siapa yang menjadi subyek penelitiannya. Dalam penelitian ini, secara prinsip mempunyai tujuan yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan Suryadi, tetapi dalam penelitian ini difokuskan subyek penelitiannya adalah komunitas blog, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan searching lewat Google dengan kata kunci ”dokter dan pasien” pada tanggal 7 – 8 Februari 2007. Dari sana penulis mendapatkan lebih dari sepuluh ribu pemuatan dokter dan pasien oleh situs di internet dalam bahasa Indonesia. Penulis memilah-milah situs yang memenuhi kriteria yang bisa disebut sebagai blog, yaitu di profil yang dicantumkan di blog itu merupakan nama pribadi bukan institusi ataupun organisasi. Juga kata dokter dan pasien yang dimuat dalam artikel yang dipublikasikan di blog, menceritakan pengalaman atau pendapat mengenai hubungan dokter dan pasien yang ada di Indonesia. Penulis tidak memasukkan blog dokter yang berisi tentang penyuluhan kesehatan, tetapi memasukkan autokritik dokter dalam melayani pasien di Indonesia. Dari sana, akhirnya tersaring sebanyak 49 blog yang diikutkan dalam penelitian ini. Dari 49 blog yang dimasukkan dalam penelitan ini, penulis mengklasifikasikan cara mengekspresikan emosi berkaitan dengan pengalaman yang mereka alami; muatan emosi positif dalam arti baik, muatan emosi netral artinya hanya sekedar bercerita dan memberikan umpan balik, dan muatan emosi negatif, artinya memunculkan kemarahan berkaitan dengan pengalaman yang tidak mengenakkan.
Contoh ungkapan emosi positif
“Pokonya kalau aku tidak enak badan, ya datengin dokter Ali saja. Biasanya beliau akan memberiku
Pembawaan beliau sangat humoris dan menyenangkan…..”8
Contoh lain ungkapan emosi positif:
“Senin, 6 November 2006 pukul 10.25 waktu setempat, merupakan kesempatan yang layak dicatat dalam blog ini, sebagai momentum untuk mengucapkan rasa syukur dan hormat ku kepada pemerintah republik ini, khsususnya kepada jajaran Departemen Kesehatan yang dipimpin oleh Ibu Menteri. Mengapa? karena pada akhirnya saya turut merasakan, manfaat dari pajak - pajak terutama Pajak Penghasilan, yang saya bayar setiap bulannya atau ketika melakukan transaksi.” 9
Contoh ungkapan emosi netral
“….“Bener, Dokter A itu orangnya baik banget.” “Kita sekeluarga dokternya selalu dia. Banyak pengalaman dia dan bagus.” Kalimat-kalimat seperti ini yang biasanya terlontar ketika sedang mencari referensi dokter mana yang paling bagus menangani istri anda. Tapi berapa kali juga kita sering mendengar atau bahkan mengalami sendiri, ketika datang ke dokter yang direferensi ternyata tidak sesuai dengan yang digambarkan. Dokternya bete. Dokternya bicara seadanya. Dokternya seperti kejar setoran………. Hanya sama seperti kita juga, dokter juga manusia yang mengalami berbagai permasalahan. Siapa tahu ketika anda datang pertama kali dengan hati penuh antisipasi tinggi mendengar pujian serta prestasi yang diceritakan teman, si dokter sedang punya masalah di rumah………”10
Contoh ungkapan emosi negatif
“…Ini kali saya kedua kali berhadapan dengan kejadian dokter sontoloyo di Bumi BBM ini. … Ya Allah timpakanlah Azab serupa buat para bajinguk yang berkedok orang pintar bersertifikat ini.”11
Selain mengklasifikasi emosi yang diekspresikan, penulis juga mengklasifikasikan berdasarkan lima aspek kinerja dokter menurut Suryadi, yaitu aspek profesional, aspek pelayanan, aspek tata cara kerja, aspek kerja sama dan aspek efisiensi dan efektivitas. Pada pengklasifikasian ini, satu blogger dalam satu kali posting (artikel yang dipublikasikan) bisa mengenai lebih dari satu aspek kinerja di atas.
Dari 49 blog yang diteliti, mengenai pengungkapan emosi, berkaitan dengan kinerja dokter, pada tabel 6 dapat dilihat bahwa 30 blogger mengungkapkan dengan emosi negatif. 15 blogger mengungkapkan dengan emosi netral dan 4 sisanya dengan emosi yang positif.
Tabel 6. Jenis emosi yang digunakan blogger dalam mengungkapkan pendapatnya tentang kinerja dokter
No | Jenis emosi yang diekspresikan blogger | Jumlah blogger | Prosentase |
1. | Emosi positif | 4 | 8 % |
2. | Emosi netral | 15 | 30 % |
3. | Emosi negatif | 30 | 62 % |
Bila dilihat dari aspek kinerja yang menjadi perhatian blogger, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Frekuensi aspek kinerja yang menjadi sorotan perhatian blogger
No | Aspek kinerja dokter | Positif | Netral | Negatif |
1. | Aspek profesionalitas | 1 | 8 | 9 |
2. | Aspek pelayanan | 4 | 8 | 21 |
3. | Aspek tata cara kerja | 1 | 7 | 10 |
4. | Aspek kerja sama | 1 | 2 | 9 |
5. | Aspek efisiensi dan efektivitas | 1 | 1 | 10 |
Di luar kelima aspek di atas, terdapat satu kasus dokter yang mendiskriminasikan pelayanan terhadap penderita HIV/AIDS, sebagaimana yang diungkapkan
Waktu itu dokter mau periksa Mika. Sebelum dokter periksa, Mika bilang kalau dia sakit AIDS…..
Aku bilang sama dokter kalau ada yang namanya kewaspadaan universal. Itu artinya semua pasien harus dilayani sama.
Dokter diam saja. Aku jadi tambah marah. Aku minta supaya Mika paksa dokter. Tapi dia tidak mau. Mika bilang dia baik-baik saja. Aku tahu Mika tidak baik-baik saja. Jadi aku saja yang paksa dokter.
Aku jelaskan tentang kewaspadaan universal sekali itu lagi. Tapi dokter tidak mau dengar. Dokter bilang dia tidak mau ambil resiko. 12
Juga ada blogger yang memberikan perhatian pada input pendidikan dokter yang mereka persepsi tidak baik, seperti yang terungkap dalam kutipan berikut:
“Jadi si Pratama Gilang ini yang sebelumnya masih duduk di kelas 2 SMA di SMAN 3 dengan lulus paket C, dia langsung loncat ke Perguruan Tinggi. Sekarang dia diterima di Fakultas Kedokteran Unpad lewat jalur SMUP. SMUP tuh semacam jalur alternatif masuk Unpad selain SPMB, dimana yang diterima lewat jalur SMUP ini mesti ikut test dulu dan bayarnya jauuuuuuuh lebih besar di atas anak2 yang masuk lewat SPMB. Setau gue buat masuk FK lewat SMUP tahun 2006 ini minimal sumbangannya 150jt (kayaknya cukup nih buat beli Toyota Yaris tipe E :p ).”13
Ada juga salah persepsi yang diungkapkan oleh seorang blogger, seperti pada kutipan berikut, blogger ini menganggap bahwa malaria sudah tidak ada di pulau Jawa, yang bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.
“..Kang Kombor woro-woro di kampung, hati-hati kalau berobat atau bezuuk di RSUD Sleman. Salah-salah nanti kita malah kena malaria. Gimana nggak cemas. Setahu Kang Kombor, Pulau Jawa dah lama bebas malaria. Makanya waktu di SMA ada teman dari Irian yang kumat malarianya waktu di Magelang, Kang Kombor heran. “Kok, bisa-bisanya Kamu kena malaria? Pulau Jawa dah bebas malaria tahu!” …. “14
Ada juga yang membandingkan pengalamannya ketika berinteraksi dokter di luar negeri dengan pengalamannya ketika dilayani oleh dokter Indonesia, sebagaimana ungkapan berikut:
“..Dokter Wolfs menghantarkan kami sampai ke pintu luar dan menyalami kami, “Good luck !”. Jarang sekali dokter-dokter di Indonesia mau menghantarkan tamunya ke depan pintu seperti dokter Belanda ini...”15
Blog merupakan catatan pribadi seseorang yang dipublikasikan, lewat media internet. Para blogger lewat media blog yang dimiliki, merasa memiliki otoritas dalam menyebarkan informasi maupun berita. Bahkan ada yang membuat nominasi bencana nasional serta memasukkan malpraktik sebagai sepuluh besar bencana nasional, sebagaimana ungkapan blogger berikut :
“….Negara ini didera musibah, spt :
1. Korupsi
2. Kemiskinan
3. Biaya pendidikan yang semakin mencekik
4. Gizi buruk
5. Flu Burung yg menjadi musibah nasional.
6. Demam Berdarah
7. Malaria dan Aids.
8. Banjir, Angin Puting Beliung, Gempa Tektonik, gempa Vulkanik.
9. Kecelakaan di darat, laut dan udara.
10. Mallpraktek…..” 16
Dari hasil penelitian terlihat bahwa, sebagian besar blogger mengaku kecewa dengan kinerja dokter di Indonesia. Jumlahnya mencapai 61 % dan mereka mengungkapkan dengan ungkapan emosi negatif. 30 % mengungkapkan dengan kritik membangun, dalam penelitian ini menyebutnya dengan ungkapan emosi netral dan 8 % mereka mengaku puas dengan kinerja dokter di Indonesia.
Mengenai aspek kinerja yang paling banyak mendapat sorotan pada blogger yang mengekspresikan dengan emosi negatif adalah aspek pelayanan, disusul aspek tata kerja bersamaan dengan aspek efisiensi dan efektivitas, kemudian secara bersamaan aspek profesional dan aspek kerja sama.
Frekuensi aspek kinerja yang paling banyak disoroti oleh blogger yang mengungkapkan dengan emosi netral adalah aspek profesionalitas dan aspek pelayanan secara bersama, kemudian aspek tata cara kerja, kemudian aspek kerja sama dan terakhir aspek efisiensi dan efektivitas.
Sedangkan pada blogger yang puas, mengungkapkan dengan emosi positif aspek kinerja yang mendapatkan sorotan, terbanyak aspek pelayanan, kemudian secara merata aspek profesionalitas, aspek tata kerja, aspek kerja sama dan aspek efisiensi dan efektivitas.
Ternyata aspek pelayanan yang menurut Jun et al,16 termasuk kualitas fungsional non teknis. Yakni kualitas yang tidak berkaitan langsung dengan masalah teknis pelayanan profesional dokter. Tetapi dari penelitian ini mempunyai peran besar dalam memberikan persepsi positif terhadap pelayanan dokter. Di semua jenis emosi yang terekspresikan, aspek pelayanan merupakan aspek yang dianggap terpenting.
Memang tidak semua yang diungkapkan benar, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hasil penelitian di atas mengenai Jawa bebas malaria. Tetapi dari apa yang diungkapkan oleh blogger, sebagai komunitas yang merupakan tipping point people, atau simpul budaya, atau hujjah zaman (orang yang menjadi rujukan), punya peran dalam penyebaran persepsi dan menjadi opini yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat. Inilah yang dikhawatirkan.
Sebagian besar komunitas blogger yang mengungkapkan tentang kinerja dokter di Indonesia, memrihatinkan kinerja dokter di Indonesia. Hanya 8 % blogger yang mengaku puas dengan kinerja dokter di Indonesia. Sebagian besar yang memrihatinkan kinerja dokter di Indonesia, mengungkapkannya dengan ungkapan emosi negatif, 62 %. 30 % sisanya mengkritisi kinerja dokter dengan ungkapan emosi netral. Sedangkan mengenai aspek kinerja yang mendapat sorotan sebagian besarnya adalah aspek pelayanan.
Mengingat peran komunitas blogger yang punya peran besar dalam penyebaran informasi dan persepsi, maka perlu ada tindakan yang terstruktur dan sistematis, untuk memperbaiki kinerja dokter di Indonesia, baik oleh organisasi profesi, organisasi penyelenggara pendidikan kedokteran di Indonesia dan juga departemen kesehatan.
1. Business Week, edisi Indonesia, Blog Akan Mengubah Bisnis Anda, 11 Mei 2005, hal 41 – 49.
2. www.blog.tempointerakif.com; 8 februari 2008
3. Malcolm Gladwell, 2000, Tipping Point; How Little Things Can Make a Big Difference, Edisi Indonesia, Tipping Point; Bagaimana Hal-hal Kecil Dapat Menghasilkan Perubahan Besar, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002
4. Martin Raymond, 2003, The Tomorrow People; Edisi Indonesia: The Tomorrow People; alih bahasa: Paul A. Rajoe; Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2006
5. dalam Ahmad ar-Rasyid, Muhammad, al-Muntholaq; Edisi Indonesia, Titik Tolak : Landasan Gerak para Aktivis Dakwah. Penerjemah: Abu Sa’id al-Falahi, Lc; Jakarta, Robbani Press, 2005.
6. Rhenald Kasali, 1994, Manajemen Public Relations; Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti
7. Suryadi, E, 2005, Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Dokter; Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia, Vol 1 No 1 Mei 2005, hal 19 - 23
8. http://thezoostation.wordpress.com 2007/02/01/bapak-ibu-dokter/
9. http://ahdar.wordpress.comhttp://ahdar.wordpress.com/2006/08/11/verloof-kamer
10. http://bapakbaru.wordpress.com Saturday, December 9th, 2006 at 10:56 pm
11. http://adinoto.org May 9, 2006 at 6:32 am
12. http://sugarpie_punya_mika.blog.indosiar.com Senin, 1 January 2007
13. http://www.indradiky.com Tuesday, September 26th, 2006 at 23:27
14. http://kombor.com Jan 26, 2007
15. http://ahdar.wordpress.comhttp://ahdar.wordpress.com/2006/08/11/verloof-kamer
16. http://ghozan.blogsome.com/2007/02/02/refleksi-awal-tahun-2007/
17. Rhode Island Department of HealthAnnual Report – 2006, Consumer and Provider Views on Key Dimensions of Quality Hospital Care: A Review of the Literature, pp 19 - 21