Puisi dibuat Hamka setelah mendengar pidato Mohammad Natsir di ruang sidang Konstituante 13 November 1957, saat itu beliau menwarkan Islam sebagai dasar negara.
Ulama dan sastrawan sekaliber Hamka begitu terkesan dengan pidato tersebut sampai membuat puisi ini lebih dari cukup memberikan gambaran pada kita isi dari pidato Natsir
Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi
Dan aku pun masukkan
Dalam daftarmu .......!