Telah 50 hari berlalu sejak bencana gempa di Sumbar, tetapi sampai sekarang dokter dan tenaga kesehatan masih sangat dibutuhkan di sana. Mengingat medan Sumbar yang berbukit2 itu maka sangat rentan sekali untuk terjadi longsor. Aku pun jadi teringat dengan perjalananku ke Sumbar awal oktober yang lalu..
Saat mendengar ada gempa di padang pariaman, tentu jiwa dokterku merasa terpanggil. Awalnya mama dan papa ga ngijinin. Itu udah aku duga sebelumnya...tp aq selalu menyakini klo Allah itu seperti prasangka hambaNya, your perseption is your projection. Subhanallah, ntah kesambet apa mereka yg jauh di malaysia mendadak mengizinkan aku pergi. Skenario Allah juga yg buat aku pergi sebagai relawan DSIM (jejaring Dompet Dhuafa). Ada 3 cewek yang berangkat aku, temenku dr.Maul, dan mbak desi. Kami lewat jalan darat.
Selama perjalanan itu hal yang menarik itu Subhanallah alam Sumbar itu begitu indah. Menariknya adalah mudah sekali menemukan masjid/musholah dan rumah makan padang dengan jarak yang cukup dekat. Ketika kami rehat di Solok, masjidnya itu bersih dan airnya itu sungguh sangat segar. Airnya sampai meluap ke mana2. Memang bener kata orang, yg namanya sumbar itu ga bakal kekurangan air. Subhanallah, Nikmat Allah mana lagi yg tidak kau syukuri.
Sampai di kota Padang aku agak merinding melihat kondisi yang unik, dan membuatku berpikir se-ol-ol.. Gempa yang terjadi di Padang itu sungguh aneh. Ada rumah yg hancur eh tapi sebelahnya tidak. Ada deretan perumahan tentara yang retak2, hancur, tetapi di seberang jalannya ada rumah dokter yang tidak rusak sedikit pun. Ada bangunan bimbel Gama yg hancur lebur, tetapi bangunan sekelilingnya masih berdiri kokoh. Begitu pula dgn ambacang. Ada dua ruko yg bersebelah, yg satu miring n retak, satunya lecetpun tidak. Apa maksud semuanya??? Aku hanya bisa banyak2 beristigfar saat itu. Begitulah, jika Allah menghendaki sesuatu maka akan terjadi, begitu pula jika Dia telah menentukan siapa yg akan selamat maka pasti akan selamat.