Hingga tahun 1991, peranan kemoterapi pada kanker kepala dan leher adalah dibatasi pada penggunaannya dalam pengaturan proses pengobatan kembali dan/atau penyakit metastatik. Penelitian yang menonjol yang merubah pandangan kita mengenai kemoterapi dilaporakn oleh Program Studi Bersama Departemen Urusan Veteran Kelompok Studi Laryngeal yang melaporkan usaha multi institusi terhadap pasien yang yang mengalami kemajuan kanker laryng. Penelitian mereka menunjukkan pemeliharaan laring dan sebanding dengan jumlah pasien yang memiliki kelangsungan hidup, yang menerima induksi kemoterapi yang diikuti dengan radiasi, yang berlawanan dengan laryngektomi tradisional dan radiasi setelah operasi. Walaupun dikritisi oleh beberapa kalangan atas tidak adanya kelompok kontrol yang hanya mendapat radiasi saja pada penelitian ini, hasil yang diperoleh membantu perkembangan sebuah kepentingan baru dalam penggunaan kemoterapi dan pengaturannya terhadap perkembangan tingkat keparahan dari kanker kepala dan leher, termasuk didalamnya sel karsinoma squamosa dari kanker organ mulut. Beberapa pemeriksaan yang tersedia, menyusun peran dari kemoterapi pada kanker kepala dan leher. Berikutnya akan menyimpulkan dasar-dasar kemoterapi pada kanker organ mulut dan mendiskusikan beberapa aplikasi potensial di masa yang akan datang.
Sebelum menganalisa hasil dari kemoterapi pada kanker rongga mulut, sebuah pemahaman tentang dasar biologi dari kemoterapi dan dihubungkan dengan terminologinya adalah perlu. Pada banyak jalan, kemoterapi untuk kanker secara konseptual sama dengan kemoterapi untuk infeski; bagaimanapun, sistem imun umumnya tidak berkompeten secara inheren untuk merusak kanker. Bahan-bahan kemoterapi membunuh proses pembelahan yang konstan dari sel kanker dan membiarkan sejumlah tertentu dari sel-sel yang resisten. Sel-sel yang resisten ini sebelumnya dibagi dan masa tumor sekali lagi meningkat. Pada penyakit yang menginfeksi, sistem imun tubuh membantu pengrusakan dari penurunan beban sel, sedangkan pada pasien pengidap kanker biasanya tidak memiliki sebuah sistem imun yang dapat menyembuhkan dari sel yang jahat. Sama halnya dengan infeksi terhadap strain yang resisten, panduan obat-obatan yang banyak, telah dikembangkan untuk mengatasi perkembangan sel-sel yang reisten pada kanker. Prinsip kemoterapi telah dikembangkan untuk mengatasi perkembangan sel yang resisten seperti penggunaan bahan-bahan yang telah menunjukkan aktivitas kemandiriannya dalam melawan jenis kanker, kombinasi obat-obat dengan toksisitas yang berbeda untuk memungkinkan penggunaan dosis yang maksimum dari masing-masing bahan obat, dan pemeliharaan interval yang singkat antara bahan-bahan obat berdosis sementara proses penyembuhan yang cukup terus berjalan pada jaringan-jaringan normal. Pertumbuhan tumor yang solid ditentukan oleh kinetic Gompetrzian, yang berarti bahwa pertumbuhan yang lambat sebagai katung-kantung tumor meningkat. Sejak bahan-bahan kemoterapi paling efektif dalam melawan terjadinya replikasi sel, pertumbuhan yang lebih kecil dan besar dari tumor akan menjadi lebih rentan.
Penghargaan terhadap literatur yang menyangkut kemoterapi menjadi sulit jika seseorang tidak memahami definisi dari respon komplit, respon parsial, penyakit yang menetap (stabil), dan kemajuannya. Masing-masing dari hal tersebut ditentukan melalui jumlah produk diameter tegak lurus dari seluruh tumor yang dapat dihitung. Ukuran ini diperoleh mulai dari saat pengobatan hingga proses pengobatannya sempurna.
• Respon komplit : didefinisikan sebagai ketidak nampaknya seluruh kejadian dari penyakit.
• Respon parsial : paling kurang terjadi reduksi sebesar 50% terhadap ukuran tumor yang didefinisikan pada formula di atas.
• Penyakit yang menetap (stabil) : Kurang dari 50% terjadi reduksi ukuran tumor.
• Kemajuan : Sebuah peningkatan sebesar 25% atau munculnya lesi baru.
Poin penting yang harus diingat bahwa kemunduran tumor tidak hanya setelah 4 minggu. Hal ini dapat dimengerti, oleh karenanya, dilaporkan adanya respon yang komplit yang sering memiliki sedikit pengaruh terhadap peningkatan kelangsungan hidup. Tingkat respon yang ada mewakili jumlah persentasi pasien yang memperoleh respon komplit dan parsial. Sebuah masalah tambahan terkait dengan kemoterapi adalah bias seleksi dari pasien. Meningkatnya peran komorbiditas pada hasil akhir dan dampaknya terhadap status penampilan kelangsungan hidup, diakui berkontribusi penting terhadap kelangsungan hidup dari pasien kanker kepala dan leher (lihat diskusi di bawah). Status penampilan ini secara khusus dilaporkan dengan menggunakan status penampilan Karnofsky (PS), dimana tingkat pasien berada pada skala 0 (mati) hingga 100 (normal, tidak ada kejadian penyakit) atau skala Kelompok Kerjasama Onkologi Negara Bagian Timur, dengan tingkat pasien berada pada skala PS 0 (aktif secara penuh) hingga PS 5 (mati). Kebanyakan dari usaha dokter membutuhkan PS tertentu yang sah, untuk menuju pada pendaftaran pasien yang lebih sehat dan meningkatkan hasilnya.
Waktu lamanya kemoterapi telah menjadi bahan yang banyak diinvestigasi. Sekali lagi, definisi merupakan kunci untuk memahami dan menginterpretasikan hasil dari usaha-usaha pengobatan. Kemoterapi paliatif diberikan kepada pasien dengan penyakit yang tidak dapat pulih untuk mengurangi secara temporal volume tumor sebagai harapan untuk kualitas hidup dan memperpanjang kelangsungan hidupnya. Jenis ini khususnya merupakan arena yang menyediakan landasan percobaan bagi bahan-bahan terapetik yang baru. Kemoterapi adjuvant (tambahan) diberikan kepada pasien yang menjalani pengobatan kanker utamanya dengan pembedahan dan/atau radiasi. Keberhasilan dari pengobatan termasuk didalamnya penyakit yang tidak tampak, khususnya metastasis yang jauh. Sebagaimana pasien tidak lama memiliki tumor yang nampak atau jelas untuk mengukur respon, bahan-bahan harus diseleksi yang memiliki aktivitas melawan jenis kanker. Kemoterapi neoadjuvan (yang juga dikenal dengan kemoterapi induksi) diberikan kepada pasien sebelum mendapatkan pengobatan secara pasti pada bagian kanker utamanya. Taktik ini umumnya dipilih dalam usaha untuk mengurangi ukuran dari kanker utama untuk membuat pengobatan sepasti mungkin. Sebagai contoh, sebuah tumor yang dianggap tidak dapat dibelah boleh jadi “tingakatannya menurun” melalui kemoterapi neoadjuvan menjadi tumor yang dapat dibelah. Sebagaimana pada tumor-tumor tingkat awal tidak menyusut secara konsentris dan daerah tumor boleh jadi terdapat diluar jangkauan dari margin yang nampak. Keuntungan tambahan dari kemoterapi neoadjuvan adalah kemampuannya dalam mengevaluasi respon. Sel karsinoma squamosa mewakili populasi heterozygot meski dalam tumor yang sama. Beberapa akan dengan secara halus merespon cara hidup tertentu, sedangkan yang lain tidak. Ahli onkologi kesehatan dapat membuat pengobatannya lebih akurat jika tumor yang tampak atau jelas terlihat, tersedia untuk mengevaluasi respon. Kritik yang paling besar terhadap terapi neoadjuvan bahwa terapi ini menunda pengobatan yang pasti dari kanker utama. Kegagalan lokal masih merupakan penyebab kematian terbesar pada kanker rongga mulut, dan penundaan pengobatan dari bagian utama meningkatkan kesulitan untuk mengontrol kanker utama. Sebagai tambaha, kemoterapi awal dapat memilih secara teoritis bagian sel yang keras yang resisten terhadap seluruh terapi. Tentu saja kritik dari Departemen Urusan Veteran Kelompok Studi Kanker Laryngeal yang berpendapat bahwa kemoterapi neoadjuvan secara sederhana memilih kanker yang kurang agresif yang akan merespon pengobatan radiasi. Akhir-akhir ini peran dari kemoterapi telah menghasilkan perhatian yang paling besar dalam kombinasi dengan pengobatan radiasi untuk sebuah pendekatan “ organ secara hemat”. Kemoterapi yang dikombinasikan dengan radiasi dapat diberikan secara berturut-turut atau dalam strategi bersamaan. Terapi bersama mempunyai keuntungan bagi bahan obat-obatan tertentu yang sensitif terhadap radiasi dan menghindari penundaan pengobatan bagian kanker utama. Bagian pinggir bawah adalah sebuah penanda adanya peningkatan efek samping dan toksisitas yang dapat merusak pengobatan radiasi, telah ditunjukkan berhubungan dengan penurunan kontrol lokal. Dalam usaha mengontrol beberapa dari toksisitas ini, kemoterapi biasanya diberikan pada saat permulaan pengobatan radiasi dan secara sering jika radiasi telah komplit. Kadang-kadang terapi radiasi disela (radiasi aliran terbelah) dengan sengaja, dan kemoterapi diberikan. Sekali lagi, pemecahan radiasi dianggap berhubungan dengan kontrol yang menurun dan karenanya tidak direkomendasikan.
Bahan-bahan kemoterapetik dibawah perkembangan yang konstan dan sebuah diskusi yang komplit mengenai ketersediaan bahan–bahan tersebut adalah di luar jangkauan bab ini. Beberapa prinsip pantas untuk disebutkan. Pada umumnya obat-obatan dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu bahan yang beredar secara spesifik dalam sel dan bahan obat yang beredar secara spesifik di luar sel, bergantung pada apakah obat tertentu membutuhkan sel targetnya menjadi fase tertentu (G0, S, G1, atau mitosis) untuk menjadi efektif. Bahan-bahan obat juga dapat dikategorikan berdasarkan pada prinsip model aksinya. Antimetabolit seperti methotrexat dan 5-fluorourasil, memblok perkembangan metabolit tertentu secara kritis untuk metabolisme sel. 5-fluorourasil adalah analog pirimidin terfluoridasi yang menghambat sintesis thymidilat, membloking generasi thymidin , yang penting bagi sintesis DNA. Bahan ini sering digunakan pada pengobatan sel karsinoma squamosa pada kanker leher dan kepala. Secara khusus dapat dikombinasikan dengan bahan obat lain yang bersifat sensitif terhadap radiasi. Methotrexat, sebuah analog dari asam folat, memblok perubahan dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat, yang merupakan prekusor dari asam thymidilat dan purin. Bahan ini menghasilkan sebuah pemecahan DNA, RNA, dan sintesis protein. Segera setelah sebuah standar bagi sel karsinoma squamosa leher dan kepala, methotrexat saat ini secara khusus hanya digunakan untuk meringankan. Gambaran efek sampingnya dan kemampuannya untuk digunakan secara intramuskular diluar pasien, membuatnya sebagai sebuah pilihan baik untuk tujuan ini. Cisplatin dan karboplatin adalah bahan alkilasi yang membentuk rangkaian bersilang pada DNA dan menahan pembelahan sel. Cispaltin lebih efektif pada sel kanker squamosa tapi berhubungan engan efek samping pada ginjal dan neurologik dibandingkan dengan karboplatin. Bahan obat lain yang kurang sering digunakan pada sel kanker squamosa kepala dan leher diantaranya paklitaxel, yang menstabilkan pembentukan mikrotubular dan menahan sesl-sel dalam fase G2 , dan bleomisin yang meningkatkan pengrusakan DNA. Bahan-bahan obat yang juga kurang dikembangkan diantaranya flavopiridol, yaitu penghambat kinase yang bergantung pada cyclin, yang telah ditunjukkan memicu apoptosis (kematian sel yang terprogram) pada rangakaina sel kanker squamosa secara in vitro, dan untuk fase I yang sedang berlangsung.
Terapi standar untuk penyakit yang dapat dibedah kembali membutuhkan pembedahan yang diikuti dengan radioterapi jika diindikasikan. Saat ini, induksi kemoterapi yang diikuti dengan pembedahan tidak menunjukkan keuntungan bagi kelangsungan hidup pada kanker rongga mulut. Pertanyaan mengenai penambahan kemoterapi dalam penanganan setelah operasi masih belum ada jawabannya. Saat ini belum ada penelitian yang telah menunjukkan perkembangan yang pasti. Cooper dan rekannya melaporkan hasil dari RTOG 95-01/antar kelompok pada percobaan fase 3 yang mengevaluasi terapi secara bersama radiasi dan kemoterapi pada pengobatan setelah operasi sel karsinoma squamosa resiko tinggi pada kepala dan leher, menegaskan adanya noda getah bening rangkap, penyakit ekstrakapsular, dan margin-margin positif. Pengontrolan pada daerah yang parah dan secara keseluruhan dengan kelangsungan hidup selama 2 tahun tidak meningkat secara signifikan, dan perkembangan kecil kelangsungan hidup yang bebas penyakit atas biaya peningkatan toksisitas yang signifikan. Penambahan kemoterapi yang mengikuti pembedahan dan radiasi telah ditunjukkan menurunkan insiden metastases yang jauh, tapi hal ini belum dihubungkan dengan peningkatan kelangsungan hidup. Pada poin ini, kemoterapi pada penanganan setelah operasi tidak diindikasikan kecuali pada kasus yang diketahui terdapat metastase yang jauh, dan penggunaannya diluar dari percobaan klinik hendaknya sedapat mungkin dikecilkan.
Akhir-akhir ini peranan dari kemoterapi pada kanker rongga mulut terbatas penggunaannya pada penyakit yang tidak dapat dibedah kembali dalam kombinasinya dengan pengobatan radiasi, penyakit metastatik atau pengobatan kembali. Pemeliharaan organ (jangan dibingungkan dengan fungsi organ) meliputi penggunaan panduan kemoradiasi secara bersamaan telah mendapatkan banyak perhatian. Analisis Meta oleh El-Sayed dan Nelson, dan Munro telah menunjukkan bahwa pengobatan bersama adalah lebih baik daripada terapi neoadjuvan. Pengontrolan daerah yang parah dan kelangsungan hidup dikembangkan dalam kemajuan kondisi meningkatnya kanker kepala dan leher.
Dalam usaha untuk menghindari efek sistemik dari kemoterapi, para penyelidik telah mengusahakan untuk menggunakan bahan-bahan yang bekerja secara topikal, yang sebaiknya langsung kedalam tumor baik dengan injeksi intra arterial dan pembentukan depot dalam tumor melalui polimer dan gel (lihat bagian ini pada proses peneyembuhan kembali tumor). Sebuah bentuk terbaru dari panduan kemoradiasi secara bersamaan antara cisplatin secara intraarterial dan radioterapi (RAD-PLAT) dipopulerkan melalui penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Kalifornia, San Diego dan Universitas Tennessee di Memphis, yang telah menunjukkan hal yang menjanjikan mengenai perkembangan kanker dengan kanker utama yang sangat besar dan penyakit nodal. Pengobatan meliputi pemberian dosis tinggi cisplatin yang secara langsung diberikan ke pembuluh yang mengasup makanan bagi tumor melalui kateter mikroarteri yang ditempatkan di bawah angiograf. Natrium tiosulfat yang merupakan bahan penetralisir cisplatin diberikan secara sistemik dalam dosis lima kali lebih besar dari panduan standar. Hasil pasien dengan penyakit T4 N2-3 yang diobati dengan panduan yang ada menampakkan hasil sebesar 84% untuk kontrol lokal selama 4 tahun, 46% kelangsungan hidup bagi penyakit spesifik, dan 29% yang kelangsungan hidupnya secara menyeluruh. Sayangnya, panduan yang ada dihubungkan dengan toksisitas yang signifikan, termasuk di dalamnya kematian. Penggunaan panduan RADPLAT saat ini terbatas hanya pada pusat-pusat yang telah mengetahui teknik dan pengaturan toksisitas yang berhubungan dengannya. Kebanyakan dari panduan untuk kemoradiasi secara bersamaan termasuk di dalamnya kanker orofaringeal dan hypofaringeal dan dihambat oleh ketidakrelaan karena adanya toksisitas dan efek samping. Mukositis hebat dan penempatan dari pipa PEG biasanya diperintahkan.
Teknik baru lainnya untuk meminimalisir efek samping sistemik dari aturan kemoterapi berada dibawah pengembangan, termasuk didalamnya diskusi mengenai PDT di atas dibawah pengaturan dari leukoplakia.
Percobaan-percobaan kemoterapi yang terbatas pada rongga mulut adalah sedikit. Saat ini indikasi yang paling jelas untuk kemoterapi pada kanker rongga mulut adalah pada penyakit metastatik dan pengobatan kembali. Secara umum paling banyak pihak yang menggunakan aturan kemoterapi untuk metastatik atau penyembuhan kembali sel karsinoma squamosa pada rongga mulut termasuk didalamnya kombinasi dari cisplatin atau karboplatin dan 5-fluorourasil. Median dari rata-rata tingakat kelangsungan hidup 5 hingga 7 bulan dan 1 tahun; kelangsungan hidup yang 1 tahun sebanyak 20% menunjukkan kebutuhan peningkatan aturan hidup. Pemeriksaan dilanjutkan untuk menetapkan peran kemoterapi dalam perkembangan sel karsinoma squamosa dari rongga mulut. Sayangnya respon terbaru terhadap kemoterapi tidak menunjukkan perkembangan kelangsungan hidup dan hanya memperoleh nilai yang paling sedang dalam median waktu kelangsungan hidup.
Penelitian saat ini mengenai bahan kemoterapetik berfokus pada bahan-bahan yang mengikat reseptor secara spesifik dalam usaha untuk membatasi efeknya hanya pada sel target. Sama halnya dengan penggunaan terapi hormonal pada kanker payudara dan prostat, para penyelidik memperoleh pengalaman dengan bahan-bahan penghambat faktor pertumbuhan epidermis. Terapi gen juga dilakukan terhadap target yang diketahu mengalami perubahan pada sela karsinoma squamosa pada kanker kepala dan leher seperti TP53 juga pada daerah pertumbuhan yang diteliti. Pemulihan dari gen-gen yang mengalami perubahan ini kemungkinan melalui vektor-vektor virus, menjanjikan dalam populasi tertentu. Pemeriksaan baru-baru ini oleh Milas dan rekannya pada pusat kanker MD Anderson menawarkan tingkat penyembuhan dari kemoterapi pada kanker kepala dan leher, sebagaimana halnya dengan pengetahuan mengenai bahan-bahan kemoterapetik yang baru di masa datang.
Sebelum menganalisa hasil dari kemoterapi pada kanker rongga mulut, sebuah pemahaman tentang dasar biologi dari kemoterapi dan dihubungkan dengan terminologinya adalah perlu. Pada banyak jalan, kemoterapi untuk kanker secara konseptual sama dengan kemoterapi untuk infeski; bagaimanapun, sistem imun umumnya tidak berkompeten secara inheren untuk merusak kanker. Bahan-bahan kemoterapi membunuh proses pembelahan yang konstan dari sel kanker dan membiarkan sejumlah tertentu dari sel-sel yang resisten. Sel-sel yang resisten ini sebelumnya dibagi dan masa tumor sekali lagi meningkat. Pada penyakit yang menginfeksi, sistem imun tubuh membantu pengrusakan dari penurunan beban sel, sedangkan pada pasien pengidap kanker biasanya tidak memiliki sebuah sistem imun yang dapat menyembuhkan dari sel yang jahat. Sama halnya dengan infeksi terhadap strain yang resisten, panduan obat-obatan yang banyak, telah dikembangkan untuk mengatasi perkembangan sel-sel yang reisten pada kanker. Prinsip kemoterapi telah dikembangkan untuk mengatasi perkembangan sel yang resisten seperti penggunaan bahan-bahan yang telah menunjukkan aktivitas kemandiriannya dalam melawan jenis kanker, kombinasi obat-obat dengan toksisitas yang berbeda untuk memungkinkan penggunaan dosis yang maksimum dari masing-masing bahan obat, dan pemeliharaan interval yang singkat antara bahan-bahan obat berdosis sementara proses penyembuhan yang cukup terus berjalan pada jaringan-jaringan normal. Pertumbuhan tumor yang solid ditentukan oleh kinetic Gompetrzian, yang berarti bahwa pertumbuhan yang lambat sebagai katung-kantung tumor meningkat. Sejak bahan-bahan kemoterapi paling efektif dalam melawan terjadinya replikasi sel, pertumbuhan yang lebih kecil dan besar dari tumor akan menjadi lebih rentan.
Penghargaan terhadap literatur yang menyangkut kemoterapi menjadi sulit jika seseorang tidak memahami definisi dari respon komplit, respon parsial, penyakit yang menetap (stabil), dan kemajuannya. Masing-masing dari hal tersebut ditentukan melalui jumlah produk diameter tegak lurus dari seluruh tumor yang dapat dihitung. Ukuran ini diperoleh mulai dari saat pengobatan hingga proses pengobatannya sempurna.
• Respon komplit : didefinisikan sebagai ketidak nampaknya seluruh kejadian dari penyakit.
• Respon parsial : paling kurang terjadi reduksi sebesar 50% terhadap ukuran tumor yang didefinisikan pada formula di atas.
• Penyakit yang menetap (stabil) : Kurang dari 50% terjadi reduksi ukuran tumor.
• Kemajuan : Sebuah peningkatan sebesar 25% atau munculnya lesi baru.
Poin penting yang harus diingat bahwa kemunduran tumor tidak hanya setelah 4 minggu. Hal ini dapat dimengerti, oleh karenanya, dilaporkan adanya respon yang komplit yang sering memiliki sedikit pengaruh terhadap peningkatan kelangsungan hidup. Tingkat respon yang ada mewakili jumlah persentasi pasien yang memperoleh respon komplit dan parsial. Sebuah masalah tambahan terkait dengan kemoterapi adalah bias seleksi dari pasien. Meningkatnya peran komorbiditas pada hasil akhir dan dampaknya terhadap status penampilan kelangsungan hidup, diakui berkontribusi penting terhadap kelangsungan hidup dari pasien kanker kepala dan leher (lihat diskusi di bawah). Status penampilan ini secara khusus dilaporkan dengan menggunakan status penampilan Karnofsky (PS), dimana tingkat pasien berada pada skala 0 (mati) hingga 100 (normal, tidak ada kejadian penyakit) atau skala Kelompok Kerjasama Onkologi Negara Bagian Timur, dengan tingkat pasien berada pada skala PS 0 (aktif secara penuh) hingga PS 5 (mati). Kebanyakan dari usaha dokter membutuhkan PS tertentu yang sah, untuk menuju pada pendaftaran pasien yang lebih sehat dan meningkatkan hasilnya.
Waktu lamanya kemoterapi telah menjadi bahan yang banyak diinvestigasi. Sekali lagi, definisi merupakan kunci untuk memahami dan menginterpretasikan hasil dari usaha-usaha pengobatan. Kemoterapi paliatif diberikan kepada pasien dengan penyakit yang tidak dapat pulih untuk mengurangi secara temporal volume tumor sebagai harapan untuk kualitas hidup dan memperpanjang kelangsungan hidupnya. Jenis ini khususnya merupakan arena yang menyediakan landasan percobaan bagi bahan-bahan terapetik yang baru. Kemoterapi adjuvant (tambahan) diberikan kepada pasien yang menjalani pengobatan kanker utamanya dengan pembedahan dan/atau radiasi. Keberhasilan dari pengobatan termasuk didalamnya penyakit yang tidak tampak, khususnya metastasis yang jauh. Sebagaimana pasien tidak lama memiliki tumor yang nampak atau jelas untuk mengukur respon, bahan-bahan harus diseleksi yang memiliki aktivitas melawan jenis kanker. Kemoterapi neoadjuvan (yang juga dikenal dengan kemoterapi induksi) diberikan kepada pasien sebelum mendapatkan pengobatan secara pasti pada bagian kanker utamanya. Taktik ini umumnya dipilih dalam usaha untuk mengurangi ukuran dari kanker utama untuk membuat pengobatan sepasti mungkin. Sebagai contoh, sebuah tumor yang dianggap tidak dapat dibelah boleh jadi “tingakatannya menurun” melalui kemoterapi neoadjuvan menjadi tumor yang dapat dibelah. Sebagaimana pada tumor-tumor tingkat awal tidak menyusut secara konsentris dan daerah tumor boleh jadi terdapat diluar jangkauan dari margin yang nampak. Keuntungan tambahan dari kemoterapi neoadjuvan adalah kemampuannya dalam mengevaluasi respon. Sel karsinoma squamosa mewakili populasi heterozygot meski dalam tumor yang sama. Beberapa akan dengan secara halus merespon cara hidup tertentu, sedangkan yang lain tidak. Ahli onkologi kesehatan dapat membuat pengobatannya lebih akurat jika tumor yang tampak atau jelas terlihat, tersedia untuk mengevaluasi respon. Kritik yang paling besar terhadap terapi neoadjuvan bahwa terapi ini menunda pengobatan yang pasti dari kanker utama. Kegagalan lokal masih merupakan penyebab kematian terbesar pada kanker rongga mulut, dan penundaan pengobatan dari bagian utama meningkatkan kesulitan untuk mengontrol kanker utama. Sebagai tambaha, kemoterapi awal dapat memilih secara teoritis bagian sel yang keras yang resisten terhadap seluruh terapi. Tentu saja kritik dari Departemen Urusan Veteran Kelompok Studi Kanker Laryngeal yang berpendapat bahwa kemoterapi neoadjuvan secara sederhana memilih kanker yang kurang agresif yang akan merespon pengobatan radiasi. Akhir-akhir ini peran dari kemoterapi telah menghasilkan perhatian yang paling besar dalam kombinasi dengan pengobatan radiasi untuk sebuah pendekatan “ organ secara hemat”. Kemoterapi yang dikombinasikan dengan radiasi dapat diberikan secara berturut-turut atau dalam strategi bersamaan. Terapi bersama mempunyai keuntungan bagi bahan obat-obatan tertentu yang sensitif terhadap radiasi dan menghindari penundaan pengobatan bagian kanker utama. Bagian pinggir bawah adalah sebuah penanda adanya peningkatan efek samping dan toksisitas yang dapat merusak pengobatan radiasi, telah ditunjukkan berhubungan dengan penurunan kontrol lokal. Dalam usaha mengontrol beberapa dari toksisitas ini, kemoterapi biasanya diberikan pada saat permulaan pengobatan radiasi dan secara sering jika radiasi telah komplit. Kadang-kadang terapi radiasi disela (radiasi aliran terbelah) dengan sengaja, dan kemoterapi diberikan. Sekali lagi, pemecahan radiasi dianggap berhubungan dengan kontrol yang menurun dan karenanya tidak direkomendasikan.
Bahan-bahan kemoterapetik dibawah perkembangan yang konstan dan sebuah diskusi yang komplit mengenai ketersediaan bahan–bahan tersebut adalah di luar jangkauan bab ini. Beberapa prinsip pantas untuk disebutkan. Pada umumnya obat-obatan dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu bahan yang beredar secara spesifik dalam sel dan bahan obat yang beredar secara spesifik di luar sel, bergantung pada apakah obat tertentu membutuhkan sel targetnya menjadi fase tertentu (G0, S, G1, atau mitosis) untuk menjadi efektif. Bahan-bahan obat juga dapat dikategorikan berdasarkan pada prinsip model aksinya. Antimetabolit seperti methotrexat dan 5-fluorourasil, memblok perkembangan metabolit tertentu secara kritis untuk metabolisme sel. 5-fluorourasil adalah analog pirimidin terfluoridasi yang menghambat sintesis thymidilat, membloking generasi thymidin , yang penting bagi sintesis DNA. Bahan ini sering digunakan pada pengobatan sel karsinoma squamosa pada kanker leher dan kepala. Secara khusus dapat dikombinasikan dengan bahan obat lain yang bersifat sensitif terhadap radiasi. Methotrexat, sebuah analog dari asam folat, memblok perubahan dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat, yang merupakan prekusor dari asam thymidilat dan purin. Bahan ini menghasilkan sebuah pemecahan DNA, RNA, dan sintesis protein. Segera setelah sebuah standar bagi sel karsinoma squamosa leher dan kepala, methotrexat saat ini secara khusus hanya digunakan untuk meringankan. Gambaran efek sampingnya dan kemampuannya untuk digunakan secara intramuskular diluar pasien, membuatnya sebagai sebuah pilihan baik untuk tujuan ini. Cisplatin dan karboplatin adalah bahan alkilasi yang membentuk rangkaian bersilang pada DNA dan menahan pembelahan sel. Cispaltin lebih efektif pada sel kanker squamosa tapi berhubungan engan efek samping pada ginjal dan neurologik dibandingkan dengan karboplatin. Bahan obat lain yang kurang sering digunakan pada sel kanker squamosa kepala dan leher diantaranya paklitaxel, yang menstabilkan pembentukan mikrotubular dan menahan sesl-sel dalam fase G2 , dan bleomisin yang meningkatkan pengrusakan DNA. Bahan-bahan obat yang juga kurang dikembangkan diantaranya flavopiridol, yaitu penghambat kinase yang bergantung pada cyclin, yang telah ditunjukkan memicu apoptosis (kematian sel yang terprogram) pada rangakaina sel kanker squamosa secara in vitro, dan untuk fase I yang sedang berlangsung.
Terapi standar untuk penyakit yang dapat dibedah kembali membutuhkan pembedahan yang diikuti dengan radioterapi jika diindikasikan. Saat ini, induksi kemoterapi yang diikuti dengan pembedahan tidak menunjukkan keuntungan bagi kelangsungan hidup pada kanker rongga mulut. Pertanyaan mengenai penambahan kemoterapi dalam penanganan setelah operasi masih belum ada jawabannya. Saat ini belum ada penelitian yang telah menunjukkan perkembangan yang pasti. Cooper dan rekannya melaporkan hasil dari RTOG 95-01/antar kelompok pada percobaan fase 3 yang mengevaluasi terapi secara bersama radiasi dan kemoterapi pada pengobatan setelah operasi sel karsinoma squamosa resiko tinggi pada kepala dan leher, menegaskan adanya noda getah bening rangkap, penyakit ekstrakapsular, dan margin-margin positif. Pengontrolan pada daerah yang parah dan secara keseluruhan dengan kelangsungan hidup selama 2 tahun tidak meningkat secara signifikan, dan perkembangan kecil kelangsungan hidup yang bebas penyakit atas biaya peningkatan toksisitas yang signifikan. Penambahan kemoterapi yang mengikuti pembedahan dan radiasi telah ditunjukkan menurunkan insiden metastases yang jauh, tapi hal ini belum dihubungkan dengan peningkatan kelangsungan hidup. Pada poin ini, kemoterapi pada penanganan setelah operasi tidak diindikasikan kecuali pada kasus yang diketahui terdapat metastase yang jauh, dan penggunaannya diluar dari percobaan klinik hendaknya sedapat mungkin dikecilkan.
Akhir-akhir ini peranan dari kemoterapi pada kanker rongga mulut terbatas penggunaannya pada penyakit yang tidak dapat dibedah kembali dalam kombinasinya dengan pengobatan radiasi, penyakit metastatik atau pengobatan kembali. Pemeliharaan organ (jangan dibingungkan dengan fungsi organ) meliputi penggunaan panduan kemoradiasi secara bersamaan telah mendapatkan banyak perhatian. Analisis Meta oleh El-Sayed dan Nelson, dan Munro telah menunjukkan bahwa pengobatan bersama adalah lebih baik daripada terapi neoadjuvan. Pengontrolan daerah yang parah dan kelangsungan hidup dikembangkan dalam kemajuan kondisi meningkatnya kanker kepala dan leher.
Dalam usaha untuk menghindari efek sistemik dari kemoterapi, para penyelidik telah mengusahakan untuk menggunakan bahan-bahan yang bekerja secara topikal, yang sebaiknya langsung kedalam tumor baik dengan injeksi intra arterial dan pembentukan depot dalam tumor melalui polimer dan gel (lihat bagian ini pada proses peneyembuhan kembali tumor). Sebuah bentuk terbaru dari panduan kemoradiasi secara bersamaan antara cisplatin secara intraarterial dan radioterapi (RAD-PLAT) dipopulerkan melalui penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Kalifornia, San Diego dan Universitas Tennessee di Memphis, yang telah menunjukkan hal yang menjanjikan mengenai perkembangan kanker dengan kanker utama yang sangat besar dan penyakit nodal. Pengobatan meliputi pemberian dosis tinggi cisplatin yang secara langsung diberikan ke pembuluh yang mengasup makanan bagi tumor melalui kateter mikroarteri yang ditempatkan di bawah angiograf. Natrium tiosulfat yang merupakan bahan penetralisir cisplatin diberikan secara sistemik dalam dosis lima kali lebih besar dari panduan standar. Hasil pasien dengan penyakit T4 N2-3 yang diobati dengan panduan yang ada menampakkan hasil sebesar 84% untuk kontrol lokal selama 4 tahun, 46% kelangsungan hidup bagi penyakit spesifik, dan 29% yang kelangsungan hidupnya secara menyeluruh. Sayangnya, panduan yang ada dihubungkan dengan toksisitas yang signifikan, termasuk di dalamnya kematian. Penggunaan panduan RADPLAT saat ini terbatas hanya pada pusat-pusat yang telah mengetahui teknik dan pengaturan toksisitas yang berhubungan dengannya. Kebanyakan dari panduan untuk kemoradiasi secara bersamaan termasuk di dalamnya kanker orofaringeal dan hypofaringeal dan dihambat oleh ketidakrelaan karena adanya toksisitas dan efek samping. Mukositis hebat dan penempatan dari pipa PEG biasanya diperintahkan.
Teknik baru lainnya untuk meminimalisir efek samping sistemik dari aturan kemoterapi berada dibawah pengembangan, termasuk didalamnya diskusi mengenai PDT di atas dibawah pengaturan dari leukoplakia.
Percobaan-percobaan kemoterapi yang terbatas pada rongga mulut adalah sedikit. Saat ini indikasi yang paling jelas untuk kemoterapi pada kanker rongga mulut adalah pada penyakit metastatik dan pengobatan kembali. Secara umum paling banyak pihak yang menggunakan aturan kemoterapi untuk metastatik atau penyembuhan kembali sel karsinoma squamosa pada rongga mulut termasuk didalamnya kombinasi dari cisplatin atau karboplatin dan 5-fluorourasil. Median dari rata-rata tingakat kelangsungan hidup 5 hingga 7 bulan dan 1 tahun; kelangsungan hidup yang 1 tahun sebanyak 20% menunjukkan kebutuhan peningkatan aturan hidup. Pemeriksaan dilanjutkan untuk menetapkan peran kemoterapi dalam perkembangan sel karsinoma squamosa dari rongga mulut. Sayangnya respon terbaru terhadap kemoterapi tidak menunjukkan perkembangan kelangsungan hidup dan hanya memperoleh nilai yang paling sedang dalam median waktu kelangsungan hidup.
Penelitian saat ini mengenai bahan kemoterapetik berfokus pada bahan-bahan yang mengikat reseptor secara spesifik dalam usaha untuk membatasi efeknya hanya pada sel target. Sama halnya dengan penggunaan terapi hormonal pada kanker payudara dan prostat, para penyelidik memperoleh pengalaman dengan bahan-bahan penghambat faktor pertumbuhan epidermis. Terapi gen juga dilakukan terhadap target yang diketahu mengalami perubahan pada sela karsinoma squamosa pada kanker kepala dan leher seperti TP53 juga pada daerah pertumbuhan yang diteliti. Pemulihan dari gen-gen yang mengalami perubahan ini kemungkinan melalui vektor-vektor virus, menjanjikan dalam populasi tertentu. Pemeriksaan baru-baru ini oleh Milas dan rekannya pada pusat kanker MD Anderson menawarkan tingkat penyembuhan dari kemoterapi pada kanker kepala dan leher, sebagaimana halnya dengan pengetahuan mengenai bahan-bahan kemoterapetik yang baru di masa datang.