dokter adalah orang yang paling tahu mengenai kondisi fisik dan bagaimana menjaga agar kondisi fisik itu tetap berada dalam keadaan prima.
Di luar perkecualian karena takdir, maka adalah lucu dokternya adalah orang yang sakit-sakitan. Juga tidak pantas dokter yang dianggap sebagai panutan kesehatan mempunyai perilaku yang tidak sehat, seperti perokok berat, pecandu obat dan peminum berat. Tidak pantas kalau dokter adalah orang yang malas-malasan berolah raga.
Allah berfirman dalam surah Shaff ayat 2-3;
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mengatakan sesuatu yang tidak pernah kalian kerjakan; Maka Allah sangat murka terhadap apa yang kalian katakan sedangkan kalian sendiri tidak pernah mengerjakan”.
Ada kisah nyata berkaitan dengan ayat di atas, seorang anak umur 9 tahun dibawa ibunya ke seorang kiyai yang hafidz Qur’an [hafal Al-qur’an 30 Juz] karena kebiasaan makan gula pasir sehari hingga 4 – 5 kg. Ketika dihadapan pak Kiyai tadi, pak Kiyai hanya berkata
“Coba seminggu lagi datang ke sini, mau saya kasih nasihat”.
Selama satu minggu itu, yang dilakukan oleh pak Kiyai adalah mencoba untuk tidak menyenangi makanan yang manis [bergula]. Pak Kiyai meminta bu Nyai untuk tidak membuatkan teh manis.
“Bu.. kalo membuatkan teh jangan pakai gula ya bu, ato malah dibuatin air putih saja”
“Termasuk minta tolong jangan disediakan jajanan yang manis-manis ya bu”
Karena penasaran bu Nyai menanyakan perilaku yang diluar kebiasaan pak Kiyai tersebut.
“Kenapa tho pak… kok nyirik gula… apa habis periksa lab hasil gulanya tinggi?”
“Panjenengan terkena diabetes tho Pak?”
Pak Kiyai menjawab dengan dua ayat Shaff tersebut, dan menerangkan satu minggu lagi akan menasihati anak agar tidak suka memakan gula.
“Gini lho bu… satu minggu lagi aku akan menasehati anak jangan suka makan gula… masak aku yang menasehati juga suka makan gula”
“Allah kan berfirman dalam surah Shaff ayat 2-3;
"Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mengatakan sesuatu yang tidak pernah kalian kerjakan; Maka Allah sangat murka terhadap apa yang kalian katakan sedangkan kalian sendiri tidak pernah mengerjakan”
“Jadi Allah sangat murka kalo aku menasehati orang jangan melakukan ini tetapi aku setiap hari melakukan ini…”
“Oo begitu pak”
Setelah satu minggu berlangsung, ibu dan anak yang makan gula sehari 4 –5 kg tadi datang. Yang membuat ibu tadi terkejut adalah bahwa pak Kiyai tidak mengasih apa-apa, seperti minuman air putih atau doa-doa. Pak Kiyai hanya bilang
“Le [panggilan anak laki-laki dalam bahasa Jawa],..kamu jangan suka makan gula ya!” kemudian ibu dan anak tersebut disuruh pulang. Setelah sampai rumah, apa yang terjadi? Secara mengherankan anak tadi ketika ibunya mengingatkan
“Le, gulanya udah ibu siapkan” sang anak menjawab
”Aku tidak suka gula bu!”
(Coba kalo anak ini dibawa ke dokter ahli jiwa pasti didiagnosis menderita gangguan obsesif kompulsif dan menjalani pengobatan antidepresan hingga antipsikotik sampai berbulan-bulan)
Kisah nyata ini dituturkan oleh sahabat saya yang saya hormati ustadz Ahmad Yani yang beliau ini seorang hafidz Qur’an….dan selalu menjaga hafalannya tersebut dengan selalu mengkhatamkan al-Qur’an dalam satu minggu. Untuk mengejar target itu, sholat rowatib beliau selalu mengusahakan bisa membaca surat setelah alfatihah sampai 2 juz panjangnya. Dan beliau ini selalu menjaga akhlaqnya…walaupun hanya ngerasani orang ato dongkol… ternyata mempengaruhi hafalannya… luar biasa….
Untuk tambahan cerita mengenai pak Kiyai di atas… saat beliau wafat…. Luar biasa… 8 ribuan orang jamaahnya dari berbagai kota di Jawa, yang mengantarkan jenazah pak Kiyai ini ke pemakamannya.
Pelajaran bagi dokter adalah,
kalau dokter menginginkan pasien-pasien mengikuti nasehatnya agar berperilaku sehat, maka dokternya dulu harus berperilaku sehat