Berbagi pengalaman dalam memberikan pelayanan ketika di Puskesmasnya masing-masing. Kadang-kadang dapat kenalan baru, entah itu dokter PTT baru, dokter gigi PTT baru atau bidan PTT baru. Juga tidak ketinggalan teman-teman sejawat mana yang masa tugas PTT-nya berakhir.
Memang kata teman-teman, ada tiga fase yang dilalui oleh dokter atau bidan PTT [Pegawai Tiga Tahun; kepanjangan pelesetan, yang sebenarnya Pegawai Tidak Tetap; karena sesuai kenyataan, masa kontraknya tiga tahun]. Tiga fase tersebut adalah: tahun pertama masa orientasi, tahun kedua merasa “in” dan tahun ketiga masa memikirkan nasib.
Jadi tugas dinas ke DKK memang membuat wawasan jadi luas, mengurangi kejenuhan dari rutinitas sehari-hari memeriksa pasien di Poliklinik, yang tidak ada henti-hentinya. Selalu saja ada orang sakit. Tugas dinas ke DKK benar-benar memperluas wawasan. Jadi tidak semata-mata ada tugas baru yang harus dikerjakan. Selalu ada ilmu baru, yang kebanyakan di luar dari apa yang diperoleh semasa saya waktu kuliah. Ini baru ilmu yang formal.
Tetapi banyak juga ilmu informal yang berseliweran dalam forum itu. Mulai dari kebiasaan senior korek-korek lubang telinga dengan kunci, kebiasaan dokter-dokter tertentu yang suka ngupil [mengeluarkan upil dari lubang hidung dengan jari telunjuk; karena itulah gorila berlubang hidung besar karena jari-jarinya juga besar] hingga isu-isu hangat seperti sinyal-sinyal selingkuh, sinyal-sinyal pisah ranjang, sinyal-sinyal perubahan penampilan seperti tambah “kempling”, tambah langsing, dan tambah putih. Atau penampilan baru lain seperti rambut di”ribonding”, dan bila ditanya “di-ribonding ya?” jawabnya “ndak koq cuman pakek sampo” ato yang heboh PASIEN DISUNTIK MALAH LARI...
Pokoknya persis sama seperti acara cek dan ricek, acara kabar-kabari dan semacamnya.
Dari infotaintment yang ada, saya tergelitik dengan cerita seorang teman yang menyebut seorang dokter yang lumayan senior :
Pencerita : “itu lho dr bla-bla-bla MM kemarin dia itu………dst”
Penanya : “sebentar-sebentar, Em Em, Magister Manajemen?! Kuliahnya dimana? Kapan kuliah? Kapan lulusnya? Terus beliau ambil konsentrasi apa? Pemasaran? Manajemen Strategi? Atau? ”
Pencerita : “ha.. ha.. ha..”
Penanya : “saya serius nich!! Kenapa sih koq diketawain?”
Pencerita : “kamu tahu nggak, Em Em itu = Makelar Mobil”
Penanya : “Ooo…Baddala…!?”
Kesimpulan : Dokter adalah profesinya; sambilannya adalah MM [makelar mobil] dan hasil terakhir lebih dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang lebih besar seperti renovasi rumah, membeli “mobil baru” lagi sekalian barang dagangan.
Pelajaran yang bisa diambil : Kalau menjumpai dokter dalam waktu yang relatif singkat mudah berganti-ganti mobil berarti ???…… dapat anda simpulkan sendiri
Saya tidak berani menyimpulkan
Komentar
Profesi ganda asal seseorang bisa menempatkan pada tempat yang tepat, tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah ketika melayani pasien, tiba-tiba teman “seprofesi MM” nongol masuk ruang periksa,
dengan suara keras berkata : “He..!! Blablabla..maksud kamu gimana sih? Seminggu lalu kau bilang mesin OK, semua OK, barusan aku kena damprat si Ujang yang barusan beli, katanya mobilnya ngadat!!!”
“Sialan lu!” umpat si dokter pada teman “seprofesi MM”-nya
“Kau tak lihat, aku sedang apa sekarang!” bentak si dokter lagi
Tak kalah sengit, teman “MM” itu membalas
“Itu urusanmu, aku datang kemari minta ganti rugi!”
………………
dan seterusnya
Padahal pada saat yang sama pasien berada diantara mereka. Pada saat yang sama pasien dalam kondisi yang payah dan harus segera mendapatkan obat yang diminum untuk mengurangi rasa sakitnya.
Saran : berhati-hati dan bisa mendisiplinkan teman “seprofesi MM” agar mempunyai kebiasaan untuk bisa menahan keinginannya dan mendukung penampilan prima kinerja profesinya yang lain sebagai dokter.
Boleh ndak Sih dokter nyambi MM?