Saat ini pengobatan gratis dimasyarakat memang sedang marak, terutama jelang pemilu banyak pejabat yang menyuarakan janji-jani pengobatan gratis bagi masyarakat. Namun sebenanrnya tanpa janji semacam itupun memang sudah selayaknya negara ini harusnya mampu memberikan pengobatan gratis bagi rakyatnya. Saat ini program semcam itu memang sudah berjalan namun pembiayaan pasien hanya ditujukan bagi pasien kelas 3. Disinilah seringkali terjadi hambatan dalam pelaksanaan program berobat gratis tersebut dilapangan.
Apapun namanya tujuan dari program ini adalah bertujuan agar rakyat miskin yg tidak mampu dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang paripurna. Sehingga dari sana tidak ada alasan lagi Oknum baik itu dari kalangan pejabat, media massa, masyarakat yg menghembuskan kabar fitnah " ORANG MISKIN DILARANG SAKIT". Kalaupun ada berita demikian, sepertinya oknum tersebut sebenarnya hanya karena tidak tahu, pura-pura tidak tahu, atau hanya ingin mendapatkan berita menarik atau mencari perhatian dan pencintraan belaka.
Lalu apa menariknya berita diatas ??? sangat menarik karena memang kenyataanya banyak masyarakat yg merasa tidak terlayani dengan program pengobatan gratis ini, sehingga yg selalu dipersalahkan adalah kami para petugas medis dilapangan yg harus langsung berhadapan dengan masyarakat. Oleh sebab itu mengenai program berobat gratis ini kami coba berikan sedikit informasi bagi masyarakat diantaranya sbb:
1. Kenapa hanya gratis untuk pasien kelas 3 ?? dari alasan diatas Bpk Ahok sebagai salah satu contoh pemimpin yg saat ini sdg populer mengungkapkan alasan yg cukup relevan namun tetap saja dgn bahasa politik jika "org kaya sakit ga bakal mau dirawat di ruang kelas 3". Padahal kenyataanya pemerintah hanya sanggup membiayai warganya utk dirawat di ruang kelas 3. Jadi jangan salahkan rumah sakit, dokter, perawat, bidan, dll jika memang anda harus terpaksa dirawat diruang kelas 3 karena membawa kartu berobat gratis. Karena anggaran utk kesehatan dari pemerintah hanya berkisar 30-40 triliun dari total APBN negara yg lebih dari 1000 trilyun. Lalu kemana kira2 dana lain sebesar itu mengalir ???
2. Jumlah BED / tempat tidur setiap rumah sakit itu terbatas. Didalam sebuah rumah sakit rata2 memiliki 30-50 bed ada jg yg mencapai 100 bed namun sangat jarang. Dari jumlah itu sendiri utk kelas 3 nya sebenarnya sudah sekitar hampir 50% dari total jumlah bed di rumah sakit tersebut. Sisanya utk pasien kelas 1, 2 dan VIP. Bagi rumah sakit tipe A seperti rumah sakit rujukan pusat barangkali ruang kelas 3 dapat mencapai 300-500 bed namun biasanya hanya terdapat ditingkat propinsi. Jadi kalaupun ada berita pasien miskin ditolak jangan sekalipun menyalahkan instansi kesehatan terkait karena tidak mungkin jika tempat tidur sudah penuh kita paksakan utk menerima pasien. Mau ditaruh dan dirawat dimana pasien tersebut ???
3. Kalau begitu kenapa ruang kelas 1 dan 2 tidak dijadikan ruang utk perawatan utk pasien miskin kelas 3 saja ??? perlu diingat tidak semua masyarakat negeri ini adalah rakyat miskin dan harus disadari itu. Hak mereka jg utk mendapatkan pelayanan kesehatan dari kita. Seperti anda tahu bagi para karyawan pabrik yg memiliki jamsostek, pegawai negeri sipil yg memiliki Askes. Dari perusahaan asuransi tempat mereka bekerja sanggup membayarkan pengobatan mereka agar dapat dirawat diruang kelas 1 dan 2 jadi kalau kita tiadakan kamar kelas 1 dan 2 pasien tersebut mau kita rawat dimana ?? Jadi jangan salahkan instansi kesehatan dan petugas medis terkait kalau hak itu kita berikan pada pasien kelas 1 dan 2 karena memang itu hak mereka sebagai pegawai ataupun karyawan.
4. Dokter, perawat dan tenaga medis yg merawat pasien kelas 3 jumlahnya terbatas. Sekali shift jumlah perawat berkisar 3-8 orang tergantung dari besarnya rumah sakit, pada saat shift malam jumlah perawatnya sendiri bisa lbh sedikit itupun harus harus melayani puluhan hingga ratusan pasien. Mulai dari mengawasi infus, mengukur tekanan darah, cek suhu, membersihkan kotoran pasien, menyuntikkan obat, dan seabreg tugas lain tenaga medis di rumah sakit dan itu semua harus dikerjakan dengan serius tidak main-main karena jika terjadi kesalahan bisa fatal krn tenaga medis itu semndiri yang akan dipersalahkan. Butuh tenaga dan pikiran ekstra krn harus menangani pasien yg membludak. Itulah sebabnya harus ada pengertian dari pasien, bahwa pekerja medis itu bekerja sepenuh hati, serta serius dlm merawat bukan berarti jutek/judes.
5. Kondisi ruangan dan tempat tidur kelas 3 tidak layak. Wajar saja jika ada anggapan demikian. Karena dalam 1 ruangan harus dirawat dan dicampur jadi satu puluhan orang sakit dengan berbagai keluhan berbeda. Jadi kalau suasananya seringkali riuh gaduh, sumpek, bau dan sulit istirhat ya harap dimaklumi. Bukan berarti krn org miskin bisa dilakukan dengan semena-mena. Namun itulah yg terjadi krn prasarana yg dimiliki sebuah rumah sakit yg notabene diberikan mandat oleh pemerintah utk menyelanggarakan pengobatan gratis hanya bisa sebatas itu dikarenakan pula oleh keterbatasan dana yg dimiliki pemerintah jg rumah sakit tersebut. Jadi jgn salahkan rumah sakitnya jika anda alami hal semcam itu, krn Lagi-lagi kalau rumah sakit itu yg harus menanggung sendiri biaya pengobatan setiap pasiennya tentu saja akan byk rumah sakit yg akan gulung tikar.
6. Pembayaran Klaim rumah sakit sering TELAT. Tak dapat dipungkiri bahwa pembayaran Klaim dari asuransi kesehatan gratis semacam jamkesmas, jamkesda, dll seringkali TELAT dibayarkan oleh pemerintah atau instansi terkait. Sementara rumah sakit itu sendiri dapat hidup dan terus berlangsung karena adanya pembayaran klaim tersebut. Bagaimana mungkin sebuah rumah sakit bisa tetap bertahan jika uang yg digunakan untuk membeli Obat-obatan, peralatan kesehatan, membayar gaji karyawan, dll terus terlambat ?? kalau rumah sakit harus terus nombok lama kelamaan pelayanan kesehatan juga pastilah akan terganggu bahkan terancam bangkrut. kalau sudah begitu siapa yg rugi ?? siapa yg dipersalahkan ?? ujung-ujungnya pihak rumah sakit dan petugas medis didlamanya yg menjadi sasaran pemberitaan dan protes dari masyarakat.
7. Selain jumlah ruang dan bed utk kelas 3 permasalahan yg tak kalah penting adalah jumlah ruang perawatan ICU, NICU, PICU yg digunakan utk merawat pasien dlm kondisi gawat darurat yg membutuhkan perawatan ekstra dalam setiap rumah sakit jumlahnya terbatas atau justru tidak dimiliki rumah sakit tersebut. Perlu juga diketahui utk mebuat sebuah ruangan ICU berbagai syarat harus terenuhi mulai dari peralatan yg harganya sangat mahal, hingga petugas medis terlatih juga harus disediakan. Sementara banyak rumah sakit yg blm memberikan fasilitas itu dikarenakan keterbatasan dana. Sementara tuntutan dimasyarakat seringkali pasien ditolak alasannya penuh, padahal memang jumlah kamar/tempat tidurnyanya yang sangat terbatas.
Dari poin diatas seharusnya masyarakat juga dapat berpikir jernih, tidak melulu selalu menyalahkan pihak penyelenggara kesehatan dalam melayani masyarakat. Karena kenyataanya dilapangan lebiih banyak masyarakat miskin yang kita layani ketimbang orang mampu. Selain itu jg pemerintah jg harus menyadari, sebelum menggulirkan program pengobatan gratis, sediakan dan perbaiki dulu fasilitas kesehatan-kesehatan yg ada. Jangan hanya dipolitisasi guna memuluskan jalan utk mendapatkan jabatan dengan mengorbankan institusi kesehatan semcam ini.
Jika perlu selain pengobatan yg gratis, seharusnya pemerintah jg bisa menyediakan pendidikan gratis bagi sekolah-sekolah dokter, bidan, perawat, dll agar saat bekerja nanti tidak ada cibiran dari masyarakat "Ya wajar berobat mahal, biar balik modal, karena sekolahnya kan jg mahal". Padahal sejujurnya sama sekali dari hati ini tidak ada niatan utk demikian, krn kami bekerja tulus dari hati utk membantu sesama, kalapun akhirnya kami mendapatkan imbalan jasa dari usaha kami, menurut kami wajar krn setiap org hidup haruslah bekerja agar keberlangsuingan hidupnya dan keluarganya dpt terus berjalan.
Lalu apa menariknya berita diatas ??? sangat menarik karena memang kenyataanya banyak masyarakat yg merasa tidak terlayani dengan program pengobatan gratis ini, sehingga yg selalu dipersalahkan adalah kami para petugas medis dilapangan yg harus langsung berhadapan dengan masyarakat. Oleh sebab itu mengenai program berobat gratis ini kami coba berikan sedikit informasi bagi masyarakat diantaranya sbb:
1. Kenapa hanya gratis untuk pasien kelas 3 ?? dari alasan diatas Bpk Ahok sebagai salah satu contoh pemimpin yg saat ini sdg populer mengungkapkan alasan yg cukup relevan namun tetap saja dgn bahasa politik jika "org kaya sakit ga bakal mau dirawat di ruang kelas 3". Padahal kenyataanya pemerintah hanya sanggup membiayai warganya utk dirawat di ruang kelas 3. Jadi jangan salahkan rumah sakit, dokter, perawat, bidan, dll jika memang anda harus terpaksa dirawat diruang kelas 3 karena membawa kartu berobat gratis. Karena anggaran utk kesehatan dari pemerintah hanya berkisar 30-40 triliun dari total APBN negara yg lebih dari 1000 trilyun. Lalu kemana kira2 dana lain sebesar itu mengalir ???
2. Jumlah BED / tempat tidur setiap rumah sakit itu terbatas. Didalam sebuah rumah sakit rata2 memiliki 30-50 bed ada jg yg mencapai 100 bed namun sangat jarang. Dari jumlah itu sendiri utk kelas 3 nya sebenarnya sudah sekitar hampir 50% dari total jumlah bed di rumah sakit tersebut. Sisanya utk pasien kelas 1, 2 dan VIP. Bagi rumah sakit tipe A seperti rumah sakit rujukan pusat barangkali ruang kelas 3 dapat mencapai 300-500 bed namun biasanya hanya terdapat ditingkat propinsi. Jadi kalaupun ada berita pasien miskin ditolak jangan sekalipun menyalahkan instansi kesehatan terkait karena tidak mungkin jika tempat tidur sudah penuh kita paksakan utk menerima pasien. Mau ditaruh dan dirawat dimana pasien tersebut ???
3. Kalau begitu kenapa ruang kelas 1 dan 2 tidak dijadikan ruang utk perawatan utk pasien miskin kelas 3 saja ??? perlu diingat tidak semua masyarakat negeri ini adalah rakyat miskin dan harus disadari itu. Hak mereka jg utk mendapatkan pelayanan kesehatan dari kita. Seperti anda tahu bagi para karyawan pabrik yg memiliki jamsostek, pegawai negeri sipil yg memiliki Askes. Dari perusahaan asuransi tempat mereka bekerja sanggup membayarkan pengobatan mereka agar dapat dirawat diruang kelas 1 dan 2 jadi kalau kita tiadakan kamar kelas 1 dan 2 pasien tersebut mau kita rawat dimana ?? Jadi jangan salahkan instansi kesehatan dan petugas medis terkait kalau hak itu kita berikan pada pasien kelas 1 dan 2 karena memang itu hak mereka sebagai pegawai ataupun karyawan.
4. Dokter, perawat dan tenaga medis yg merawat pasien kelas 3 jumlahnya terbatas. Sekali shift jumlah perawat berkisar 3-8 orang tergantung dari besarnya rumah sakit, pada saat shift malam jumlah perawatnya sendiri bisa lbh sedikit itupun harus harus melayani puluhan hingga ratusan pasien. Mulai dari mengawasi infus, mengukur tekanan darah, cek suhu, membersihkan kotoran pasien, menyuntikkan obat, dan seabreg tugas lain tenaga medis di rumah sakit dan itu semua harus dikerjakan dengan serius tidak main-main karena jika terjadi kesalahan bisa fatal krn tenaga medis itu semndiri yang akan dipersalahkan. Butuh tenaga dan pikiran ekstra krn harus menangani pasien yg membludak. Itulah sebabnya harus ada pengertian dari pasien, bahwa pekerja medis itu bekerja sepenuh hati, serta serius dlm merawat bukan berarti jutek/judes.
5. Kondisi ruangan dan tempat tidur kelas 3 tidak layak. Wajar saja jika ada anggapan demikian. Karena dalam 1 ruangan harus dirawat dan dicampur jadi satu puluhan orang sakit dengan berbagai keluhan berbeda. Jadi kalau suasananya seringkali riuh gaduh, sumpek, bau dan sulit istirhat ya harap dimaklumi. Bukan berarti krn org miskin bisa dilakukan dengan semena-mena. Namun itulah yg terjadi krn prasarana yg dimiliki sebuah rumah sakit yg notabene diberikan mandat oleh pemerintah utk menyelanggarakan pengobatan gratis hanya bisa sebatas itu dikarenakan pula oleh keterbatasan dana yg dimiliki pemerintah jg rumah sakit tersebut. Jadi jgn salahkan rumah sakitnya jika anda alami hal semcam itu, krn Lagi-lagi kalau rumah sakit itu yg harus menanggung sendiri biaya pengobatan setiap pasiennya tentu saja akan byk rumah sakit yg akan gulung tikar.
6. Pembayaran Klaim rumah sakit sering TELAT. Tak dapat dipungkiri bahwa pembayaran Klaim dari asuransi kesehatan gratis semacam jamkesmas, jamkesda, dll seringkali TELAT dibayarkan oleh pemerintah atau instansi terkait. Sementara rumah sakit itu sendiri dapat hidup dan terus berlangsung karena adanya pembayaran klaim tersebut. Bagaimana mungkin sebuah rumah sakit bisa tetap bertahan jika uang yg digunakan untuk membeli Obat-obatan, peralatan kesehatan, membayar gaji karyawan, dll terus terlambat ?? kalau rumah sakit harus terus nombok lama kelamaan pelayanan kesehatan juga pastilah akan terganggu bahkan terancam bangkrut. kalau sudah begitu siapa yg rugi ?? siapa yg dipersalahkan ?? ujung-ujungnya pihak rumah sakit dan petugas medis didlamanya yg menjadi sasaran pemberitaan dan protes dari masyarakat.
7. Selain jumlah ruang dan bed utk kelas 3 permasalahan yg tak kalah penting adalah jumlah ruang perawatan ICU, NICU, PICU yg digunakan utk merawat pasien dlm kondisi gawat darurat yg membutuhkan perawatan ekstra dalam setiap rumah sakit jumlahnya terbatas atau justru tidak dimiliki rumah sakit tersebut. Perlu juga diketahui utk mebuat sebuah ruangan ICU berbagai syarat harus terenuhi mulai dari peralatan yg harganya sangat mahal, hingga petugas medis terlatih juga harus disediakan. Sementara banyak rumah sakit yg blm memberikan fasilitas itu dikarenakan keterbatasan dana. Sementara tuntutan dimasyarakat seringkali pasien ditolak alasannya penuh, padahal memang jumlah kamar/tempat tidurnyanya yang sangat terbatas.
Dari poin diatas seharusnya masyarakat juga dapat berpikir jernih, tidak melulu selalu menyalahkan pihak penyelenggara kesehatan dalam melayani masyarakat. Karena kenyataanya dilapangan lebiih banyak masyarakat miskin yang kita layani ketimbang orang mampu. Selain itu jg pemerintah jg harus menyadari, sebelum menggulirkan program pengobatan gratis, sediakan dan perbaiki dulu fasilitas kesehatan-kesehatan yg ada. Jangan hanya dipolitisasi guna memuluskan jalan utk mendapatkan jabatan dengan mengorbankan institusi kesehatan semcam ini.
Jika perlu selain pengobatan yg gratis, seharusnya pemerintah jg bisa menyediakan pendidikan gratis bagi sekolah-sekolah dokter, bidan, perawat, dll agar saat bekerja nanti tidak ada cibiran dari masyarakat "Ya wajar berobat mahal, biar balik modal, karena sekolahnya kan jg mahal". Padahal sejujurnya sama sekali dari hati ini tidak ada niatan utk demikian, krn kami bekerja tulus dari hati utk membantu sesama, kalapun akhirnya kami mendapatkan imbalan jasa dari usaha kami, menurut kami wajar krn setiap org hidup haruslah bekerja agar keberlangsuingan hidupnya dan keluarganya dpt terus berjalan.
Simak tulisan lain dari admin dr. Wahyu Triasmara (Dokter Sahabat Anda) sebelum mengomentari artikel ini.
1. http://on.fb.me/YWWZMA
2. http://on.fb.me/XFercM
1. http://on.fb.me/YWWZMA
2. http://on.fb.me/XFercM