Berdasarkan data dari Vandenplas Y et al Arch Dis Child 2007 92:902-908, alergi susu sapi merupakan bentuk alergi makanan yang paling sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun. Diperkirakan 27,5% anak pada kelompok umur ini mengalami alergi protein susu sapi.
Sistem kekebalan penderita alergi akan melawan protein yang terdapat dalam susu sapi. Sehingga timbul berbagai gejala reaksi alergi yang umumnya menyerang 3 organ tubuh yakni, kulit, saluran cerna dan saluran napas.
Surabaya – Banyak orang berpikir bahwa susu soya (kedelai) adalah jalan terakhir bagi bayi yang alergi terhadap susu sapi. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab bisa saja sang bayi mengalami alergi karena bayi tidak mendapat Air Susu Ibu (ASI) sebelumnya.
“Bayi yang mendapat ASI eksklusif memiliki risiko lebih kecil untuk mengalami alergi,” ujar dokter spesialis anak, Dr Carlos H Lifschitz MD dalam press conference ‘The Hidden Faces of Cow’s Milk Allergy’ di Ambrosia Hall, Resto Nine Jalan Mayjen Sungkono, Senin (7/7/2008).
Dengan ASI yang jelas-jelas memiliki segala kelebihan daripada susu formula, kata Carlos, bayi bisa mendapatkan sumber nutrisi terbaik. Dan dengan nutrisi terbaik, sistem imun bayi bisa berkembang dengan lebih baik. Namun, sayangnya tidak semua bayi beruntung mendapat cukup asupan ASI sehingga sang ibu beralih ke susu sapi formula.
Sayangnya tidak semua tubuh bayi tahan dengan susu sapi. Bayi kadangkala alergi terhadap susu sapi yang ditandai dengan muntah, gatal-gatal, sakit perut, kembung, diare, konstipasi dan lain-lain setelah minum susu sapi. Carlos sendiri tidak menyarankan penggunaan susu soya dalam penanganan alergi susu sapi.
“Formula protein soya sebaiknya tidak diberikan kepada bayi yang mengalami alergi di bawah umur 6 bulan,” tambah Carlos.
Carlos sendiri menyarankan untuk menggunakan formula terhidrolisa sebagian (partially hydrolized) dan terhidrolisa penuh (extensively hydrolized) daripada pemberian susu soya. Formula tersebut merupakan formula yang mana proteinnya sudah terpotong-potong menjadi lebih pendek sehingga meminimalkan untuk terjadinya alergi.
“Yang menyebabkan alergi adalah protein di dalam susu sapi,” tutur dokter lulusan University of Buenos Aires, Argentina itu.
Carlos sendiri menjelaskan bahwa alergi susu sapi merupakan suatu keadaan yang mana sistem kekebalan tubuh seorang bayi bereaksi terhadap protein dalam susu sapi dengan menampakkan gejala-gejala tertentu.
Orang tua dengan anaknya yang menderita alergi susu sapi perlu memonitor menu diet anak untuk memastikan tidak ada kandungan susu sapi di dalam menu sang anak, terutama bila sang anak menderita reaksi anafilaksis (anaphylactic) yakni, serangan alergi yang bersifat mendadak dan membahayakan jiwa.