Sebuah perumahan satu blok atau lebih tepatnya satu RT (rukun tetangga) Pertama kali saya masuk di sana, memang tidak terlintas suasana kumuh, bersih, rumah tipe 15 – 20 alias kamar-kamar yang jadi rumah, tetapi karena dekat sekali atau dapat dikatakan mepet dengan percabangan sungai yang telah melewati perumahan. Aroma tidak sedap samar-samar tercium… mengisi atmosfir pemukiman itu.
Aliran sungai turun terjal tepat di belakang perumahan itu, sehingga suara-suara gerojogan air….merusak keheningan di malam hari, dan menjadi suara latar riuh rendah anak-anak yang bermain dan suara dentingan alat-alat dapur ibu yang memasak di siang hari.
Ketika bercakap-cakap langsung dengan mereka satu persatu, baru tampak bahwa mereka yang tinggal disana bukan tipe kebanyakan orang yang kita jumpai setiap hari di sekeliling kita.
Nama-nama mereka pun banyak yang tidak asli dan aneh…
Genjik (anak babi),
Mentik,
Muntu (Uleg-uleg = alat untuk menggiling sambel),
Gareng,
Gondes,
Kampret,
Klowor,
Codot,
Sotil….
sampai ada satu nama yang menurutku sangat aneh Tri Da Ko Can.
Kalo nama perempuan relative normal
“Bu Katmi, setiap hari pekerjaannya apa bu?” tanya saya
“Ya mangkal di Manahan, ngamen” kata bu Katmi
Saya pernah menjumpai seorang remaja umur 16 – 17 tahun menggendong bayi dan ternyata itu adalah anaknya sendiri.
Wujud fisik apalagi, bentuk bentuk yang lazim. Saya baru tahu namanya tattoo letaknya di dahi.. ya ketika bertemu dengan mereka.. Tulisan tato di dahi pun juga tidak lazim “my ghost”. Jangan tanya masalah bau, jelas mereka itu bau. Sepertiga wanita adalah perokok. Masalah penyakit kulit sudah sangat lazim, gatal-gatal hampir dijumpai di setiap orang apalagi anak-anak. Kebiasaan minum minuman keras sudah menjadi ritual rutin harian… tetapi banyak pula yang sudah tobat tidak minum-minuman keras lagi.
Pak Jimin, yang jadi pak RT, adalah mantan peminum berat. Parkinsonisme atau orang jawa bilang buyuten.. tangan bergetar-getar adalah jejak yang tak dapat dihilangkan bahwa dia pernah menjadi peminum berat.
Kalau saya dan teman-teman PPAP (Pemberdayaan Perempuan dan Anak jalanan Perkotaan) SEROJA atau KAPAS (Keluarga Pengamen Surakarta) melakukan baksos, saya sangat berdisiplin tinggi dan memberikan pengawasan ekstra terhadap suntikan dan spuit. Saya tidak mau spuit itu disalahgunakan.
Di sektor-sektor lain daerah binaan SEROJA dan KAPAS seperti bantaran sungai, Nusukan.. daerahnya kumuh, banyak becek-becek bau, lalat bukan menjadi barang yang asing, anjing-anjing berseliweran di sana-sini.. ada salah seorang teman sejawat dokter, memang dia tipe orang yang selalu menjaga kebersihan, setiap pulang dari daerah seperti itu, semua yang menempel di tubuhnya segera masuk cucian…
Sekedar pengumuman SEROJA pernah dikunjungi oleh menteri pemberdayaan perempuan lho…ibu Meutia Hasan.