Di sebuah warung makan dekat kampus. Suasana sudah ramai. Hiruk-pikuk kehidupan sudah digelar. Warung makan itu terbagi dalam tiga wilayah. Wilayah pertama adalah wilayah makanan yang telah di saji, dilayani oleh seorang pelayan yang mengambilkan makanan yang tersaji dengan menarik dan dijamin pasti mengundang selera makan. Wilayah ke dua adalah wilayah meja dan kursi tempat pelanggan duduk dan menyantap makanan. Dan wilayah ketiga adalah wilayah dapur, tempat memasak makanan, mengolah bahan mentah menjadi bahan matang, tempat mencuci dan tempat meramu minuman yang dipesan pelanggan. Untuk wilayah ke dua, ternyata terbagi menjadi dua, menyesuaikan bentuk ruangan. Bagian pertama dekat dengan wilayah makanan. Wilayah ini menguntungkan pelanggan, kalo misalnya makanan kurang banyak bisa nambah lagi. Sedang bagian kedua dekat dengan dapur, malah berdampingan dengan dapur, hanya dibatasi oleh gorden dari bambu (atau kêré dalam bahasa jawa)
Namanya saja warung makan dekat kampus… jelas… pelanggannya banyak mahasiswa dan mahasiswi…
………………………………….
Serombongan mahasiswi, setelah mengambil makanan sesuai selera, bergerombol duduk bersama di meja makan yang mereka inginkan. Posisi mereka duduk, bersebelahan dengan dapur.
“Eh kamu tahu ga… kemarin si Ani kuliah penampilannya norak banget” kata Eni
“Norak?” tanya semua cewek satu geng itu
“Pakek topi merah, baju kuning dan bawahannya ijo…kayak traffic light” kata Eni dengan mimic yang sewot. Kayaknya dia ga suka banget dengan Ani.
“Wkakakkakka wikikikikikik”
“Eh kamu kok perhatian banget sih sama Ani?” tanya Endang
“Bukan begitu… penampilan norak
“Kok jadi tegang sih…. Eh kemarin dosen kita yang serieus banget. Ternyata kalo diperhatikan, dia itu kalo ngomong….serak-serak basah.” Kata Lina
“Serak-serak basah?” semua pada bengong.
“Iya.. ngomongnya serak-serak…tapi ludahnya juga ikut nyocros keluar… pas
Wakakakakakkakkak wikikikikkkikkikkikik
………………………………
“krompyang” bunyi panci kosong jatuh.
……………………………….
“Glooondaaaaang…glooondaaaaang…glooondaaaaang…” tiba-tiba Eni berteriak lantang.
“…..” semua pada tertegun tidak percaya
Wakakakakakkakka wikikikikikkikikkkikikikkk
Eni jadi merona malu…dan semua orang jadi tahu kalo dia menderita latah..
………………………………………………………………………….
Masih mending, Eni latahnya bilang “glooondaaang….glooondaaaang…glooondaaaang”, saya pernah menemui latahnya bilang jorok… kalo mau tahu si latah ini mengucapkan “penis” dalam bahasa jawa!
………………………………………………………………………….
Karena perilaku latah itu lucu, maka orang-orang di sekitarnya suka ngerjain… dibuat terkejut..dengan dibentak, dengan ditepuk keras agar kaget, atau berbicara dengan si latah semula nadanya datar…kemudian tiba-tiba keras…si latah terkejut…dan ACTION!!!
Lama-lama dengan berlalunya waktu… kita yang berada di sekelilingnya secara tanpa sadar memerlakukan keadaan “stigmatisasi” tersamar. Kita mempunyai ekspektasi terselubung terhadap orang-orang latah bahwa mereka sangat enak untuk kita kerjain. Bila demikian akan membuatnya tersiksa.
Orang latah yang bisa seperti mpok Atik hanya segelintir orang. Tidak semuanya bisa seperti itu. Karena tidak bisa dikomersialisasikan yang bisa mendatangkan fulus, maka mau ga mau harus disembuhkan, karena sangat mengganggu dan membuat letih bagi yang mempunyai kebiasaan latah ini.
Perlu latihan, hal utama yang harus dilakukan penderita adalah usaha penenangan diri ketika menghadapi suasana panic. Berusaha untuk tidak reaksioner. Perlu latihan relaksasi yang intens. Biasakan diri dengan memperbanyak dzikir dan mengatakan yang baik-baik agar reflex yang kaluar dari mulut ketika latah terpaksa keluar adalah ucapan-ucapan yang baik.