Tampilkan postingan dengan label Kesehatan THT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan THT. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Desember 2010

Polusi Suara Picu Ketulian Telinga Kita

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglvV_aoh1XmAMB7MTGzuVbYTUzqCEjMlf8EPVxDzTXoTZ2asRwZ_qrIaTFBNQGJi4dHSuEMBFLZxMHlZTf9t7aNT2oTBWfNW4xCy0l7XY2eQEYKto_HDm0EJPvr0c32eV1OW-UTur6Xww/s1600/pencemaran+suara.jpgPolusi suara hampir tidak mungkin dihindari. Tak hanya suara keras, kebisingan tingkat rendah secara terus menerus akan menurunkan kemampuan dengar. Istirahatkan telinga dari suara-suara bising sebelum budek datang.

Psikolog lingkungan Dr Arline Bronzaft mengatakan makin hari manusia semakin dibanjiri oleh suara-suara. Bukan hanya suara keras yang bisa membuat sakit pendengaran seseorang, tapi juga suara-suara biasa saja yang secara konstan terdengar oleh manusia sepanjang hari.

Dia mengatakan tingkat kebisingan rendah yang terus menerus (kronis) juga bisa menimbulkan masalah kesehatan bagi telinga.

"Dalam 30 tahun terakhir tingkat kebisingan telah meningkat tajam. Hal ini tidak saja mengganggu ketenteraman, tapi juga mempengaruhi kehidupan dan kesehatan sehari-hari," ujar Dr Bronzaft, seperti dikutip dari CBCNews, Rabu (28/4/2010).

Bronzaft menjelaskan ada banyak penelitian yang menunjukkan hubungan antara kebisingan tingkat rendah yang terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi kesehatan.

Kebisingan dalam skala rendah pun bisa memicu sakit kepala, mudah lelah, stres, insomnia, tekanan darah tinggi, masalah jantung dan pencernaan, gangguan sistem kekebalan tubuh, perilaku agresif dan masalah belajar anak-anak.

Suara apa yang merusak telinga?

Para ahli sepakat kebisingan terus menerus yang terjadi di atas 85 desibel akan merusak pendengaran seseorang. Semakin tinggi intensitasnya, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk merusak pendengaran.

Kehilangan pendengaran biasanya terjadi secara bertahap dan tanpa rasa sakit. Gejala mulai kehilangan pendengaran antara lain setelah mendengar suara keras, biasanya telinga akan berdengung atau kesulitan mendengar.

Hal ini disebut dengan ambang pergeseran sementara, setelah beberapa jam atau hari biasanya akan kembali normal. Tapi jika terjadi berulang-ulang, maka pergeseran sementara ini bisa berubah menjadi permanen.

Sebelum kehilangan pendengaran, ada beberapa tanda yang bisa menjadi peringatan dini. Tanda-tanda tersebut seperti dikutip dari CHCHearing.org adalah:

  1. Timbul suara berdengung (tinnitus) di telinga segera setelah terpapar kebisingan.
  2. Kesulitan untuk memahami pembicaraan. Seseorang bisa mendengar semua kata-kata yang diucapkan, tapi tidak dapat mengerti semuanya.
  3. Telinga seperti tertutup setelah terkena paparan suara.

Tidak ada kata terlambat untuk mencegah kehilangan pendengaran akibat suara-suara bising. Mulailah mengistirahatkan telingan dengan cara:

  1. Sebisa mungkin mengecilkan volume suara yang didengar atau dihasilkan.
  2. Menghindari atau mengurangi batas waktu berada dalam tempat yang bising seperti konser musik rock atau klub malam.
  3. Usahakan untuk menggunakan pelindung pendengaran jika harus berada di lingkungan yang bising.
  4. Menghentikan sementara penggunaan headphone.
  5. Menghindari penggunaan headphone untuk meredam suara bising di luar seperti kereta atau lalu lintas.
  6. Gunakanlah volume yang pintar 'smart volume' dalam menggunakan MP3 player.

Tutup telingamu selama 60 detik siang ini pukul 14.15 – 14.16 WIB adalah imbauan Masyarakat Bebas Bising dalam rangka memperingati Hari Sadar Bising Sedunia yang jatuh hari ini, Rabu 28 April.




source: detikhealth.com
blog editor: dr. wahyu triasmara

Kamis, 21 Oktober 2010

Efek Penggunaan Headset bagi Kesehatan Telinga Kita

http://www.techfresh.net/wp-content/uploads/2008/08/holeder-earphone-concept-2.jpgMungkin anda sering mendengarkan sebuah musik dengan menggunakan headset, earphone atau alat sejenisnya. Tapi pernahkah anda berfikir apa efek sampingnya? Riset membuktikan, 5-10 persen dari penggila musik di indonesia mendengarkan musik menggunakan headset lebih dari satu jam.

Hal itu membuat penggila musik di indonesia berpotensi mengalami gangguan pendengaran. Mungkin bila kita mendengarkan musik dengan headset kurang dari 15 menit saja dapat menimbulkan banyak kotoran telinga di telinga kita. Apa yang terjadi bila kita mendengarkan musik dgn headset lebih dari satu jam?  Tepat, yg terjadi adalah kita mengalami Tuli. Tuli yang pada umunya menyerang para pengguna headset adalah tuli konduktif. Tuli ini disebabkan kerusakan saraf dan bersifat permanen. 

Untuk menghindari hal itu, saya mempunyai beberapa tips dalam mendengar musik.

1. Aturlah volume mp3 playermu pada tingkat yg tidak terlalu tinggi. Di mp3 player seperti CREATIVE, kamu bisa mengaktifkan mode smart volume. Selain suara keluaran di headset tidak berisik, hasilnya juga lebih enak didengar.
2. Atur mp3 kamu mati secara otomatis setelah 15 menit atau 30 menit paling lama.
3. Gunakan headset yang biasa. Jangan menggunakan headset yg jenis IN EAR. IN EAR adalah sejenis headset yg digunakan dengan cara memasukannya ke dalam telinga namun lebih dalam dari pada headset. Sehingga serasa kita yg memainkan lagu tersebut. Harganya pun jauh lebih mahal. Bila terpaksa, gunakan IN EAR yang memiliki lubang udara jadi kelebihan suara tidak membebani telingamu. Bahkan IN EAR merek tertentu seperti sennheiser, memiliki fasilitas yang berfungsi agak kita bisa mendengarkan suara dari luar tanpa melepas head setnya. 4.Hindarilah pengunaannya pada saat kita berada di dalam pesawat terlebih lagi pada saat take off atau mendarat.
 
Mulailah mengurangi mendengarkan musik dengan menggunakan headset dari sekarang.



Source: berbagai sumber
blog editor: dr. wahyu triasmara