Banyak tulisan/artikel/buku mengenai pembuatan formularium dan pemeliharaannya. Secara sederhana dapat diringkaskan sebagai berikut:
1. Kenali penyakit yang tersering/terbanyak serta antisipasi ke depan.
2. Pilih obat yang efektif, efisien, aman dengan bukti ilmiahnya (evidence based), dokter/profesi/komite medik berperan besar disini.
3. Mutu obat tertinggi, cari pabrik obat yang telah mendapat sertifikasi USFDA, TGA, EC, tanyakan ke pabriknya sertifikat itu untuk obat apa (solid, semisolid, cairan, injeksi betalaktam, injeksi non betalaktam, injeksi sefalosprorin, non spefalopsorin, non betalaktam non sefalosporin, atau untuk apa), kapan terakhir diinspeksi, apa catatan perbaikannya. Bila tidak punya bolehlah CPOB Indonesia, ini juga ajukan pertanyaan yang sama.
4. Adu murah (rock-bottom price), pilih 2-3 perusahaan yang harganya memper2 agar distribusi dan ketersediaan terjamin.
5. Sosialisasikan lebih bagus lagi kunci dengan software.
Tidak akan ada lagi kongkalikong dengan dokter, nah saatnya menaikkan gaji dokter. Dokter mendapat imbalan jasa dari profesinya bukan dari komisi pabrik obat. Kalau sekarang dokter Rp 90.000 obatnya Rp 500.000 nanti dokternya Rp 300.000 obatnya Rp 50.000. Sejahtera dokter, senang pasien/pemerintah/asuransi, gembira pabrik obat yang tidak kongkalikong karena volume penjualannya banyak, tidak tebus obat 1/2 lagi.