Senin, 31 Oktober 2011

EKG & Vscan, bisa dengan cicilan


Materi Blok 11 Respirasi

Week 1
31.10.2011
Kuliah Anatomi download
Kuliah Histologi download

01.11.2011
Asistensi Anatomi mbak nuri, mas taufiqo, mbak annisa, pembagian kelompok
Kuliah Fisiologi download

Week 2
09.11.2011
Kuliah Kegawatdaruratan download
Kuliah Non TB file 2009 download
Kuliah TB download

11.11.2011
Kuliah Onkologi download
Kuliah Asma download

Week 3
18.11.2011
Kuliah OAT
download

20.11.2011
Kuliah PPOK download

Minggu, 30 Oktober 2011

Mandilah sebelum berenang



Membilas tubuh seusai berenang menjadi hal yang wajib dilakukan banyak orang. Namun tak banyak orang yang merasa penting untuk mandi sebelum menceburkan diri ke kolam. Padahal, mandi sebelum berenang bisa mencegah infeksi yang timbul dari air kolam. Penyakit akibat air kolam renang (recreational water illnesses/RWI) menyebar akibat menelan atau bernapas di dalam air yang terkontaminasi, terutama dari kolam renang umum.

Penyakit ini diperkirakan diderita oleh lebih dari 10.000 orang di Amerika setiap tahunnya. Para peneliti dari University of Michigan menyebutkan, mandi sebelum berenang bisa menjadi cara untuk mencegah infeksi akibat air kolam. Membilas tubuh dengan air sebelum kontak dengan air kolam bisa mengurangi bahan-bahan kimia yang masih menempel di kulit.

Penelitian yang dilakukan oleh tim dari University of Illinois tahun 2010 menemukan, produk yang mengandung nitrogen yang dipakai oleh para perenang, misalnya tabir surya atau kosmetik, akan menjadi agen yang bersifat toksik saat bercampur dengan disinfektan di kolam renang. Paparan disinfektan dalam jangka panjang akan menyebabkan mutasi genetik dalam tubuh sehingga bisa menyebabkan kecacatan pada janin, mempercepat proses penuaan, gangguan pernapasan, bahkan kanker.

Meskipun klorin sudah cukup membunuh sebagian besar bakteri penyebab RWI dalam satu jam, tetapi parasit penyebab kram perut, diare, dan mual-mual bisa bertahan hidup di kolam renang selama beberapa hari meski airnya sudah mengandung disinfektan. Salah satu cara untuk mencegah penyebaran RWI adalah mencegah parasit masuk ke kolam renang. Karena itu, para ahli merekomendasikan agar anak-anak mandi dengan sabun sebelum berenang.

Jumat, 28 Oktober 2011

Anak Doyan Makan Bisa Jadi Gejala Diabetes


diabetes

Orangtua mana yang tak senang, melihat anaknya doyan mengonsumsi makanan. Apalagi, jika si kecil yang awalnya susah sekali makan menjadi tertarik untuk makan banyak. Jika kondisi ini tiba-tiba terjadi pada si buah hati, sebagai orangtua, Anda perlu waspada. Bisa jadi, ini merupakan salah satu gejala anak mengidap diabetes melitus tipe 1 (DM1).

Penyakit DM1 saat ini bukan hanya populer diderita oleh kalangan orang dewasa. Anak-anak mulai dari usia 7-12 tahun kini juga banyak yang terdeteksi menderita diabetes. Penyebabnya bukanlah dari faktor genetik, kasus DM1 yang banyak diderita anak-anak merupakan penyakit autoimun. Hanya 10 persen DM1 yang terjaid pada anak karena faktor genetik.

“Gejalanya bukan hanya banyak makan. Jika anak memiliki gejala lainnya seperti banyak minum, sering buang air kecil dan berat badan terus turun, Anda perlu waspada dan jangan tunda melakukan cek kadar gula darah anak,” kata dokter spesialis anak, dr. Erwin P. Soenggoro, SpA (K) dalam Seminar Media tentang Diabetes Melitus di Hotel Akmani, Jakarta.

Menurut Erwin, DM1 yang terjadi pada anak-anak merupakan salah satu penyakit kronis yang perlu penanganan khusus karena dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan data yang terkumpul di Unit Kerja (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sampai 13 Oktober 2011, ada sebanyak 709 anak penyandang DM tipe 1. Dengan rincian, 417 anak perempuan dan 282 anak laki-laki, serta 10 laporan kasus tanpa data lengkap. Jika dibandingkan dengan data pada Mei 2009, yaitu 156 penyandang dengan 86 perempuan dan 70 anak laki-laki, data ini menunjukkan peningkatan jumlah penyandang sebesar 553 dalam kurun waktu dua tahun.

Faktor resiko diabetes pada anak sangat banyak. Bisa dipengaruhi karena faktor lingkungan, kekurangan vitamin D, infeksi virus, pola hidup tak sehat termasuk pola makan yang buruk dan faktor kebersihan yang terabaikan. DM1 yang menyerang anak-anak adalah kelainan sistemik yang terjadi akibat gangguan metabolisme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini terjadi siakibatkan oleh kerusakan sel penghasil insulin di kelenjar pankreas sehingga insulin berkurang bahkan terhenti. Seperti diketahui, hormon insulin sangat bermanfaat menjaga keseimbangan gula dalam tubuh.

“Kerusakan pankreas bisa terjadi akibat sel-sel pertahanan tubuh yang bereaksi berlebih, sehingga akhirnya merusak pankreas,” katanya.

Jika anak sudah terlanjur menderita DM1, pengelolaan penyakit ini perlu dilakukan melalui satu sistemn komprehensif yang meliputi pemeberian insulin, pengaturan makan, olahraga, pemantauan rutin dan edukasi. Walau DM1 sampai saat ini belum dapat disembuhkan, namun, kualitas penyandangnya dapat dipertahankan secara optimal, yakni tetap dengan kontrol yang baik.

“Untuk itu, waspadai gejalanya pada anak”.


Pelatihan ANCCS (Advenced Neuro Criticall Case Support)

ANCCS (Advanced NEURO Criticall Care Support)

Waktu * : Periode I 28 – 29 Januari 2012

Periode II 25 – 26 Februari 2012.

Tempat : HOTEL SOFYAN BETAWI, Jl. Cut Mutia No.9, Jakarta Pusat

Fasilitas :

Pelatihan ANCCS selama 2 hari (Hari Sabtu – Minggu).

Buku Panduan ANCCS

Sertifikat ANLS (Akreditasi dari IDI).

Konsumsi (1x Lunch + 2x Coffee Break) / hari.

Biaya * : Rp. 2.500.000 / Peserta

Pendaftaran via SMS :

Ketik : ANCCS # Tgl Pelatihan # Nama Lengkap # No.Handphone,

Kirim ke 08788 9699 789

Contoh : ANCCS # 28 – 29 Januari 2012 # Mia Afiyani # 08788 9699 789

Info dan Registrasi, dpt m'hub 08788 9699 789

Email : kursuskedokteran@gmail.com

Facebook : kursuskedokteran@gmail.com

( Pelatihan ANLS ini hanya dapat diikuti oleh Dokter Spesialis Saraf & Residen PPDS Saraf )

Ket (*) : Jadwal & Biaya dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya

Pelatihan Konseling Menyusui Modul 40 jam WHO & UNICEF



TS  yang terhormat,

Kami mengundang TS untuk mengikuti Pelatihan Konseling Menyusui Modul 40 Jam WHO & UNICEF tahun 2012 - 2013. Berikut kami informasikan jadwal  Pelatihan Konseling Menyusui Modul 40 Jam WHO & UNICEF tahun 2012 - 2013.
Pelatihan Konseling Menyusui Modul 40 Jam WHO & UNICEF

Waktu* :     Periode I      12 – 16  Maret 2012 (Fully Booked)
                   Periode II     4 – 8 Juni 2012 (Fully Booked)
                   Periode III    24 – 28 September 2012 (Fully Booked)
                   Periode IV    8 – 12 Oktober 2012 (Fully Booked)
                   Periode V     3 – 7 Desember 2012 (Fully Booked)
                   Periode VI    14 – 18 Januari 2013 (Fully Booked)
                   Periode VII   18 – 22 Februari 2013
                   Periode VIII   18 – 22 Maret 2013
Kelas Weekend : 9,10, 15, 16, 17 Februari 2013


Tempat  :    RSIA BUNDA MENTENG, Jl. Teuku Cik Ditiro No.28
                           Gondangdia – Menteng, Jakarta Pusat  10350

Fasilitas  :   
        Pelatihan  Konseling Menyusui selama 5 hari (Hari Senin – Jumat).
·                     Tas Konselor.
        Buku Panduan.
·                     CD. 
·                     Photo bersama 3R.
        Sertifikat
Sertifikat terakreditasi IDI..
        Konsumsi (1x Lunch + 2x Coffee Break) / hari.

Biaya * :               Rp. 3.300.000 / Peserta  
                              

Pendaftaran via SMS :
Ketik KONSELOR LAKTASI # Tgl Pelatihan # Nama Lengkap # No.Handphone,
Kirim ke 08788 9699 789
Contoh : KONSELOR LAKTASI # 3 - 7Desember 2012 # Mia Afiyani # 08788 9699 789

Info dan Registrasi, dpt m'hub 08788 9699 789
Email           : kursuskedokteran@gmail.com
Facebook     : kursuskedokteran@gmail.com
Blog             : seminarkedokteran.blogspot.com
         
( Pelatihan Konseling Menyusui ini dapat diikuti oleh dokter umum, dokter spesialis kesehatan anak, dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis gizi masyarakat, dokter keluarga, bidan, perawat anak, ahli gizi, dll )
Ket (*) : Jadwal & Biaya dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya




Supported by SELASI (Sentra Laktasi Indonesia)

Kamis, 27 Oktober 2011

Tumor Wilms, yang Menyerang Ginjal Anak-Anak

img

Tumor Wilms adalah kanker ginjal langka yang sering menyerang anak-anak. Dikenal juga sebagai nephroblastoma, tumor ganas yang paling umum menyerang ginjal anak-anak. Waktu puncak terjadinya tumor Wilms adalah sekitar usia 3 sampai 4 tahun dan jarang terjadi setelah usia 6 tahun. Meskipun dapat menyerang kedua ginjal, penyakit ini cenderung hanya mempengaruhi satu ginjal.

Tumor Wilms diyakini berkembang dari sel-sel ginjal yang belum matang. Teknik pencitraan dapat membantu dokter untuk menentukan sejauh mana kanker dalam tumor Wilms dan rencana pengobatannya. Kemungkinan kesembuhan pada anak dengan tumor Wilms sangat besar.

Gejala

Tumor Wilms mungkin tidak terdeteksi sejak awal karena dapat tumbuh besar tanpa menimbulkan rasa sakit. Ketika besar, umumnya tumor ini berhasil diketahui sebelum memiliki kesempatan untuk menyebar (metastasize) ke bagian tubuh lainnya.
Anak-anak yang terserang dapat memiliki gejala:
1. Perut bengkak
2. Terdapat suatu gumpalan dalam perut yang dapat dirasakan
3. Demam
4. Darah dalam urin
5. Nafsu makan berkurang
6. Tekanan darah tinggi
7. Sembelit
8. Nyeri Perut
9. Mual

Penyebab

Penyebab pastinya masih belum diketahui. Namun diyakini bahwa kanker ini timbul ketika anak masih berkembang dalam rahim dan beberapa sel-sel yang seharusnya membentuk ginjal gagal berkembang dengan baik. Sebaliknya, sel-sel itu berkembang biak dengan cara primitif, menjadi tumor yang nampak semakin jelas ketika anak berusia sekitar 3 atau 4 tahun.

Beberapa kanker (termasuk tumor) terjadi akibat mutasi pada gen yang mengontrol pertumbuhan sehingga membiarkan sel berkembang biak tanpa terkendali. Dalam beberapa kasus, kanker ini disebabkan oleh cacat genetik yang diturunkan dari orangtua ke anak.

Perawatan dan obat-obatan

Pengobatan standar untuk tumor Wilms adalah operasi dan kemoterapi. Hasil pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menentukan apakah terapi radiasi juga diperlukan.Karena jenis kanker ini jarang terjadi, dokter mungkin menyarankan orang tua mencari perawatan di pusat kanker anak-anak yang memiliki pengalaman mengobati kanker.

Operasi

Operasi pengangkatan jaringan ginjal disebut nephrectomy. Berbagai jenis nephrectomy meliputi:
1. Nephrectomy sederhana.
Dalam operasi ini, ahli bedah mengangkat ginjal yang terserang. Ginjal yang tersisa dapat meningkatkan kapasitas dan mengambil alih seluruh tugas penyaringan darah.

2. Nephrectomy partial.
Pengangkatan tumor dan sebagian jaringan ginjal. Ini biasanya dilakukan ketika ginjal yang lain rusak atau sudah tidak ada.

3. Nephrectomy radikal.
Dokter mengambil ginjal dan jaringan sekitarnya, termasuk ureter dan kelenjar adrenal. Kelenjar getah bening di sekitarnya juga dapat diangkat..

Pada pembedahan, dokter anak memeriksa kedua ginjal dan rongga perut untuk membuktikan keberadaan kanker. Sampel ginjal, kelenjar getah bening dan setiap jaringan yang terlihat abnormal diangkat dan diperiksa dengan mikroskop untuk mengidentifikasi sel-sel kanker.

Jika kedua ginjal perlu diangkat, anak akan membutuhkan dialisis sampai ia cukup sehat untuk transplantasi. Dokter yang mengkhususkan diri dalam patologi akan memeriksa sel-sel tumor di bawah mikroskop dan mencari ciri khas yang menunjukkan apakah kanker tersebur agresif atau rentan terhadap kemoterapi.

Kemoterapi

Kemoterapi menggunakan obat untuk membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh. Perawatan ini menyebabkan pembelahan sel dengan cepat sehingga sel normal yang terkena berganti dengan cepat, begitu pula sel-sel kanker. Akibatnya, obat ini dapat memiliki efek samping mual, muntah, kehilangan nafsu makan, rambut rontok dan jumlah sel darah putih yang rendah. Kebanyakan efek samping akan membaik setelah obat dihentikan dan berkurang selama terapi.

Pada dosis tinggi, kemoterapi dapat menghancurkan sel-sel sumsum tulang. Jika seorang anak akan menjalani kemoterapi dosis tinggi, dokter anak mungkin memberitahu bahwa sel-sel sumsum dibuang dahulu. Setelah kemoterapi, sumsum akan dikembalikan melalui jalur intravena, prosedur ini disebut autologous bone marrow reinfusion.

Terapi radiasi

Terapi radiasi menggunakan sinar-X atau sumber sinar berenergi tinggi lainnya untuk membunuh sel kanker. Kemungkinan efek sampingnya antara lain; mual, kelelahan dan iritasi kulit. Diare dapat terjadi setelah radiasi ke perut .

Pengobatan bertahap
1. Kanker Tahap I atau II
Jika kanker terbatas pada ginjal atau struktur di dekatnya dan jenis sel tumornya tidak agresif, anak akan menjalani pengangkatan jaringan ginjal dan beberapa kelenjar getah bening di dekat ginjal yang terkena. Setelah itu diikuti dengan kemoterapi. Beberapa kanker stadium II juga diobati dengan radiasi.

2. Kanker Tahap III atau IV
Jika kanker telah menyebar di dalam perut dan tidak dapat sepenuhnya dihapus tanpa membahayakan struktur seperti pembuluh darah utama, radiasi akan ditambahkan untuk operasi dan kemoterapi. Anak mungkin menjalani kemoterapi sebelum operasi untuk mengecilkan tumor.

3. Kanker Tahap V
Jika sel-sel tumor ada di kedua ginjal, bagian kanker dari kedua ginjal akan diangkat selama operasi dan kelenjar getah bening diambil untuk dilihat apakah mengandung sel-sel tumor. Kemoterapi diberikan untuk mengecilkan tumor yang tersisa. Pembedahan diulangi untuk mengangkat tumor sebanyak mungkin dan jaringan ginjal yang masih berfungsi dipertahankan. Kemoterapi dan terapi radiasi dapat diberikan selanjutnya.

Sumber: MayoClinic
Lihat yg lebih 'menarik' di sini !