Senin, 30 April 2007

Ga Asuransi Kesehatan = Ga Pakek CD

Sewaktu saya masih SD di desa saya, trend orang desa waktu itu terutama yang cowok walopun dewasa… maaf tidak memakai CD = Celana Dalam.

Karena mereka beranggapan buat apa pakek CD, nambah biaya… dan tidak ada gunanya….. hingga suatu ketika …


Saya mencari Edy teman saya…
“Edy di masjid tadi” jawab ortu Edy
“Iya bu … saya cari kesana saja” jawab saya


Betapa terkejutnya dengan yang saya lihat…...
Seorang pemuda, sekitar 25 tahun. Tidur dengan bersarung, tidak memakai celana dalam. Tersingkap sarungnya. Dan apa yang pembaca bayangkan?


Yah, titit itu terlihat. Tampaknya sudah lama dalam keadaan terbuka.
Yang membuat saya berkesimpulan seperti itu adalah, karena corona penis-nya (leher penis) terikat dua utas benang, satu benang ditarik-tarik oleh teman mainnya Edi dari kejauhan. Seutas lainnya dihubungkan dengan seekor belalang. Belalang itu melompat-lompat tetapi tidak bisa lepas, karena terikat benang yang pangkalnya terikat di corona penis.


Segera saya lari menjauh dari orang itu. Pasti kalau bangun akan marah, memukul atau melempar batu pada orang-orang yang ngerjainnya.


Orang itu bangun, marah dan malu. Segera ia mengambil batu bata di émpéran masjid. Tetapi kemudian ia baru menyadari, perbuatannya itu sia-sia. Anak-anak teman mainnya Edi keburu lari tunggang langgang.
Yang tidak bisa dibayangkan adalah saat orang itu melepas ikatan benang. Mana yang didahulukan, melepas ikatan di corona penis atau belalangnya yang geraknya aktif meloncat-loncat? Pasti sangat kesulitan..


Dasar anak-anak… kreativitas yang salah tempat dan penyalurannya….


Hubungannya dengan asuransi kesehatan?

Di zaman sak iki (bahasa Jawa artinya sekarang..tetapi juga bisa berarti saku baju ini… jadi ngomong jaman sak iki sambil tangan mengangkat saku baju atas..dan mata tertuju pada saku baju itu) maksudnya zaman yang semuanya serba butuh uang, asuransi kesehatan adalah sebuah kebutuhan dasar.
Memang kita membayar premi…tapi kita tidak pasti kapan akan menggunakan… seolah-olah cuman membuang uang. Tetapi asuransi kesehatan sangat penting…istilahnya untuk jaga-jaga… kalo sakit dan butuh biaya banyak tidak usah pyusiiiiiiing… mikirin biaya… kalo ada keputusan medis yang menyangkut biaya besar… perusahaan asuransi yang nanggung… dan juga mengontrol tindakan dokter ekonomis ato tidak… kalo boros.. untuk selanjutnya dokter tersebut tidak “dikasih pasien” oleh perusahaan asuransi… sehingga yang ngawasin dokter adalah sebuah institusi… lebih kuat dalam memberikan peringatan bahkan sanksi sekalipun…


Nah… sudah jelas kan orang yang ga punya asuransi kesehatan sama kasusnya dengan orang ga pakek CD seperti di atas…
jadi ga ada yang melindungi…
dari tali-tali yang “menjerat dan mempermainkan”….

Kamis, 26 April 2007

“Gempa” berskala liter

Seorang bapak-bapak, umur 40-an tahun… berjalan sempoyongan… berjalan di atas jalan yang mendaki. Sebenarnya tidak terjal amat, kemiringan jalan cuman 15 – 20 derajat.

Berkali-kali terjatuh di titik yang sama… berdiri, berjalan terjatuh…. Lagi-lagi di titik yang sama….

Namun, sayangnya di titik itu ada jemuran dari aluminium.. yang menempel di pagar rumah yang mepet sekali dengan jalan. Akibatnya ……………

Krompyaaaang……

………………………..

Mencoba berdiri…mencoba jalan… dan… jatuh…

……………………..

Krompyaaaang……….

………………………..

Mencoba berdiri…mencoba jalan… dan… jatuh…

……………………..

Krompyang…..

………………………..

Mencoba berdiri…mencoba jalan… dan… jatuh…

……………………..

kalo "gempa" udah jadi budaya

--> butuh traffic light di atas

Akhirnya berhasil jalan, setelah yang punya rumah keluar… dan membimbingnya berjalan naik… walopun masih menyangkal..

“Jangan dibantu… aku masih bisa jalan kok” kata orang yang sempoyongan tadi..

“Ya masih kuat… tapi biar jalannya terarah memang harus dibantu” kata pemilik rumah yang berusaha menghindari kata-kata konfrontasi….

Itulah yang terjadi hampir setiap hari di atas jam 21.00 WIB ketika saya masih mahasiswa dulu….. sebagai gambaran kecil dari sebagian besar perilaku…..

para pemuda dan bapak-bapaknya sering mengalami “gempa”.

Kalau gempa yang membuat kerusakan dahsyat berskala Richter, tetapi “gempa” di kampung dekat kos saya ini hampir setiap hari terjadi dan berskala liter. Artinya setelah menenggak ciu1 beberapa mili liter hingga berliter-liter, baru terjadi “gempa” setempat.

“Gempa” setempat ini akan meluas manakala ada orang kampung yang sedang punya hajat. Mulai kelahiran bayi, khitan, dan manténan (pesta pengantin). Bahkan kematian pun juga diiringi pesta “gempa”.

Anehnya setelah berdirinya masjid Sabililah dekat dengan kos saya, peristiwa “gempa” itu turun drastis.

Walaupun ada satu dua orang yang masih bersolo karier melakukan ritual rutin membangkitkan “gempa” setiap malam.

Kesimpulan

Perilaku buruk dan sudah menjadi budaya massal…tidak bisa dihilangkan begitu saja …tetapi hanya bisa ditekan hingga titik yang minimal

1 Minuman beralkohol tinggi produksi tradisional produksi Bekonang Sukoharjo

Rabu, 25 April 2007

Hobby yang lain

Oh iya aku punya hobby yang lain yaitu memelihara kelinci. Dulu emang suka kucing tetapi karna takut Toxoplasma jadi aku pelihara kelinci deh...aman abiis dari toxoplasma. Kelinciku ada 4 jenis yaitu anggora, american fuzzy, lion head2 ekor (kembar). Eh ternyata kelinci itu hewan yang pintar lho kalau kita bisa merawatnya dengan baik-baik he he.
Oh iya aku sekarang lagi sibuk "memerangi" Osteoporosis dan Polio di area Jawa Timur soo wish me luck

Salam Kenal

Assalamualaikum
Halo nama saya Kobal Sangaji. He he kalian boleh memanggilku Kobal.
Saya adalah seorang dokter yang di izinkan Allah untuk menjadi Spesialis Rehabilitasi Medik. Tahu nggak Rehabilitasi Medik itu apa??? Pengen tahu? MAU? Ayo gabung aja.GAk bayar kok gratis
Hobby saya Fotografi, Sport, oprek-oprek komputer (kadang gak bisa balikin). Salam kenal. Domisili saya di Surabaya. Ok segitu aja deh..............

Sabtu, 21 April 2007

Siapa yang kentut?

Teman-teman menyebutnya Simbah, karena seluruh rambutnya hampir memutih, padahal usianya baru dua puluh tahun.

Dia pernah bilang

penyebab rambut putihnya adalah ketika mencukur rambutnya di tukang potong rambut madura, oleh si pencukur ditaburi bedak putih, setelah memotong rambutnya. Karena peristiwa itu terjadi berulang-ulang maka jadi putihlah rambutnya.

Walaupun sebenarnya semua pelanggan di tukang potong rambut madura juga ditaburi bedak putih. Mengapa terjadi perbedaan hasil, yang lain tetap hitam rambutnya termasuk diriku, sedangkan Simbah rambutnya berubah banyak putih itulah yang tidak habis ia mengerti.

“Ayo mbah… kentut!”

“tut..tut …préét”

“lagi mbah!”

“tut..tut…préét”

“lagi..!”

“tut…préét”

“sekali lagi!”

“tut..préét”

Saya tidak tahu, gerangan apakah yang menyebabkan dia bisa sangat produktif seperti itu. Kayaknya tidak ada dalam pembahasan di textbook ilmu kedokteran yang selama ini aku pelajari. Untungnya Simbah itu laki-laki, ada lho teman dari temanku kos setiap ketawa pasti terkentut-kentut dan dia adalah seorang wanita. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasa malunya.

………………………………………………

Sore itu mereka berlima naik angkot, kebetulan dari jauh memandang ada gadis cantik yang dari gelagatnya juga akan naik angkot tersebut. Entah apa yang terjadi, mereka berlima tiba-tiba berêmbug, bergerombol sejenak seperti layaknya time out tim bola basket, sebelum bersama-sama naik angkot.

Setelah angkot berjalan beberapa lama, tiba-tiba

“tut..tut..preet” terdengar suara kentut.

Seluruh penumpang saling pandang.

Tetapi beberapa saat kemudian mereka berlima secara serempak memandangi gadis cantik tadi.

Tanpa ada instruksi dari siapa-siapa, seluruh penumpang yang berada di angkot itu, ikut-ikutan memandangi gadis itu dengan warna wajah yang penuh kecurigaan dan penghinaan. Terbesit dalam pikiran orang yang naik angkot itu beraneka macam dugaan dan prasangka, walaupun tidak terekspresikan

“Gadis cantik kok tidak punya sopan santun”

“Gadis cantik kok tidak waras”

“Gadis cantik kok tidak tahu diri”

begitulah kira-kira ungkapan dalam hati semua penumpang dan awak angkot kalo dikalimatkan.

Kontan gadis cantik itu memerah mukanya, dan karena tidak tahan dengan tatapan-tatapan mata liar yang memandangi, ia segera memutuskan turun, walaupun belum sampai ke tempat tujuannya.

Sungguh malang nian nasib gadis cantik itu. Anak-anak itu sungguh keterlaluan kalau ngerjain orang.

Permasalahannya mencari siapa yang “kentut”?

Permasalahan kesehatan yang telah mewabah seperti sekarang ini, yang terutama nyata sekali adalah kampanye merokok.

Dokter ato orang-orang yang peduli dengan masalah merokok saat ini posisinya sama persis seperti gadis yang terusir dari angkot. Terusir secara fisik sih tidak, hanya terusir secara psikologi sosial aja.

Orang yang tukang kampanye antirokok itu jadi jadul banget. Dia “terfitnah” oleh mata-mata “media” liar yang membawa mata-mata yang lain ikut menjadi “liar” karena terbawa arus utama “media” liar. Teman-teman simbah yang yang membuat mata-mata penumpang lain itu ibaratnya seperti media yang mengarahkan penontonnya ikut terbawa arus permainannya sehingga “mata-mata” liar memelototi orang-orang yang mengampanyekan anti merokok.

Jadi siapa yang “kentut” tukang kampanye rokok atau tukang kampanye antimerokok?

Jumat, 20 April 2007

penyakit eksim - CARA GAMPANG MERAWAT KULIT BAYI DAN BALITA

Berbagai gangguan kulit pada bayi dan balita seperti biang keringat, eksim popok, dan eksim susu sebenarnya bisa diatasi bila orang tua rajin menjaga kesehatan kulit. Caranya dengan rajin mengganti popok, memilih bahan pakaian yang lembut, serta menjaga udara kamar agar tetap sejuk dan nyaman.

Berbeda dengan kulit dewasa yang tebal dan mantap, kulit bayi dan balita relatif tipis dengan ikatan antarsel yang longgar. Karena itu kulit anak lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi. Secara struktural kulit bayi dan balita belum berkembang dan berfungsi optimal sehingga diperlukan perawatan khusus.

Perawatan yang lebih menekankan pada pemeliharaan kulit ketimbang dekorasi ini diharapkan bisa meningkatkan fungsi utama kulit sebagai pelindung dari pengaruh luar tubuh.

Perawatan kulit bayi dan balita bisa dimulai dari kegiatan sehari-hari. Misalnya dengan memandikan secara teratur, membersihkan rambut, dan mengganti popok atau baju pada saat tepat. Mandi misalnya, diwajibkan dua kali sehari, pagi dan sore. Dalam memandikan, perhatikan hal-hal berikut: suhu air disesuaikan dengan umur anak, gunakan sabun bayi yang lunak, gunakan sampo bayi untuk membersihkan rambut, keringkan badan dengan handuk sendiri sampai lipatan kulit, dan berikan bedak dengan sapuan tipis.

Soal pakaian bayi sebaiknya dari bahan lembut dan selalu bersih. Dengan memperhatikan pakaian yang digunakan berarti kita telah berupaya menghindari timbulnya gangguan. Pada sebagian anak penggunaan pakaian berbahan nilon atau wol bisa menimbulkan gatal-gatal di seluruh tubuh. Bahan katun yang gampang menyerap keringat haruslah menjadi pilihan pertama bagi anak berkulit peka.

Pemeliharaan kulit itu bisa dilakukan dengan menggunakan bermacam kosmetika bayi yang beredar saat ini. Sebagian berfungsi untuk membersihkan kulit misalnya sabun dan sampo; melembapkan dan pelindung terhadap sinar matahari seperti losion, krim, dan minyak khusus.

Penggunaan kosmetika berupa sabun, sampo, losion, minyak khusus untuk bayi perlu dipilih yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi kulit bayi. Misalnya dengan mencermati zat warna dan bahan-bahan pengawet yang mungkin saja tidak sesuai dengan kulit bayi. Juga apakah pH-nya sesuai dengan kulit bayi.

Memilih dan menggunakan kosmetika pada bayi dan balita secara benar dan tidak berlebihan merupakan langkah utama menjaga kesehatan kulit. Oleh karena itu, banyaknya informasi tentang produk kosmetika bayi dan balita dewasa ini harus lebih dicermati oleh orang tua.

Eksim popok

Selain perawatan kulit rutin, para orang tua perlu memperhatikan perawatan kulit yang berhubungan dengan beberapa penyakit kulit tertentu. Misalnya saja eksim popok, yaitu kelainan kulit yang timbul akibat radang di daerah tertutup popok. Penyakit kulit pada bayi dan balita ini banyak dikeluhkan orang tua.

Penyakit ini umumnya timbul pada lipatan-lipatan kulit paha, di antara kedua pantat, dan dapat menimpa di bagian kulit lain. Bagian tertutup popok mudah mengalami peradangan karena kulitnya hangat dan lembap serta peka terhadap bakteri serta senyawa yang dapat mengiritasinya.

Eksim popok dapat dicegah dengan cara mengganti popok sesering mungkin setiap kali popok basah. Sebaiknya kain popok terbuat dari bahan lembut dan cara pemakaiannya tidak terlalu ketat agar kulit tidak tergesek. Penggunaan celana plastik sedapat mungkin dihindari.

Eksim popok juga bisa muncul karena adanya zat-zat tajam, yang biasa ada dalam faeces bayi, yang menimbulkan peradangan di sekitar anus. Bercak begini umumnya terjadi bila si bayi diare. Penanggulangannya bisa dilakukan dengan mengganti popok setiap kali terasa basah. Usap semua bekas faeces dari badannya, balur dengan krim pelindung. Periksakan ke dokter bila bercaknya belum hilang dalam 10 hari.

Popok yang basah bisa pula menimbulkan bercak yang tidak berpusat di sekitar anus. Ini terjadi karena reaksi antara zat di dalam ompol dengan zat di faeces dan menghasilkan amonia yang merangsang kulit bayi. Penanggulangannya bisa dengan mengganti popok sesering mungkin. Sebelum pemakaian popok usapkan krim pelindung kulit. Bila dalam 10 hari belum ada kemajuan, atau malah makin memburuk, ada kemungkinan kulitnya sudah terinfeksi candida - jamur yang biasa muncul di usus. Dalam hal itu periksakan ke dokter, yang mungkin memberi krim khusus dan juga obat khusus untuk melawan infeksinya.

Soal pilihan penggunaan popok kain atau popok sekali pakai tak jadi soal. Dari segi kesehatan keduanya sama-sama sehat. Yang penting jangan sampai terlambat mengganti. Untuk popok kain tentu harus segera diganti bila terlihat basah. Tetapi untuk popok sekali pakai frekuensi penggantiannya didasarkan atas daya tampungnya. Misalnya dengan melihat apakah popok sekali pakai itu sudah tampak menggelembung atau menggantung. Jika sudah, maka harus segera diganti. Setiap kali akan mengganti popok, bagian pantat bayi dan sekitarnya harus dibasahi. Kemudian bagian tadi dikeringkan, baru diberi bedak.

Sering dianjurkan pemakaian baby oil pada bagian ini, untuk menjaga air seni tidak mudah meresap ke dalam kulit. Tentu saja baby oil ini harus diteteskan lebih dulu pada segumpal kapas.

Pada bayi perempuan, membersihkannya harus dari bagian atas ke arah anus, dengan menggunakan kapas basah. Sedangkan pada bayi laki-laki, dengan menarik kulup perlahan-lahan sehingga lubang kencingnya tampak, baru kemudian dibersihkan dengan kapas basah.

Keluhan gangguan kulit lain pada anak yang banyak ditemui adalah dermatitis atopik (eksim susu). Penting dicatat pula, bahwa dari berbagai penelitian terbukti bukan air susu ibu (ASI) penyebabnya. Bahkan, ASI sendiri mengandung zat pelindung tubuh terhadap alergi dan infeksi. Namun, nama eksim susu telah telanjur melekat sehingga tetap dipertahankan. Sementara istilah kedokterannya adalah dermatitis atopik (eksim di tempat yang tidak biasanya).

Penyakit eksim susu biasanya sangat gatal. Tampak dari seringnya bayi menggaruk, gelisah, serta rewel. Kulit terlihat kemerahan dan terdapat gelembung-gelembung kecil berisi cairan jernih. Bila pecah akan tampak basah kemudian mengering dan menjadi koreng kekuningan atau kehitaman. Eksim ini terdapat pada kulit daerah tertentu sesuai dengan usia anak. Misalnya pada bayi banyak ditemukan di daerah pipi, sedangkan pada anak di daerah lekukan lengan dan kedua lekukan lutut. Di luar daerah tersebut kulitnya kering dan bersisik.

Penyebab penyakit ini sangat kompleks, dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam tubuh, yaitu faktor keturunan, maupun lingkungan, misalnya debu, udara panas, dan kelembapan. Karena itu perawatan kulit yang paling penting adalah mencegah kulit agar jangan kering.

Biang keringat

Biang keringat juga merupakan keluhan umum yang sering ditemukan pada bayi dan balita. Biang keringat atau sering disebut juga keringat buntet timbul di daerah dahi, leher, dan bagian tubuh yang tertutup pakaian. Gejala utama adalah gatal, dapat disertai kulit kemerahan dan gelembung berair kecil-kecil. Penyakit ini biasa kambuh berulang, terutama bila udara panas dan berkeringat, sehingga menimbulkan masalah pada bayi, balita, maupun orang tua. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan rutin, misalnya mandi dengan teratur dan membasuh anak yang berkeringat dengan lap basah sebelum dikeringkan dan diberi bedak.

Seringkali terjadi bintik-bintik merah (ruam) pada leher dan ketiak bayi. Keadaan ini disebabkan oleh peradangan kulit pada bagian tersebut. Bisa disebabkan karena bagian ini tidak kering betul ketika dilap dengan handuk sehabis memandikannya. Apalagi jika si bayi gemuk, sehingga leher dan ketiaknya berlipat-lipat.

Ruangan dengan ventilasi udara cukup sangat dianjurkan, terutama di kota-kota besar yang panas dan pengap. Usahakan kamar balita diberi jendela lebar sehingga pertukaran udara dari luar ke dalam ruangan lancar. Dari kasus-kasus biang keringat pada bayi dan balita, hampir 70% nya bisa diatasi bila pergerakan udara dalam ruangan lancar sehingga kamar terasa sejuk.

Lepas dari soal kesehatan, perawatan kulit pada bayi dan balita sebenarnya mengekspresikan rasa cinta orang tua kepada buah hatinya. Sentuhan mereka akan sangat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental seorang anak. (G. Sujayanto)

Minggu, 15 April 2007

Cocok Infusnya ato Cocok Plate-nya?

Terjun dalam aktivitas “dakwah” membuat saya memunyai banyak kenalan dengan beraneka ragam profesi dan karakter. Kenalan sekaligus teman saya bisa berprofesi guru SD sampai perguruan tinggi, pengacara, aktivis LSM, dokter, perawat, fisioterapis, penulis, dai, dan bahkan penjual es dawet ayu.

Dalam sebuah acara, terjadi dialog yang sangat menyentil hati saya….

Teman saya yang berprofesi guru SD mengalami kecelakaan beserta istrinya, naik sepeda motor dan sama-sama menderita multiple trauma. Sempat hampir seminggu masuk ICU. Menjalani dua kali operasi, yaitu operasi pembetulan saluran kencingnya yang mengalami rupture (putus) dan reposisi tulang belikatnya. Luar biasa parahnya demikian pula istrinya jauh lebih parah lagi serta dalam keadaan hamil 5 bulan.

Singkat cerita….BADAI telah berlalu. Keduanya selamat, bayi yang dikandungnya selamat, saat ini tumbuh kembang anaknya berjalan normal seperti bayi yang lain. Masalah keuangan untuk biaya masuk rumah sakit, sungguh sangat luar biasa melihat keguyuban keluarga dan para teman yang sama-sama aktif memakmurkan masjid, serta teman sekantornya. Berbagai sumbangan bantuan datang mengalir ikut meringankan beban keuangan yang harus ditanggung teman guru SD saya itu. Dia sendiri “hanya” menjual satu sepeda motor milik orang tuanya. Hingga saat ini tidak ada sisa beban keuangan yang masih menjadi tanggungannya.

Kembali pada dialog antara teman guru SD dan pengacara tadi…

“Pak Hani lho……habis operasi dan masuk rumah sakit…kok….tambah gemuk saja…” saya memulai dialog.

Pak Hani hanya tersenyum saja dengan mata yang berbinar kepada saya…

Berarti cocok infusnya pak…” tiba-tiba pak Widodo teman saya yang pengacara nylonong masuk dalam pembicaraan kami..

“ha ha ha ha ha” kami pun tertawa… geli

………………………………………

Ketegangan yang diceritakan dalam suasana santai apalagi suasana humor adalah obat ampuh dalam mengobati PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)…. Demikian yang dikatakan Daniel Goleman dalam bukunya yang fenomenal Emotional Intelligence…

Saya jadi teringat akan novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman Alshirazi… yang bercerita tentang…Eksan anak orang miskin desa… yang merayakan ulang tahunnya dengan mengundang anak-anak sedesa…sama-sama miskinnya… anak-anak itu saling berbagi..saling cuil-mencuil makanan… dalam suasana riang gembira…dan Eksan menjadi percaya diri…merasa bahwa dirinya diterima…lupa akan kemiskinan yang melilit dirinya… kata Habiburrahman…orang desa itu miskin harta tetapi KAYA CARA AKAN MENCIPTAKAN KEBAHAGIAAN…..

……………………………

“Sebentar pak Widodo…pak Hani kan…juga terpasang plate di tulang belikatnya… jadi sebenarnya yang membuat gemuk itu… cocok infusnya atau cocok platenya…”

“ha ha ha ha ha ha ha..” suara ketawa kembali meledak dahsyat..sedahsyat letusan gunung merapi yang meletus…

……………………………………….

Moral lesson for doctor is

Dengan inspirasi dari Ust Habiburrahman, maka

dokter kaya adalah dokter yang kaya akan cara mewujudkan kebahagiaan yang dapat dirasakan, baik untuk dirinya, keluarganya, koleganya sesama dokter, bersama-sama dengan pasien, maupun keluarganya.

Sebaliknya, dokter yang miskin adalah dokter yang miskin alternatif cara mewujudkan kebahagiaan yang seimbang baik untuk diri sendiri, keluarga, kolega sesama dokter, pasien maupun keluarganya.

Dokter yang miskin dalam pengertian ini, bisa jadi ia sangat kaya materi, tetapi kualitas interaksi dan hubungan dengan keluarganya, koleganya sesama dokter, pasien dan keluarga pasien sangat kurang. Bisa jadi praktiknya laris, pasien banyak yang sembuh, tetapi interaksi dokter-pasien bersifat matematis transaksional, tidak ada ruh emosional silaturahim yang mewarnai hubungan tersebut. Pasien merasa dokter hanya buru-buru, basa-basi, dan yang dibutuhkan dokter hanyalah uang pasien. Pasien juga merasa bahwa tidak ada rasa tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan dokternya. Apalagi bila ada masalah dalam pelayanan, pasien lebih mudah membayar pengacara mengajukan tuntutan tindakan malpraktik kepada dokter.

Dokter yang kaya cara menciptakan kebahagiaan, mempunyai tanggung jawab penuh terhadap usaha pasien untuk menciptakan jalan yang paling efektif dan efisien untuk memproduksi kesehatan.

Dokter tipe ini, sadar betul bahwa

biaya kesehatan yang dihasilkan dari pelayanan kesehatan yang dia selenggarakan, secara makro akan berdampak pada meningkatnya biaya total produksi masyarakat.

Yang selalu menjadi pikirannya adalah bagaimana masyarakat bisa menghemat pengeluaran belanja kesehatannya.

Bila salah satu unsur biaya produksi turun, sumber daya yang bersifat materi dan nonmateri serta waktu yang terbuang bisa dialokasikan untuk kepentingan-kepentingan lain yang lebih mendesak sehingga produktifitas masyarakat secara umum akan meningkat.

Sabtu, 14 April 2007

IMPOTENSI? TIGA HARI LANGSUNG EREKSI

“Huaaaah… huaaaaaah…. huaaaaa”

suara tangis anak kecil kalo diperiksa oleh dokter…

Tidak hanya tangis…tetapi sikap pemberontakannya… bikin pyusiiiiiing dokter dan orang tua… harus pintar nyari akal untuk merayu agar tenang kalo diperiksa…

Apakah mudah?

Sulit!

Anak-anak punya logika sendiri… yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri.

Kendala mereka adalah satu tidak bisa mengekspresikan apa yang dirasakan… bisanya nangis…berontak kalo dipaksa… semakin dipaksa semakin nangis…semakin berontak….dst.

Sederhananya masalah komunikasi..

…………………………………………..

“Saya sudah memberikan tanda tangan…kok tetap ditabrak” bentak pak becak ketika diinterogasi pak polisi di suatu sore.

Kecelakaan terjadi di perempatan jalan dekat GOR Manahan Solo. Seorang pebecak ditabrak oleh sepeda motor berikut pengendaranya.

Braaak… glondaang… glondaaang… glondaaaang.

Braaak untuk bunyi benturan sepeda motor dengan becak… berakibat ban samping kanan becak lepas dan membentuk angka delapan… ketika tahu ban becak berbentuk angka delapan… banyak para kerumunan yang senyum-senyum tertawa…. Tetapi di saat yang bersamaan ada rasa iba.. kasihan yaa.

Glondaang….glondaaang…glondaaaang… karena yang diangkut pak becak adalah ibu-ibu yang jualan makanan… masih untung dagangannya habis.. sehingga loyang, panci dan piring-piring dari aluminium berjatuhan……

Pak polisi datang.

Akhirnya pak becak mengatakan seperti diatas

“Saya sudah memberikan tanda tangan…kok tetap ditabrak”

Para penonton kerumunan pada terheran-heran… kapan pak becak ngasih tanda tangan.. termasuk pak polisi yang menginterogasi…

“Tanda tangan kadhos pundi tho pak? (tanda tangan seperti apa pak?)” tanya pak polisi

“Ahh… pak polisi gimana tho…lha begini lho pak, tangan diacungkan ke arah atas dan depan itu kan namanya tanda tangan..” jelas pak becak dengan penuh semangat dan penuh keheranan melihat pak polisi yang tidak tahu masalah tanda tangan..

“haa ha ha ha ahaaa” kerumunan pada ketawa lepas..

Sekali lagi masalah komunikasi

…………………………………….

Dalam praktek kedokteran seringkali dijumpai kenyataan-kenyataan seperti di atas, sebuah pemahaman mengenai penyakit, diagnosis, terapi, dan kemungkinan-kemungkinan buruk, hanya dimengerti oleh dokter saja. Karena ilmu mengenai hal itu demikian complicated dan detail, tetapi dipersepsi secara salah oleh orang atau pasien. Akibatnya persepsi itu berbeda jauh dengan sesuatu yang dipahami oleh dokter tadi…..

Tujuan komunikasi adalah menyamakan persepsi


Persepsi orang namanya operasi mesti semua penyakit bisa sembuh karenanya… padahal kenyataannya TIDAK. Demikian juga setiap tindakan dokter, baik hanya berupa obat minum atau tindakan intevensif seperti operasi juga memiliki efek samping dan sebagian besarnya sangat tidak diharapkan….

Contoh..

Ketika masih menjadi mahasiswa dulu saya pernah menjalani operasi varicocele (riilnya seperti varises ; pembuluh darah yang melebar dan berkelok-kelok tetapi letaknya di atas testis). Sebenarnya kalau dibiarkan tidak apa-apa hanya mengganggu saat jalan jauh atau lari agak lama, tetapi kalo dibiarkan akan mengganggu kesuburan…jumlah sperma bisa kurang dari normal…berarti bisa mandul ga punya keturunan…

Terapi yang dipilih untuk itu adalah operasi PALOMO; yaitu mengikat arteri di atas testis yang menuju testis.. intinya angka keberhasilan operasi ini adalah 67% = DUA PERTIGA berarti ANGKA KEGAGALANNYA SEPERTIGA. Dapat dikatakan dari sepuluh orang yang dioperasi dengan metoda ini dipastikan TIGA DIANTARANYA MENGALAMI KEGAGALAN. Demikian juga efek samping yang ditimbulkan.

JADI DAPAT DIKATAKAN SETIAP PENGOBATAN YANG DILAKUKAN DOKTER TIDAK ADA YANG TIDAK BEBAS RESIKO..

Walopun hanya obat semacam CTM… saya pernah mendapati pasien…

“Maaf dok.. mohon saya jangan dikasih obat yang ada CTMnya..” kata pasien

“Lha kenapa tho pak?” tanyaku

“Ini pak… setelah minum CTM…selain lemes… ‘itunya’ juga ikut lemes” kata pasien

“Oo.. impotent…gara-gara CTM pak?” tanyaku

“Iya dokter..” kata pasien tadi.

“Baru bisa kembali seperti semula setelah seminggu CTM dihentikan….. “ lanjut pasien tadi.

Saya menjumpai satu pasien langka ini selama tujuh tahun praktik dokter.

KARENA ITU PERLU DIKOMUNIKASIKAN DENGAN BAIK..

Jadi seorang dokter tidak boleh mengiklankan keberhasilan pengobatannya seperti iklan pengobatan alternative yang pernah saya dengar dari iklan radio, saat merapikan rambut di POTONG RAMBUT MADURA..

“IMPOTENSI? ….TIGA HARI LANGSUNG EREKSI…”

“Opo iyoooo?” kataku

Senin, 09 April 2007

Dokter Juragan

Teman sejawat saya, yang dulu selama masih kuliah adalah teman satu kos [satu asrama]. Beliau ini orang Jawa Timur dengan logat daerah Suroboyo-an yang sangat kental.

Beberapa kata yang sering meluncur dari mulutnya, bagi kami adalah sesuatu yang lucu. Kata jatuh, dalam pengungkapan teman “arek Surobyo-an” ini menjadi lőgőr. 24 dalam bahasa Solo “pat likur” tetapi dari lidah “arek Suroboyo-an” ini menjadi “padêlikur”. “Sumuk” [gerah karena udara panas] menjadi “wóngkób”.

Padahal saya sendiri juga orang Jawa Timur, tetapi logat bahasa ikut orang Kediri-an, juga masih merasa geli dan lucu kalau dia ini berbicara. Kadang-kadang kata-kata yang keluar dari mulut saya pun bagi orang Solo adalah sesuatu yang lucu pula. Pernah suatu ketika, pada saat mau tukar jaga, saya bilang ke teman

“Mas Nuril tulung aku gajulono, ya jagaku

Jênêngan digajuli Yayuk”.

[Mas Nuril minta tolong digantikan jaganya, kamu (ungkapan halus dalam jawa menjadi panjenengan atau diperpendek menjadi jenengan) digantikan Yayuk].

Padahal dalam logat Solo, “digajuli” bermakna ditendang. Jadi kalau diterjemahkan dalam logat Solo [Mas Nuril aku, kamu tendang, sedangkan kamu ditendang Yayuk].

Kembali ke teman “arek Suroboyo-an”. Setelah beberapa tahun tidak bertemu, akhir-akhir ini dalam suatu acara dinas, saya bertemu dengan beliau ini. Tidak berubah sama sekali logatnya. Bahkan ketika dia lama berdomisili di daerah Jawa Tengah dengan logat yang khas dan kentalpun tidak mengubah gaya dan logat bahasa yang tertanam kuat di area Brocanya [area broca adalah daerah diotak manusia yang merupakan pusat mengatur berbicara kita].

“Yok opo kabare cak?” sapanya ketika bertemu

“Apik aé cak, Kón piye saiki?” balasan saya padanya, dengan berusaha mengimbangi logatnya.

………dst

Singkat cerita, dia ini bercerita,

“Bisnisku, tak bagi jadi 5 divisi”

Opo cak? Divisi? Kóyók tentara ae!”

Iyo cek tertib ngono ta!”

Yah, dia sekarang benar-benar berubah, tidak seperti ketika satu kos bersama dulu. Dulu sukanya membahas masalah politik dan per”tentaraan”. Tidak terbersit sama sekali masalah bisnis. Mendengarkan apa yang telah dilakukan, dan bisnis yang diusahakan, terus terang saya benar-benar kagum dan bercampur dengan sedikit tidak percaya. Tetapi ketika dia bercerita dengan fasih, panjang dan lebar mengenai apa yang dia lakukan saya baru benar-benar “haqqul yaqin” seratus persen.

Divisi pertama, membawahi bisnis tutup botol. “tutup botol?” “Kok bisa-bisanya sampeyan bisnis tutup botol?” saya tanya dengan terheran-heran padanya. Cerita singkatnya, ketika beliau ini sedang keliling-keliling daerah, ada seorang pengerajin tutup botol yang beliau lihat. Setiap hari rajin sekali membuat tutup botol dengan berbagai macam bentuk, dan penghiasnya. “Beraneka macam perusahaan yang disetorin nih” begitu pikirannya dalam hati. Beliau melihat pengerajin ini terlalu sederhana pola pikirnya, dan hanya sebatas membuat tutup botol pesanan perusahaan dan menyetornya. Akhirnya dibuatlah kesepakatan dengan pengerajin tadi, bahwa beliau ini ikut dalam memanajemeni usaha tutup botol tadi dengan menanggung segala keuntungan dan kerugian secara bersama-sama, serta dituangkan dalam perjanjian. Singkat cerita usaha berkembang, dan bertekad ingin memperluas pasar dan memimpin pasar di wilayah Jawa Tengah. “Wow luar biasa!”

Divisi selanjutnya ada biskuit, ada bengkel dan grosir spare part kendaraan bermotor, ada divisi penjualan alat-alat tulis dan buku, serta divisi angkutan umum. Bahkan mulai merambah salon kecantikan dan taksi. Sekali lagi saya hanya bisa mengatakan “luar biasa cak” “aku kudu belajar karo arek peno”.

Ada pelajaran efisiensi dan efektivitas yang saya petik dari pengalaman beliau. Ketika beliau ada tugas ke Semarang, beliau berkata

Nek Aku lungo nang Semarang, aku mikir piye carane duite sing tak tok no impas” [kalau aku pergi ke Semarang, aku berpikir bagaimana caranya uang yang dikeluarkan bisa impas]

Makane, mampir nang Makro, tuku pulpen, buku tulis, kertas, tak lebokno nang mobil”[karenanya, mampir di hypermarket Makro, membeli ballpoint, buku tulis, kertas, dimasukkan ke mobil]

Iku nek dietung-etung batine, pas karo duit sing dienggo tuku bensin, mangan lan kesele” [itu kalau dihitung-hitung untungnya, sudah impas dengan pengeluaran beli bensin, makan dan lelahnya perjalanan]

Saya berpikir “memang dokter Juragan harus seperti itu”

Ada yang menarik dari Cak dokter “Suroboyo-an”, dia ini mempunyai sekretaris pribadi, yang mewakilinya dalam controlling perusahaan sekaligus orang kepercayaannya. Mau tahu berapa gajinya? Gajinya adalah 2 juta rupiah. Sementara gaji dokter PTT saat ini adalah Rp. 1.250.000,-.

“Ia memang mempunyai pikiran dan style yang berbeda dari kebanyakan dokter” kata saya dalam hati.

Ada lagi yang menarik dari karakter Cak dokter Suroboyoan, dia tegas terhadap karyawannya yang melanggar norma dan moral agama. Ketika menemukan karyawannya mabuk, maka ia putuskan karyawan tersebut untuk berhenti dengan memberi pesangon. Ia tidak mau karyawan yang moralnya jelek akan mengganggu kondisi kerja rekan yang lain.

“Selamat berjuang Cak, temukan dengan caramu sendiri, tuk menggali potensi yang kau punya, berikan yang terbaik, tinggalkan jejak-jejak kesejukan bagi siapa saja yang pernah berinteraksi denganmu”

“Jaga keikhlasan, dan hanya berharap kepada Allah-lah segala pengharapan dan pengorbanan, walaupun yang merasakan adalah manusia, orang-orang dekatmu, orang-orang yang berada di sekitarmu.”

“Selamat berjuang Cak!”

The Present Status of Our Family


EDISI Cuman Pengen Pamer Tampang
















Sekilas tentang identitas diri




Aku sekarang berusia 34 tahun (Lahir di Nganjuk 22 Oktober 1973 dan besar di kota yang sama)
Istriku Yuni Prastyo Kurniati berusia 33 tahun (Lahir di Klaten 17 Juni 1974 besar di Solo),
Anak pertama Rizqi mau 8 tahun (Lahir di Solo 19 Oktober 1999),
yang kecil Syauqi barusan berulang tahun pertamanya (Lahir di Solo, 17 Maret 2006) kemaren,
Pernikahan Kami menginjak tahun ke 9 (Menikah di Solo tanggal 18 Oktober 1998)

Rabu, 04 April 2007

Buka bajunya…!

Pagi itu, mbah Joyo Kakung, seorang warga desa KertoSaras, membulatkan tekad untuk datang ke Puskesmas.

Semalaman beliau tidak bisa tidur. Bagaimana bisa tidur, sebentar-sebentar perut mules, harus segera dikeluarkan ke belakang.

Terhitung sudah lebih dari 10 kali beliau harus menjalani siklus

mules--> ke WC --> kamar tidur --> minum oralit buatan sendiri --> mules --> dan seterusnya kembali ke awal.

Menjelang pagi hari, siklus itu bertambah adanya mual dan muntah.

Pagi itu, segala macam rasa tidak enak berkumpul di badan mbah Joyo Kakung.

Lemes, perut sebah, mual, mules, badan meriang kedinginan, linu-linu di sendi, pandangan mata berkunang-kunang, sudah sangat capek, ingin tidur, tapi rasa itu segera lenyap tergantikan dengan rasa-rasa tidak enak lain yang bersatu padu membuatnya seperti kata pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga pula”.

Hari itu, benar-benar hari berat buat mbah Joyo. Ujian kesabaran terbesar dan tidak ada bandingannya. Ditambah harus ikut antrean menunggu panggilan untuk diperiksa dan nanti antre pula mengambil obat. Payah, bertambah payah dan semakin payah.

Yang menderita, sebenarnya bukan mbah Joyo kakung saja, seisi rumah ikut dan wajib pula merasakan kesakitan dan kesusahannya. Istrinya jelas, orang yang sekamar, masa cuek, jelas tidak. Minimal kalau tipenya cuek, terganggu tidurnya. Kalau tidak cuek, ikut membuatkan oralit, mem-blonyohi [mengolesi] seluruh badan mbah Joyo kakung dengan minyak kayu putih. Menanya-nanyain “Gimana Pak?” “Masih mules Pak?”, meminta minum oralit dengan lembut “Ayo Pak diminum oralitnya” dan memohon untuk bisa mengolesi badannya dengan minyak kayu putih dengan rasa kasih sayang “Diolesin pakek minyak kayu putih ya Pak”.

Menantu dan anaknya yang kebetulan tinggal serumah, juga ikut-ikutan “sakit”. Minimal terganggu tidurnya, hingga yang care, menawarin mengajak mbah Joyo Kakung “dibawa ke rumah sakit ya mbah Kakung?” “dari pada nanti opname, mendingan sekarang saja periksanya…nggih” “biar saya antar”. Sedangkan cucunya, kalau peristiwa ini terjadi saat episode tidurnya REM [rapid eye movement], bisa terbangun, tetapi kalau tidurnya pas fase tidur dalam, biasanya cuek terus tidur, dan tidak tahu apa yang terjadi.

Mbah Joyo Kakung memilih bertahan tidak mau dibawa kemana-mana. Ia berpikir

“Kalau ke rumah sakit mahal”

sambil meringis menahan nyeri mulesnya, kemudian melanjutkannya

“apalagi klinik sebelah itu”

“besok pagi saja ke Puskesmas”

“mbah masih kuat koq”

serentetan kata-kata untuk menjawab ajakan anak dan menantunya yang tinggal serumah. Mbah Joyo tahu kondisi keuangan anak dan menantunya, apalagi sekarang beliau sendiri juga minim keadaan keuangannya.

Akhirnya, tibalah saatnya detak jarum jam menunjukkan angka delapan pagi. Sebuah penantian yang terasa puaaanjaaaang. Penantian malam yang panjang menuju pagi hari. Sehat itu membuat waktu jadi terasa pendek.

Mengikuti prosedur di Puskesmas,

mendaftar --> membayar karcis pendaftaran --> menukar kartu dengan catatan medik di ruang pendaftaran --> mengantrikan kartu catatan medik di poliklinik --> kemudian menunggu panggilan.

Sebuah usaha perjuangan sendiri, di tengah-tengah ketidaknyamanan yang memuncak. Walaupun pekerjaan mbah Joyo Kakung hanya duduk, tetap saja namanya orang sakit itu tidak mengenakkan.

Tibalah giliran mbah Joyo Kakung diperiksa, ada sedikit perasaan lega.

Berjumpa dengan bu Mantri, gemuk, setengah baya, kaca mata tebal, rambut ikal tetapi orangnya dingin, kaku, tidak se-flexible dengan rambutnya yang mengombak lemas. Suara yang mengurai deras dari bibirnya lantang, tegas dan keras laksana tentara yang gagah berani dan tidak mengenal ampun pada lawan-lawannya.

Memang di dunia ini, segala sesuatunya sudah dibuat ukuran-ukurannya sendiri. Suara keras, lantang dan tegas akan tepat bila diterapkan di lapangan pertentaraan. Tetapi tidak tepat untuk perpasienan.

“buka bajunya…!” perintah bu Tarti kepada mbah Joyo Kakung

“nggih…bu” jawab mbah Joyo Kakung dengan kesabarannya yang sudah menuju ambang peregangan maksimal.

“nich untuk ambil obat!” suara lantang, keras dan tegas, dengan ekspresi wajah dingin, kembali meluncur dari bibir bu Tarti, tanpa peduli dengan kepayahan yang dialami mbah Joyo Kakung.

“sudah sana ke apotek!” lanjutnya kembali, dengan sedikit gemas, karena mbah Joyo Kakung tidak segera beranjak dari tempat duduknya.

“?#>…” tanpa banyak pikir, segera mbah Joyo Kakung segera beranjak keluar, menyerahkan kertas resep kepada istrinya agar mengantrikannya di apotek.

“mantri macam apa ini”

“mantri koq seperti tentara”

“galak dan serem”

“saya ini pasien bukan prajurit!”

namun sayangnya diungkapkan hanya dalam hati untuk mengata-ngatai perilaku bu Tarti ketika memeriksanya. “Pasien Juga Manusia”

UDaH keJaTuHAn bAu PulA

Ulama “tepung”

Seorang ulama dengan kemampuan ilmu, retorika, dan kredibilitasnya yang luar biasa, suatu ketika terlibat debat dengan istrinya. Ia mengatakan bahwa istri tidak punya peran yang mengantarkan dirinya sebagai seorang ulama yang disegani.

Merasa diremehkan, istrinya bertekad mengujinya untuk membuktikan bahwa seorang istri bagaimanapun pasifnya dia tetap punya andil besar bagi keberhasilan sang suami. Istri ulama tadi sudah terbiasa mandiri untuk memikirkan bagaimana agar dapur rumah tangga tetap “mengepul”.

Suatu ketika ia mencoba tidak memikirkan bagaimana usahanya agar memperoleh tepung yang akan digunakan untuk makanan sehari-hari. Ia sengaja memberitahu suaminya sore hari di saat sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan bahan yang akan disampaikan dalam suatu kajian yang dihadiri oleh banyak orang penting.

Karena ada berita dari istri bahwa saat ini sudah tidak punya uang lagi untuk membeli tepung, maka jadi terpecahlah pikirannya. Yang satu harus mempersiapkan bahan yang sebaik-baiknya, yang kedua harus memikirkan malam itu juga dari mana harus mendapatkan uang untuk membeli hanya sekedar tepung untuk bahan makanan keluaga malam itu dan esok harinya.

Hingga fajar tiba, dua masalah itu belum juga ada titik terang penyelesaiannya. Akhirnya, dengan persiapan yang berantakan sang ulama tadi datang dalam forum kajian penting yang sudah direncanakan semula.

Tibalah saatnya dia harus berbicara, tidak seperti biasanya ia ucapkan basmalah dan disusul salam, syahadat dan sholawat. Tetapi ini sangat di luar kebiasaanya,

kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah “TEPUNG!"

Sejak peristiwa itulah ia baru menyadari bahwa istri punya andil yang besar dalam perjuangan suami. Dan sejak itu pula ia mendapat gelar yang luar biasa unik yaitu

ULAMA “TEPUNG”.

JANGAN REMEHKAN PERAN KELUARGA ANDA.....PADA PERJALANAN KARIER PROFESIONAL ANDA