Senin, 27 November 2006

Suntik ILA..?? untuk mempercepat proses persalinan

priscaw

Tue, 06 Jun 2006 20:22:12 -0700

Dear P'Haris,

saya cuma mau sharing wkt dulu melahirkan anak ke-2, tapi maaf saya ngak familiar ttg suntik ILA. Berhubung kejadiannya 5thn yll, maaf saya juga lupa nama obat utk mempercepat proses persalinannya. Wkt kehamilan anak ke-2, seharusnya hari senin depannya kontrol ke dokter lagi dan wkt itu seharusnya sdh wktnya mules, tapi kok anteng2 aja meski udah mulai lewat wktnya, rada khawatir juga, sehingga suami cepat mengambil keputusan utk tdk tunggu hari kontrol "senin" dpn itu, dan segera sabtunya kontrol kehamilan.

Kami ceritakan kekhawatiran ke dokter, dan ternyata stlh dicek dalam memang harusnya sdh wktnya persalinan tp krn tdk mulas2, shg dokter memberikan resep obat mulas utk dimasukkan ke lubang vagina (cuma 1 bh btknya spt kapsul lonjong yg spt obat keputihan) dan dtg kembali sabtu sorenya utk pemasukan obat tsb. Ternyata ngak ada 2 jam stlh pemasukan obat mulas di lubang vagina tsb, saya mengalami mulas, dan stlh dibawa ke rumah sakit, ternyata sdh pembukaan ke-5 dan proses sampai kelahiran tdk lama dan rasa sakitpun normal spt sakit melahirkan yg lain dan rasanya sesdh itu beda dg rasa melahirkan dg caesar lho, pak.

Anyway, keputusan utk cepat kontrol kembali dan menanyakan kpd dokter sungguh tepat wkt itu, krn ternyata setlh anak lahir, baru ketahuan air ketuban saya sdh hijau. Kl kelamaan lagi.........

Well, pak Haris, ada sharing teman saya use suntik anti sakit wkt melahirkan, ternyata juga tetap rasa sakit meski tdk terlalu sakit biasanya tanpa suntikan, tp rasa sakit itu cepat kok berlalunya, buat apa buang uang kecuali memang dijamin tdk ada rasa sakit sama sekali?!?!? itu menurut saya lho, pak.

Percepetan persalinan juga dipengaruhi bentuk rahim dan letak bayi terakhir dll., spt ada yg inform kl lingkar pinggul besar biasanya mudah melahirkan, tp kl kondisi bayi terlilit usus or else yah bayi juga tdk bisa keluar.

Semoga membantu
Pris.







Kalo saya gak tau dan belum pernah dengar tentang suntik ILA, Alhamdulillah dulu sewaktu ngelahirin normal gak pake apa2. Kalo memang suntikan itu untuk mengurangi rasa sakit, ya yang namanya ngelahirin pasti sakit sih dan mengenai prosesnya yang lama, kan setiap orang ada bawaannya masing2. Memang sih kalo anak pertama emang suka rada lama prosesnya , tapi kalo anak yang kedua katanya sih agak cepetan daripada anak pertama.

Btw ini kelahiran anak yang keberapa Pak ?
Menurut saya sih mendingan yang alami aja Pak, kecuali kalo ada masalah. Atau mungkin nakitaers punya opini yang lain ? Semoga istri Bapak melahirkan dengan lancar dan anak serta ibunya sehat ya.


salam,
Mama Diva

----- Original Message -----
From: A. Haris A
To: milis-nakita List Member
Sent: Sunday, June 04, 2006 8:45 PM
Subject: [***SPAM*** Score/Req: 05.06/05.00] [milis-nakita] Suntik ILA..??
untuk mempercepat proses persalinan {01}

Dear All member..
Kami sedang menanti saat-saat kelahiran anak kami.

Dokter kami ada tawarkan untuk menggunakan suntik ILA (betul gak tulisannya), pada bukaan kelima, nanti di Suntik untuk mempercepat proses kelahiran dan mengurangi rasa sakit.

Yang kami ingin tanyakan apakah memang benar, bisa mengurangi rasa sakit dan apa plus minusnya...?? resiko buat Istri saya atau calon bayi saya.

Terima kasih atas informasinya.
Salam,
Haris

Jumat, 17 November 2006

Rebutan Mainan

Sumber: Ibu-ibu DI

Tanya

Ada yang mau aku tanyakan. Bagaimana ya mengajarkan anak umur 4 tahun untuk tidak rebutan mainan sama teman-temannya ? Sebenarnya anakku sudah mengerti soal berbagi. Dengan anak yang lebih kecil cenderung mengalah, pengertian pokoknya. Tapi kalau sama per groups, kadang suka rebutan juga. Tidak selalu terkadang suka dipicu oleh temannya yang tiba-tiba ingin main mainan yang dipegangnya. Akhirnya rebutan. Bagaimana ya caranya memberi pengertian sama mereka? Peraturannya seperti apa yang biasanya ibu-ibu terapkan ke anak-anak? Aku biasanya bilang kalau temanmu sedang main dengan mainan tertentu, kamu harus menunggu sampai temanmu selesai bermain atau tanya ke temanmu kalau bisa bermain bersama. Nah kadang dia situasinya terbalik, temannya yang tidak sabar menunggu. Jadi, apa yang sebaiknya pengertian yang aku kasih ke anakku itu kalau kebetulan ada temannya yang mau mainan yang dipegang anakku. Karena akhirnya rebutan lagi. Jadi bagaimana mengajarkan soal berbagi yang baik? Jangan-jangan selama ini pengertianku salah. Tapi di sisi lain berbagi itu tidak berarti harus terus mengalah. Ada tips tidak bu? Terima kasih [DA]

Jawab

Aku pernah diskusi dengan temanku tentang hal ini. Dia punya saran yang menurutku menarik juga. Mainan yang hanya satu itu bisa dimainkan secara bergantian. Beri batas waktu untuk tiap anak, misalnya hanya boleh pegang 5 menit terus berikan ke kita dulu baru kemudian kita berikan ke temannya. Begitu terus sampai semua kebagian. Cara ini harus disosialisasikan terlebih dahulu pada anak-anak yang terlibat. Dengan begitu diharapkan bisa mengurangi keributan. Kenapa tidak langsung diberikan ke temannya, karena kalau begitu, si pemegang mainan nanti tidak rela untuk berbagi. Tapi kalau diberikan ke kita dulu, dia akan merasa, Ok saya akan bermain lebih dulu. Memang tidak bisa sekali langsung manjur ya, harus dibiasakan juga. Jadi setiap kali bermain dengan anak kita aturan ini berlaku, sehingga lama-lama anak akan memahami artinya berbagi. Mudah-mudahan membantu ya. [Ann]

Benar sekali, manjur di anak-anakku. Mereka jadi tahu berapa lama menunggu & berapa lama dia boleh main dengan benda itu. Ya, karena mereka masih kecil, masih belum ngeh juga 5 menit itu batasnya berapa, kita yang harus ingatkan. Tapi sedikit-sedikit mereka pada akhirnya mengerti, mungkin karena aku memang pakai patokan waktu itu untuk banyak proses negosiasi. Misalnya, ketika pulang sekolah anakku yang sulung tidak mau langsung makan, aku bilang oke, 5 menit lagi makannya (kadang dia nawar jadi 10 menit ;-)). Begitu juga kalau disuruh tidur siang, mandi, bereskan mainan, main sebelum tidur malam, dan lain-lain, pokoknya kalau dia tidak mau saat itu juga mengerjakan apa yang aku suruh, aku bilang 5 menit ya, sejauh ini dia setuju saja, alhamdulillah, jadi aku juga tidak stress [MM]

Wah, sama mbak MM, aku juga sering pakai metode 5 menit ini kalau tawar menawar sama Pasha. Malah kadang dianya sendiri yang suka begitu ke aku. Misalnya, kita mau pergi, terus dia mau main ke rumah kakak iparku di sebelah, kalau aku bilang jangan, pasti dia bilang, 5 menit saja mah..padahal dia juga belum tahu 5 menit itu berapa lama. Tapi kalau soal berbagi mainan, aku malah tidak pernah pakai cara batas waktu seperti itu. Kalau buat anakku yang besar, lebih manjur diomongi baik-baik, soalnya dia gengsinya tinggi sekali, kalau terlalu diatur atau dipaksa malah tambah kekeh sama pendiriannya. Misalnya, kalau dia lagi pelit, tidak mau berbagi mainan, aku bilang, kalau sekarang kamu tidak mau pinjamkan mainan kamu, nanti lain kali kalau Sasi punya mainan baru, kamu tidak dipinjami juga lho... Nah, secara dia paling senang melihat mainan baru, khawatir juga bakal tidak dipinjamkan, jadi, biasanya pada akhirnya dia dengan sukarela meminjamkan mainannya [Rn]

Selasa, 14 November 2006

Kisah Di balik vitamin C dosis tinggi


September 30th, 2005

Kenapa ya, akhir-akhir ini produsen senang sekali memberi dosis tinggi? Supaya harganya lebih mahal? Supaya konsumen tertarik? Supaya kelihatan 'peduli' pada kesehatan?

Dari "Mengandung DHA paling tinggi" sampai "Vitamin C dosis tinggi" atau "Minum sekarang, untuk nanti" (atau semacam itulah.. emang vitamin & mineral bisa ditabung gituh?), produsen berusaha bilang ke objek iklannya bahwa mereka membutuhkan produk dengan zat tertentu yang konsentrasinya tinggi. Setahu sayah, -dan dibenarkan oleh dr. Wati tercinta serta prof. Sri Rahardjo dari UGM- yang namanya nutrisi tidak bisa ditabung, apalagi mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Kedua mahluk ini dibutuhkan dalam jumlah kecil setiap harinya, dalam artian asupannya bersifat wajib setiap hari dalam dosis yang sesuai dengan yang dibutuhkan (sebab
kelebihannya akan dibuang).

Paling gencar adalah iklan suplemen vitamin C dan kalsium (so far begitu sih, walaupun penasaran juga dengan iklan "Vitamin otak" yang entah binatang nutrisi apa yang dimaksud, saya belum tahu ). Dosis konsumsi vitamin C adalah 90 mg/hari (untuk laki-laki berusia lebih dari 18 thn); 75 mg/hari (untuk perempuan berusia lebih dari 18 thn); 85 mg/hari (untuk ibu hamil berusia lebih dari 18 thn); 120 mg/hari (untuk ibu menyusui berusia lebih dari 18 thn). Jadi kebutuhan vitamin C paling tinggi adalah pada ibu menyusui, sebesar 120 mg/hari.

Dan apa yang kita saksikan di iklan hampir setiap hari? "One thousand miligrams of vitamin C", says Amelia Vega, "Vitamin C 1000 mg, agar tak mudah sakit", kata iklan lain. Hampir 10 kali lipat dari kebutuhan ibu menyusui! Lalu, kemana sisa vitamin C yang tidak terserap? Tentu saja keluar lagi dalam bentuk larutan (alias terlarut dalam air, begitu…), which is keringat dannnn… pipis!!!

So what? So… pipis anda-anda sekalian yang mengkonsumsi suplemen vitamin C dosis tinggi ini berharga mahal, sodara-sodara! Anda hanya mengambil 10% manfaat dari uang yang anda bayar untuk suplemen ini, dan membuang 90%-nya di toilet, yang kalau di tempat umum kemungkinan besar harus bayar (means, mengeluarkan uang lagi). AND WHAT ARE YOU DOING EXACTLY? Tidak efisien dan tidak efektif!

Beberapa iklan sempat saya cemooh, karena menawarkan sesuatu yang 'instant' tapi tampak bodoh untuk saya. Contohnya ya iklan vitamin C ini. Lebih baik mengkonsumsi buah-buahan kaya vitamin (yang isinya tidak hanya vitamin C thok!) setiap hari , daripada minum suplemen vitamin C dosis tinggi tapi kadang-kadang atau hanya menjelang/saat sakit saja. Percuma, toh terbuang 90%. Padahal dari buah-buahan kita dapat serat, vitamin lain (misalnya vitamin A di kulit apel), mineral (misalnya kalium di pisang), rasa enak (enakan mana sih, suplemen sama jeruk segar?), dan pelatihan pencernaan (eits jangan salah! kalau jarang dipake, pencernaan -mulai dari gigi sampai usus- bisa jadi malas lho!).

Diantara kegunaan suplemen vitamin C adalah : 1) mengobati kekurangan vitamin C (scurvy, scorbut ) [grade A; Strong scientific evidence for this use], 2) pencegahan flu (cold) hingga 50% dalam lingkungan ekstrim (sub-arktik, pelari maraton, pemain ski) [grade B; Good scientific evidence for this use], 3) memperbaiki penyerapan zat besi [grade B]. Di luar itu, pencegahan dan pengobatan flu secara umum (maksudnya untuk orang-orang dalam kondisi normal) termasuk dalam grade D ( it may not work).

So, SAVE YOUR MONEY. Get other useful things to buy. Memang bener ilmu itu mahal, karena bisa mencegah pengeluaran untuk baanyaaaakkkk sekali hal-hal yang ternyata tak perlu dalam hidup ini


Kisah di Balik 1000 mg Vitamin C

March 24th, 2006

Di belakang maraknya suplemen vitamin megadosis ada seorang tokoh yang berjasa. Linus Pauling, Ph.D ., peraih dua penghargaan Nobel untuk kimia (1954) dan perdamaian (1962).

Temuannya yang paling populer adalah:
Vitamin C dosis tinggi dapat mencegah selesma dan flu hingga 45%, mencegah serta menyembuhkan 75% dari semua kanker, dan memperpanjang masa hidup penderita kanker hingga 4-5 kali lebih lama (dibandingkan dengan yang tidak mendapat terapi vitamin C tersebut).

Secara umum, Pauling mengklaim bahwa konsumsi vitamin(-vitamin) dalam megadosis dapat "memperbaiki kesehatan… meningkatkan kenikmatan hidup dan membantu mengendalikan penyakit jantung, kanker, dan penyakit lain serta memperlambat proses penuaan".

Merasa pernah mendengar bunyi klaim tersebut dari produsen suplemen dan menjadi tertarik mengonsumsi produknya? SELAMAT! Anda sudah terjebak dalam quackery!

Terjemah bebas quackery dalam bahasa Indonesia adalah usaha apapun yang melibatkan promosi suatu produk atau sistem kesehatan secara berlebihan . Klaim Pauling mengenai terapi megadosis vitamin C untuk penderita kanker diuji dan dikaji ulang oleh MayoClinic sebanyak 3 kali dengan hasil:

TIDAK ADA keuntungan yang konsisten dari vitamin C yang diberikan pada penderita kanker stadium lanjut. Bahkan, vitamin C dosis tinggi dapat memberikan dampak yang berlawanan.

Dosis oral (diminum) yang tinggi dapat menyebabkan diare. Sedangkan dosis tinggi yang diberikan lewat infus (intravenous) menyebabkan gagal ginjal akibat penyumbatan oleh kristal oksalat. Walaupun fakta ini sudah gamblang dinyatakan, mengapa masih banyak orang yang 'bersaksi' bahwa vitamin C dosis tinggi berguna dan banyak membantu? Vitamin C memberikan efek antihistamin. Sedangkan histamin -dalam konsentrasi berbeda-beda- hampir selalu dilepas dalam saluran pernafasan sebagai reaksi serupa-alergi terhadap selesma. Sehingga yang dirasakan oleh penderita selesma (atau flu) adalah perbaikan yang 'palsu'.

Rekomendasi penggunaan vitamin dalam megadosis oleh Pauling bisa jadi 'menyemangati' para produsen suplemen (atau mereka biasa bilang 'makanan kesehatan' a.k.a. health foods) untuk membanjiri pasar dunia dengan produk mereka.

Tuduhan 'main mata' antara Pauling dan industri vitamin bukan omong kosong, sebab donor utama Linus Pauling Institute of Medicine adalah Hoffmann-La Roche, perusahaan farmasi besar yang memproduksi mayoritas vitamin C yang beredar di dunia pada saat itu (sekitar tahun 1973).

Pada tahun 1994, Arthur Robinson (kolega Linus Pauling dalam penelitian) membuat rangkuman hasil penelitian yang menyebabkannya dipecat dari Linus Pauling Institute of Medicine:

Vitamin C dosis 1 - 5 gram per hari meningkatkan laju pertumbuhan kanker pada manusia. Namun pertumbuhan kanker terhambat pada dosis 100 gram per hari, mendekati dosis mematikan.

Masih berpikir bahwa semakin besar dosis vitamin maka akan semakin besar manfaatnya? Saya harap tidak.

Save your money. Think smart, act wise, live healthy. Jangan terjebak pada klaim indah suplemen.

Rabu, 08 November 2006

nulis utk 3 tahun & share permainan kenalin huruf-angka


Anna Surti Ariani Teguh Budiman

Wed, 07 Jun 2006 04:35:11 -0700

Iya nih, lagi sepi milisnya! Saya mau ngeramein ah....

Dear Mama Diva, Mbak Sari, Mbak Rosa,

Setelah lewat seminggu terakhir kita ngebahas topik baca dan tulis untuk anak ini, akhirnya baru sekarang deh sempet nulis yg agak panjang lagi, hehehe.

Mau komentar tentang beberapa hal dari email2 ini. For Mama Diva, saya juga ngajarin Stella huruf kapital dulu baru huruf kecil. Soalnya saya juga baru tau tentang konsep ngajarin huruf kecil duluan ini setelah Stella bisa ngebedain berbagai huruf besar itu. Ya sudahlah kepalang tanggung, sekarang ini sedang ngenalin lagi huruf kecilnya. Kalau menurut saya sih, nggak usah cemas ya kalau kita kebalik gitu. Yang penting itu kan sebetulnya pengenalan bentuk, entah itu bentuk huruf atau bentuk angka, kalau memang anak bisa, ya lanjutin. Kalau anaknya belum tertarik, belum usia 5 tahun kan, tenang aja…… Ada ahli yg bilang bahwa standarnya sebetulnya anak usia 5 tahun itu mengenal 10 huruf, termasuk huruf2 yg ada di namanya, belum nulis lho ini. Jadi kalau 5 tahun udah bisa lebih dari 10 huruf, ya bagus, selama pengenalannya nggak dipaksa.

Oya tambahan, kabarnya nih, huruf kecil yang bagus dikenalin ke anak bukan jenis huruf times new roman (lihat bentuk 'a'nya), tapi bentuk huruf comic sans ('a'nya bullet). Kebayang kan, hehehehe.

Diva belum tertarik sama huruf 'I'? Tenang…. Santai aja sambil terus ngenalin, cari cara2 yg fun, ntar lama2 juga mau. Btw, namanya dia kan ada unsur huruf 'I', bisa aja nama dia dituliskan di barang2nya. Bisa pake misalnya stiker putih ditulisin 'diva', tempelin stikernya di buku2 atau mainan2nya. Minta Diva untuk mencari mana tulisan 'diva'. Bisa juga disalah2in, misalnya 'dava', 'difa', 'davi', 'vida', dll, supaya dia ngeh cari mana nama yang bener. Ini kan sekalian melatih kemampuan observasi alias pengamatan, ketelitian dan sekaligus kesadaran akan huruf.

Nulis 'A' terbalik? Ini juga santai aja, jangan beranggapan bahwa ini ciri2 disleksia / disgrafia atau kesulitan belajar lain yg namanya serem2 itu. Namanya juga anak di bawah 4 tahun, kiri kanan kadang2 suka kebalik, atas bawah juga kadang2 ketuker, tapi dengan semakin sering melihat huruf yg bener, ntar lama2 juga ngeh kok.

Nulis nggak liat2 garis? Cek dulu, garisnya segede dan setebel apa. Yang pasti, anak seusia ini kemampuan motorik halusnya memang masih kasar, ya susah dong kalau bikin gambar atau tulisan kecil2. Udah gitu, memang dia belum sensitif sama batasan2 seperti garis (nggak heran, kalau diminta mewarnai gambar, lebih sering lewat garis dibanding yang kita sebut 'rapih' kan). Mulai aja lagi dengan mewarnai gambar, cari gambar yg batas2 garisnya tebel, bahkan kalau perlu batas garisnya timbul (itu tuh, kayak yg suka ada di toko mainan. Kalau nggak nemu atau males beli, kita bisa akalin dengan kasih glitter untuk batas2 gambarnya atau kalau glitter mahal, kasih lem terus kasih benang, ugh, sok kreatif deh saya). Terus anak juga bisa diminta untuk nebelin titik2 atau tracing (mmmmm, terjemahannya apa ya, menjejaki?) supaya lebih sensitif sama garis2 batas.

Di email lain, Mama Diva cerita bahwa keponakan tau2 aja bisa baca padahal nggak pernah distimulus apapun. Ini bisa banget terjadi. Banyak kemungkinan, misalnya dia ternyata memang pada dasarnya pandai sehingga bisa nangkep berbagai stimulus nggak langsung di sekitarnya, bisa juga selama ini 'cuma' diajarin ngebedain bentuk (padahal memang itu step yg bener) sehingga ketika diminta ngebedain bentuk huruf ya langsung bisa. Bisa juga, kalau nurutin Jeng Montessori, pengenalan baca ini pas banget di 'sensitive period'nya alias masa emas dia untuk belajar baca. Tiap anak punya masa sensitive period yg beda2 tipis, tapi kalau kita ngenalin sesuatu pas di masa tersebut, anak akan nangkep cepet sekali dibandingkan ketika dikenalin konsep tersebut tidak di masa yang pas.

Oya, saya mau share sedikit tentang permainan mengenalkan huruf & angka untuk anak balita yg sering saya lakukan untuk Stella (3 tahunan), putri saya yg aktif banget susah diajak duduk tenang. Bisa baca buku dan menunjuk tulisan pakai jari biar anak ngeh bahwa 'ada tulisan di buku!' dan dia tahu guna belajar membaca dan menulis (bisa memahami isi buku & dapet berbagai cerita menarik tanpa harus minta tolong bapak ibu). Sambil jalan2 kita sering tebak huruf ("Ibu lihat ada huruf a besar sekali, Stella liat nggak?"), cari rambu lalulintas ("Stella, ada huruf S dicoret! Itu artinya nggak boleh Stop" dengan huruf S di kata stop yg saya desiskan, gunanya biar dia ngeh ada hubungan antara huruf S dengan kata stop). Saya dan suami juga sering tanya huruf dan angka apa yang dia lihat di plat nomor mobil di depan kita, sambil mengajak dia berpikir kenapa ya ada plat nomor yg warna kuning ada yg hitam, dll. Kadang2 saya minta Stella untuk menelpon eyangnya, saya diktekan aja nomornya, dia yang pencet. Awal2nya pasti diawasi, daripada salah sambung, hihihihihihi, tapi sekarang dia bisa nelpon sendiri. Pas saya kerja ngetik di rumah, dia kan biasanya bawaannya pingin ngetik tuh hahahahaha, nah, ini jadi salah satu pilar utama saya ngenalin huruf deh (sambil memperlihatkan hubungan antara huruf besar dan huruf kecil). Saya berencana, mau menempelkan tulisan2 di beberapa benda supaya dia bisa mengenali bentuk tulisan (daripada belajar b-a-ba, Stella sampai saat ini nggak tahan, kita main langsung penerapan di dunia nyata aja deh), misalnya tulisan 'pintu' di pintu, dll. Oya, saya cuma pernah beliin satu mainan yg bentuknya huruf, itu tuh puzzle huruf, dia doyan juga. Tapi selebihnya, saya lebih suka ngenalin huruf dari dunia nyata, lebih asyik dan lebih murah :P

Alamak, panjang ya tulisanku. Aduh maaf ya Nakitaers, kalau udah semangat gini, suka lupa nyetop….

Nina




2006/5/31, Sekretaris Indogrosir Bandung
Siang Mbak Nina dan Nakitaers.......
Wah.. saya sangat tertarik nih sama tema ini.
Anak saya Diva ( 3 tahun 7 bulan ), udah bisa baca huruf abjad, kebisaan ini udah dari sejak dia umur 2 tahun. Cuma sayangnya saya salah ngajarinnya, yaitu dari huruf kapital bukan dari huruf kecil.
Sekarang saya mulai ngajarin dia baca, dan Alhamdulillah sedkit2 dia udah hafal huruf kecilnya walaupun rada susah. Juga dia udah bisa baca tapi yang bunyinya "a" aja, misalnya ma,na, ba, dst, dst. Cuma kalo udah pindah ke yang bunyinya i, kenapa ya ko dia kayaknya malas banget. Saya ajarin bi, ni, di, dst, ehh... dianya malah gak mau, tetep aja dia baca ba, na, da, dst.
Saya sih gak pernah paksa, kalo dia udah maunya gitu, ya udah .. tapi saya takut juga kalo dibiarin terus nanti jadi gak bisa2, nah kira2 gimana cara ngajarinnya ya, maksudnya biar dia tertarik sama huruf2 "i" ini, atau yang lainnya juga gitu, karena selain huruf "i" kan ada huruf konsonan lainnya.
Diva juga udah bisa nulis huruf2 walaupun belum sempurna, lucunya paling hobi dia nulis huruf Q, mungkin karena bentuknya yang bulat dan tinggal dikasih garis sedikit atau gimana, pokonya dia paling gemar dengan huruf Q, dan kalo dia udah nulis huruf itu dia suka liatin ke saya dan kayaknya bangga......... banget gitu lo. Cuma satu hal, kalo dia nulis suka terbalik, jadi misal nulis huruf A, nulisnya sih bener tapi kebalik gitu, jadi kayak huruf V tapi dikasih garis ditengah, jadi ya kalo dibalik bukunya sih memang bener itu huruf A, dan itu sangat2 sering dia lakukan. dan satu hal lagi kalo dia nulis gak pernah liat garis buku tulisnya, jadi dia nulis sembarang aja dimana, dan gedenya pun seperti apa gitu, apa memang mulanya seperti itu ya, kira2 cara ngarahinnya supaya rapih gitu gimana ya ?
Aduh maaf nih Mbak NIna dan nakitaers, curhatnya panjang. Mohon pencerahannya ya.
Sebelumnya terima kasih.

salam,
Mama Diva